SPIRIT WATUI.
Beta sengaja menggunakan frase
"Spirit Watui" untuk memberi makna bagi kegiatan bina spiritualitas
para pendeta, MPK dan Pegawai Kantor Klasis GPM Kairatu yang berlangsung
tanggal 15 - 17 Mei 2018 di Jemaat GPM Watui. Para peserta kegiatan berkumpul
di pangkalan ojek Tala tepat pukul 10.00.wit, setelah melakukan perjalanan dari
jemaatnya masing-masing.
Kemudian dengan menggunakan jasa
ojek, ada yang membawa motor sendiri, disamping mobil perusahaan CV Titian
Hijrah dan mobil extrada milik Pdt. Ny Yoti Patty, peserta melanjutkan
perjalanan ke Ahiolo sebagai pangkalan terakhir sebelum melanjutkan perjalanan
ke Watui. Sayangnya mobil yang ditumpangi peserta tak bisa melanjutkan
perjalanan karena keempat bannya terbenam di tanah berlumpur, pada ruas jalan
di sekitar "air kaki", akibat jalan yang dibuka CV Titian Hijrah
sebagai kompensasi beroperasinya perusahan tersebut di daerah Ahiolo belum
disirtu, sehingga sebagian peserta harus melanjutkan perjalanan ke Ahiolo
dengan berjalan kaki.
Suasana hospitaliti mulai dirasakan peserta saat
tiba di Jemaat GPM Ahiolo. Dengan
senyumnya yang khas Pdt. Eka Wattimuri (Ketua Majelis Jemaat Ahiolo) bersama
ibu2 Jemaat GPM Ahiolo, menyambut peserta sambil menyiapkan hidangan makan
siang untuk disantap peserta. Sementara anggota jemaat laki-laki Ahiolo bersama
laki-laki Watui, dengan cekatan membenahi barang2 bawaan peserta untuk
dipanggul dengan "hahalang" menuju Watui. Mereka melakukannya dengan
sukacita.
Realitas ini menjadi spirit
persaudaraan yang hidup dalam komunitas masyarakat di pegunungan, yang tidak
saja ramah menerima tamu tetapi juga siap berbagi hidup, yang dapat dipelajari
peserta, sebagai ekspresi Gereja Orang Basudara. Setelah berjalan kaki kurang
lebih 6 kilo, melintasi hutan dan menerjang arus air kali Wailau dan Tala yang
cukup deras, peserta tiba di jemaat GPM Watui dan disambut dengan penuh
sukacita oleh warga jemaat Watui, Ketua Majelis Jemaat Pdt.Ny. Ulen Kaipaty dan
Pejabat Pemerintah Negeri, Bpk Jois Lesiela, sambil diiringi lagu selamat datang
oleh Paduan Suara Perempuan Jemaat Watui.
Selanjutnya peserta menuju gedung
gereja Sion untuk berdoa syukur yang dibawakan Wakil Ketua Majelis Jemaat Watui
sebelum minum teh sore di sabua makan dan waktu menunjukan pukul 17.00.wit. Dalam
suasana persaudaraan yang hangat, peserta yang terdiri dari para pendeta,
Majelis Pekerja Klasis dan pegawai kantor Klasis yang berjumlah 49 orang itu
dibagi tempat tinggalnya.
Peserta perempuan tinggal di rumah
jemaat, sementara sebagian peserta laki-laki ditempatkan pada balai desa, yang
untuk sementara disulap menjadi walang tinggal peserta, mengingat rumah warga
jemaat hanya 12 buah tak dapat menampung peserta sebanyak itu. Tidur beralas tikar di atas “bale-bale”
membuat para pendeta mengenang kembali suasana hidup di desa sumber mahaya LSPB
Kamal saat studi pedesaan disana. Mereka menikmatinya dengan penuh sukacita,
ditemani petikan gitar terdengar alunan suara merdu melantunkan pujian kepada
sang Ilahi, mengiringi malam yang semakin larut. Jiwapun tenang….damai….dalam
tidur lelap. Suasana seperti ini yang sering dirindukan banyak pelayan di
tengah kesibukan pelayanannya. khususnya di wilayah pesisir, pinggiran kota dan
perkotaan. Inilah salah satu alasan mengapa Watui dipilih sebagai tempat
kegiatan ini, disamping tantangan alam yang menguji kekuatan fisik dan psikhis.
Kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan spirit sense of calling dan sense of belonging para pelayan dalam
melakukan tugas pengutusannya baik di daerah pesisir maupun di daerah
pegunungan. Dan salah satu caranya adalah dengan meningkatkan spiritualitasnya
sebagai pelayan. Tentu spiritualitas yang berpusat pada Karya Yesus Kristus dan
spirit itu terefleksi dalam gaya hidup (life style) para pelayan. Gaya hidup
yang perduli, penuh kasih, siap berkorban, tahan uji dan sabar menghadapi
tantangan.
Materi yang disampaikan antara lain ;
Spiritualitas pelayan khusus dan pemimpin gereja yang diantarkan oleh Ketua
Klasis, Teologi Lokal (Bentuk praksis dari spiritualitas pelayan GPM yang
berteologi dalam konteks pelayanan GPM), yang diantarkan oleh Theo Matatula,
S.Si.Teol, M.Si, Modul Pembinaan dengan Topik Tuhan Mengutus Kita yang
diantarkan oleh Pdt.O. Tapilouw, S.Si dan Pdt. M. Mamulaty, S.Si dan diakhiri
dengan puji-pujian dan jamuan kasih yang dilayani oleh Sekretaris Klasis.
Disamping itu sesi pemberian makanan
tambahan bagi anak-anak Watui dan olahraga bola volly memberi makna tersendiri
bagi kegiatan ini. Watui juga mengajarkan tentang “spirit rakit”. Bahwa membuat
rakit membutuhkan beberapa orang, memilih bambu yang baik dan menyusunnya
dengan rapih, kemudian diikat dengan kuat, sehingga menjadi sarana transportasi
air kali yang handal dan mengasyikan.
Maka bila kita ingin menjadi alat yang
berguna bagi Tuhan, rawatlah persekutuan dan persatuan hidup sebagai para
pelayan dan siap selalu untuk berkorban bagi umat yang kita layani. Sehingga kita bisa berkata ; Hidup ini adalah kesempatan. Hidup ini untuk melayani
Tuhan. Dan bila saatnya nanti ku tak berdaya lagi hidup ini sudah jadi berkat.
(JZM).