HIDUP UNTUK BERSAKSI

HIDUP UNTUK BERSAKSI
Ronella Waitibu

Kamis, 26 Juli 2018

SPIRIT WATUI


SPIRIT WATUI.

Beta sengaja menggunakan frase "Spirit Watui" untuk memberi makna bagi kegiatan bina spiritualitas para pendeta, MPK dan Pegawai Kantor Klasis GPM Kairatu yang berlangsung tanggal 15 - 17 Mei 2018 di Jemaat GPM Watui. Para peserta kegiatan berkumpul di pangkalan ojek Tala tepat pukul 10.00.wit, setelah melakukan perjalanan dari jemaatnya masing-masing.
Kemudian dengan menggunakan jasa ojek, ada yang membawa motor sendiri, disamping mobil perusahaan CV Titian Hijrah dan mobil extrada milik Pdt. Ny Yoti Patty, peserta melanjutkan perjalanan ke Ahiolo sebagai pangkalan terakhir sebelum melanjutkan perjalanan ke Watui. Sayangnya mobil yang ditumpangi peserta tak bisa melanjutkan perjalanan karena keempat bannya terbenam di tanah berlumpur, pada ruas jalan di sekitar "air kaki", akibat jalan yang dibuka CV Titian Hijrah sebagai kompensasi beroperasinya perusahan tersebut di daerah Ahiolo belum disirtu, sehingga sebagian peserta harus melanjutkan perjalanan ke Ahiolo dengan berjalan kaki.
Suasana hospitaliti mulai dirasakan peserta saat tiba di Jemaat GPM Ahiolo.  Dengan senyumnya yang khas Pdt. Eka Wattimuri (Ketua Majelis Jemaat Ahiolo) bersama ibu2 Jemaat GPM Ahiolo, menyambut peserta sambil menyiapkan hidangan makan siang untuk disantap peserta. Sementara anggota jemaat laki-laki Ahiolo bersama laki-laki Watui, dengan cekatan membenahi barang2 bawaan peserta untuk dipanggul dengan "hahalang" menuju Watui. Mereka melakukannya dengan sukacita. 
Realitas ini menjadi spirit persaudaraan yang hidup dalam komunitas masyarakat di pegunungan, yang tidak saja ramah menerima tamu tetapi juga siap berbagi hidup, yang dapat dipelajari peserta, sebagai ekspresi Gereja Orang Basudara. Setelah berjalan kaki kurang lebih 6 kilo, melintasi hutan dan menerjang arus air kali Wailau dan Tala yang cukup deras, peserta tiba di jemaat GPM Watui dan disambut dengan penuh sukacita oleh warga jemaat Watui, Ketua Majelis Jemaat Pdt.Ny. Ulen Kaipaty dan Pejabat Pemerintah Negeri, Bpk Jois Lesiela, sambil diiringi lagu selamat datang oleh Paduan Suara Perempuan Jemaat Watui.
Selanjutnya peserta menuju gedung gereja Sion untuk berdoa syukur yang dibawakan Wakil Ketua Majelis Jemaat Watui sebelum minum teh sore di sabua makan dan waktu menunjukan pukul 17.00.wit. Dalam suasana persaudaraan yang hangat, peserta yang terdiri dari para pendeta, Majelis Pekerja Klasis dan pegawai kantor Klasis yang berjumlah 49 orang itu dibagi tempat tinggalnya.
Peserta perempuan tinggal di rumah jemaat, sementara sebagian peserta laki-laki ditempatkan pada balai desa, yang untuk sementara disulap menjadi walang tinggal peserta, mengingat rumah warga jemaat hanya 12 buah tak dapat menampung peserta sebanyak itu.  Tidur beralas tikar di atas “bale-bale” membuat para pendeta mengenang kembali suasana hidup di desa sumber mahaya LSPB Kamal saat studi pedesaan disana. Mereka menikmatinya dengan penuh sukacita, ditemani petikan gitar terdengar alunan suara merdu melantunkan pujian kepada sang Ilahi, mengiringi malam yang semakin larut. Jiwapun tenang….damai….dalam tidur lelap. Suasana seperti ini yang sering dirindukan banyak pelayan di tengah kesibukan pelayanannya. khususnya di wilayah pesisir, pinggiran kota dan perkotaan. Inilah salah satu alasan mengapa Watui dipilih sebagai tempat kegiatan ini, disamping tantangan alam yang menguji kekuatan fisik dan psikhis.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan spirit sense of calling dan sense of belonging para pelayan dalam melakukan tugas pengutusannya baik di daerah pesisir maupun di daerah pegunungan. Dan salah satu caranya adalah dengan meningkatkan spiritualitasnya sebagai pelayan. Tentu spiritualitas yang berpusat pada Karya Yesus Kristus dan spirit itu terefleksi dalam gaya hidup (life style) para pelayan. Gaya hidup yang perduli, penuh kasih, siap berkorban, tahan uji dan sabar menghadapi tantangan.
Materi yang disampaikan antara lain ; Spiritualitas pelayan khusus dan pemimpin gereja yang diantarkan oleh Ketua Klasis, Teologi Lokal (Bentuk praksis dari spiritualitas pelayan GPM yang berteologi dalam konteks pelayanan GPM), yang diantarkan oleh Theo Matatula, S.Si.Teol, M.Si, Modul Pembinaan dengan Topik Tuhan Mengutus Kita yang diantarkan oleh Pdt.O. Tapilouw, S.Si dan Pdt. M. Mamulaty, S.Si dan diakhiri dengan puji-pujian dan jamuan kasih yang dilayani oleh Sekretaris Klasis.
Disamping itu sesi pemberian makanan tambahan bagi anak-anak Watui dan olahraga bola volly memberi makna tersendiri bagi kegiatan ini. Watui juga mengajarkan tentang “spirit rakit”. Bahwa membuat rakit membutuhkan beberapa orang, memilih bambu yang baik dan menyusunnya dengan rapih, kemudian diikat dengan kuat, sehingga menjadi sarana transportasi air kali yang handal dan mengasyikan.
Maka bila kita ingin menjadi alat yang berguna bagi Tuhan, rawatlah persekutuan dan persatuan hidup sebagai para pelayan dan siap selalu untuk berkorban bagi umat yang kita layani.  Sehingga kita bisa berkata ; Hidup ini  adalah kesempatan. Hidup ini untuk melayani Tuhan. Dan bila saatnya nanti ku tak berdaya lagi hidup ini sudah jadi berkat.
(JZM).