HIDUP UNTUK BERSAKSI

HIDUP UNTUK BERSAKSI
Ronella Waitibu

Jumat, 27 September 2013

Bangun Masa Depanmu Dalam Kesetiaan Kepada Allah Dan Kuduskanlah hidupmu



TEKS      : Zakaria 8 ; 1-17

Syaloom !!!
Setiap orang pasti mendambakan, mengidialkan dan mengharapkan suatu kehidupan masa depan yang baik. Karena itu orang berusaha untuk mencari pekerjaan, orang mengikuti tes pegawai negeri, demikian pula  para pekerja meningkatkan kualitas dan mutu kerjanya, dan lain-lain yang semuanya bertujuan agar mereka dapat menggapai  suatu masa depan yang baik.
Terkadang upaya untuk memiliki suatu masa depan yang  baik itu, tidak dilakukan  dengan cara-cara yang baik dan santun.  Sebaliknya dilakukan dengan cara-cara yang tidak bertanggung jawab dan tidak bermoral.  
Terlepas dari apakah cara yang digunakan untuk menggapai masa depan itu adalah baik atau tidak baik, tetapi yang mau saya tandaskan disini adalah bahwa keinginan untuk memiliki suatu kehidupan masa depan yang baik  itu adalah sebuah kewajaran, sesuatu yang sah-sah saja, sesuatu yang normal.  Yang tidak wajar dan yang tidak normal adalah ketika orang yang tidak punya keinginan untuk memiliki masa depan yang baik.
            Saya percaya bahwa  keinginan dan harapan yang sama ada juga dalam dada setiap anak Israel, yang dari waktu ke waktu diperhadapkan dengan kesengsaraan, penderitaan dan  penindasan, penghinaan yang luar biasa beratnya, seperti juga pada saat itu, dimana mereka menjadi tawanan bangsa Babel.  
Dapat kita bayangkan,  dalam status sebagai tawanan, mereka tidak mungkin memiliki masa depan yang baik. Tidak ada ceritera bahwa seorang tawanan punya jaminan masa depan.  Dan karena itu dibutuhkan pemulihan. Mereka harus diselamatkan dari status sebagai tawanan itu, menjadi orang yang merdeka, supaya dengan leluasa dapat membangun masa depannya.
            Pertanyaan  kristis bagi kita adalah kenapa sehingga Israel selalu berada dalam tawanan bangsa-bangsa kafir ???  Persia, Mesir dan Babel.  Apakah karena Allah Israel kurang tangguh untuk membentengi dan menolong Israel dibandingkan dengan Allah bangsa kafir.  Bukan itu !!! Tapi saya percaya semua orang Kristen yang rajin baca Alkitab pasti tahu jawabannya.  Semuanya itu terjadi karena dosa-dosa Israel.  Israel tidak hidup setia, tidak  hidup benar dan tidak menjaga kekudusan hidupnya di hadapan Allah dan sesama.   
Katakanlah mereka hidup di luar  kehendak Allah.  Akibat dari hidup diluar kehendak Allah itu maka  Allah meninggalkan mereka, dan menyerahkan mereka dikuasai oleh para musuhnya. 
            Jadi ketika Allah meninggalkan mereka, maka kehidupan mereka menjadi  hancur berantakan.  Kehidupan ekonomi hancur. Tidak ada jaminan keamanan, pertengkaran dan kekerasan terjadi dimana-mana, tidak ada kedamaian dan tidak ada kepastian masa depan yang baik.  Yerusalem hancur.  Bait Allah sebagai lambang kehadiran Allah hanya tinggal puing. Tidak ada yang bisa dibanggakan, tidak ada yang tersisa untuk dipuji  dan disanjung. Menyedihkan. Yerusalem menjadi lambang sebuah kehidupan yang mati.

            Belajar dari  bagian ini,  maka firman Tuhan mau menjelaskan bagi kita bahwa kehidupan yang dibangun di luar Tuhan, hidup jauh dari kehendak Tuhan akan selalu berdampak buruk bagi kehidupan pribadi, keluarga maupun persekutuan umat.  Lihat begitu banyak orang Kristen yang gagal dalam usaha, kerja, studi, karier karena hidupnya jauh dari melakukan kehendak  Tuhan. Mereka selalu ditimpa dengan berbagai kesulitan dan kesengsaraan hidup, ya karena hidupnya jauh dari kehendak Tuhan.

Saudaraku,………mungkin ada yang mengatakan bahwa Pendeta ada juga banyak orang yang hidup di dalam Tuhan, selalu berdoa, baca firman terlibat dalam persekutuan ibadah, tetapi selalu dilanda dengan penderitaan dan kesengsaraan dan bukan kebaikan.
Untuk pertanyaan ini, Alkitab memberikan dua jawaban : Pertama ;  apakah orang itu sungguh-sungguh melakukan kehendak Tuhan dan tinggal di dalam Tuhan.  Ataukah semuanya itu dilakukan secara formalitas saja ???  Kalau hidupnya tidak sungguh-sungguh di dalam Tuhan, maka statusnya sama saja dengan orang yang hidup di luar Tuhan.  
Kedua ; Bahwa kalau ia sudah bersungguh-sungguh melakukan kehendak Tuhan, tetapi penderitaan, kesengsaraan, ancaman, penghinaan tetap diterimanya, maka Alkitab memberikan jawaban bahwa itu adalah bagian dari ujian yang Allah berikan bagi mereka demi meningkatkan mutu atau kualitas iman mereka. Bahwa ketika mereka lepas dari penderitaan dan kesengsaraan hidup itu, mutu iman mereka akan teruji disana.   
            Karena itu perlu ditegaskan bahwa hidup di dalam Tuhan dengan melakukan kehendakNya akan menjadi jaminan kehidupan masa depan yang baik.
 Coba anda lihat disekeliling kita tidak sedikit  anak Tuhan yang hidup di dalam Tuhan dan mereka memiliki kehidupan yang baik. Usaha maju, pekerjaan berhasil, mendapat jabatan dan status yang patut dibanggakan,  anak-anak berhasil dalam studi dan kerja dll.

Seterusnya dijelaskan bahwa Allah tidak membiarkan Israel tetap berada dalam penderitaan dan kesengsaraan, sebaliknya dalam kasihNya Allah berprakarsa untuk membebaskan mereka dari status mereka sebagai tawanan.  Perhatikanlah pernyataan berikut ; “ Aku akan kembali ke Sion dan akan diam di tengah-tengah Yerusalem”. (ayat 3 a)  dan  Aku akan membawa mereka pulang, supaya mereka diam di tengah-tengah Yerusalem”. (ayat 8a).
Memperhatikan teks di atas, maka proses pemulihan terhadap Israel adalah sungguh-sungguh merupakan prakarsa Allah dan bukan prakarsa manusia dengan segala kuasanya.  Israel tidak mungkin dengan kekuatan dan kemampuannya dapat  membebaskan dirinya dan merajut masa depan yang baik. Hanya Allah yang sanggup melakukannya.  
Karena itu Israel menganggap bahwa perbuatan penyelamatan dan pemulihan yang dilakukan Allah kepada Israel adalah sesuatu yang sangat ajaib, sesuatu yang heran, karena memang hanya Allah yang sanggup melakukannya. (bd. Ayat 6a).
            Bahwa melalui prakarsa itu kita melihat betapa Allah tetap menampilkan diriNya sebagai pelindung, pemelihara, kota benteng yang kokoh dan ampuh bagi Israel. Ialah Allah  satu-satunya dan tidak ada yang lain, tidak ada duanya. 
            Tindakan Allah kembali ke Sion itu berimplikasi terhadap pemulihan kehidupan Israel secara total. Hal itu terwujud atau terindikasi pada  4 hal penting antara lain ;

Pertama : Terjadinya perubahan Status kota Yerusalem dan gunung Sion. Tegasnya dikatakan bahwa  Yerusalem akan disebut dengan kota Setia sedangkan gunung Sion akan disebut dengan ungkapan gunung kudus.
            Dengan perubahan status seperti ini maka umat dapat dengan leluasa beribadah kepada Tuhan tanpa takut. Mereka punya kesempatan yang lebih luas untuk menyembah Allah tanpa takut.
Tetapi pada sebelah lain perlu digaris bawahi bahwa perubahan status ini beresiko tinggi. Artinya  setiap orang Israel yang hidup dan membangun masa depannya di kota setia dan gunung kudus itu harus sungguh-sungguh membangun kehidupan yang penuh dengan kesetiaan, ketaatan serta kekudusan dihadapan Allah.  
Apakah mungkin  Yerusalem akan disebut sebagai kota setia, kalau umatnya berlaku tidak setia ??? Apakah Sion bisa tetap disebut sebagai gunung kudus, ketika penduduk negeri itu tidak hidup kudus ??? saya kira tidak.
Oleh karena itu  ketika Allah menobatkan Yerusalem sebagai kota setia dan Sion sebagai gunung kudus, maka penduduk kota itu punya  tanggung jawab besar untuk tetap menjaga kekudusan dan kesetiaan hidup dihadapan Allah dan dalam persekutuan dengan sesama.
Kata Kudus (qados) artinya dikhususkan atau disendirikan bagi Allah menuntut umat untuk sungguh-sungguh berprilaku kudus dalam hidup dan kerjanya.
            Saudaraku,…… bicara tentang kesetiaan dan kekudusan tentu bukan saja ditujukan kepada Israel, tetapi juga bagi anda dan saya sebagai anak-anak Tuhan.  Bahwa ketika Allah memerdekakan kita terutama dari kuasa dosa, melalui pengorbanan Kristus,  maka nilai-nilai kekudusan dan kesetiaan harus ditampilkan dalam seluruh kehidupan kita. 
Kita tidak bisa bangga  hanya dengan perubahan status wilayah ini menjadi Kabupaten  misalnya.  Kita tidak bisa bangga hanya dengan daerah ini sudah punya  wakil-wakil rakyat (DPRD) yang handal. Kita tidak bisa bangga hanya  dengan terbentuknya Pemeritahan Kabupaten Kepulauan Aru dengan sejumlah pejabat yang secara bertahap dilantik untuk mengisi berbagai jabatan structural maupun fungsional.  
Kita tidak bisa bangga hanya dengan berlimpahnya sumber daya alam  yang tersedia di negeri ini dan di wilayah ini.  Tetapi kita akan sangat bangga, orang akan tersanjung, Tuhan akan tersenyum apabila penduduk kota ini, semua  kita  yang hidup, mengabdi dan membangun masa depan di tanah ini menampilkan nilai-nilai kesetiaan dan kekudusan di hadapan Allah dan sesamanya.
            Pertanyaannya adalah, Apakah kita sanggup untuk menghadirkan nilai-nilai kesetian dan nilai-nilai kekudusan di tanah ini, di negeri ini, di kota ini ???  Sepertinya tidak gampang untuk dilakukan.  
Kenyataan membuktikan bahwa ada begitu banyak orang yang menyebut dirinya anak Tuhan tergoda untuk memilih mengedepankan nilai-nilai ketidaksetiaan dari pada kesetiaan. Banyak orang Kristen yang cenderung untuk hidup di dalam dosa dan kecemaran dari pada menciptakan kehidupan kudus.
Kita tidak saja bicara tentang kesetiaan dan kekudusan dalam perkawinan.  Tetapi juga kesetiaan dan kekudusan dalam melakukan tugas dan tanggung jawab dalam kehidupan masyarakat dan gereja.  
Lihatlah,…..begitu banyak anak Tuhan yang berebutan untuk mendapat jabatan, kedudukan, pangkat. Pada satu sisi, ini sangat wajar, tetapi menjadi tidak wajar, ketika jabatan, kedudukan dan  pangkat diterima,  tetapi mereka tidak menampilkan nilai-nilai kesetiaan dan kekudusan dalam melakukan tanggung jawab yang berhubungan dengan jabatan, kedudukan dan pangkat itu. Menyedihkan bukan ???  
Kalau semua orang  mampu menampilkan nilai-nilai kekudusan dan kesetiaan dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya, maka tidak perlu Presiden RI (Susilo Bambang Yudoyono) mencanangkan hari pemberantasan Korupsi, karena pasti tidak akan ada orang yang korupsi.  Tapi sayang banyak anak Tuhan yang korupsi,….mulai dari korupsi dana bantuan pemerintah untuk anak yatim piatu dan tidak mampu di Sekolah Dasar, sampai dengan korupsi miliaran rupiah dana proyek pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat.   
Lihat,….Ada begitu anak Tuhan yang digaji pemerintah, tiap bulan dapat gaji tetapi tidak setia dalam melakukan tanggung jawabnya.  Berminggu-minggu, berbulan-bulan meninggalkan tempat tugas. Kasihan….!!!

Kedua   ; Bahwa ketika Allah berdiam di Israel maka  ada kehidupan yang berkelanjutan.
Disebutkan dalam teks kita bahwa ada nenek-nenek dan kakek-kakek yang memegang tongkat sambil berjalan di depan pintu gerbang kota. Ada anak laki-laki dan anak perempuan yang berlalu lalang dijalan-jalan kota.  Kenyataan ini menunjukan bahwa  umur panjang, keturunan, regenerasi tidak lepas dari campur tangan Allah.

Ketiga ;  Bahwa ketika Allah berdiam di Israel maka  ada kesejahteraan ekonomi yang akan dirasakan umat.
Disebutkan dalam teks kita bahwa pohon anggur akan menghasilkan buahnya, tanah akan memberi hasilnya, langit akan memberi air embunya (ayat  12 b dan c).  
Semuanya ini memberikan gambaran tentang suatu kehidupan ekonomi yang baik, yang akan dialami oleh Israel ketika Allah berdiam bersama mereka di Yerusalem.  Ini situasi yang sangat berbeda dengan apa yang Israeal alami ketika Allah menjauh dari mereka.  Dikatakan oleh penulis bahwa pada waktu itu rezeki baik untuk manusia maupun binatang jauh dari hidup mereka. (ayat 10 a).  
Hal ini juga berimplikasi bagi kehidupan kita sebagai orang percaya yang sungguh-sungguh mendambakan kehidupan ekonomi yang baik. Sekarang ini pemerintah (pusat maupun daerah)  tengah berupaya meningkatkan kehidupan ekonomi rakyat dengan berbagai pendekatan. Banyak keluarga yang bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarganya. Ini baik, tetapi kalau semuanya itu tidak dilakukan bersama dan di dalam Allah, semuanya percuma adanya. Ingat apa kata Mazmur 127 ; “rezeki itu diberikan Allah kepada orang yang dicintaiNya  pada waktu tidur”. (bd. ayat 2 c).
Dengan kata lain firman ini mau mengingatkan kita bahwa segala upaya yang dilakukan pribadi, keluarga, pemerintah untuk menghadirkan suatu kehidupan ekonomi yang baik, jangan memulainya di luar Tuhan. Tapi memulainya bersama Tuhan.
Adalah baik ketika petani hendak membuka kebun baru, atau memulai menabur benih ia meminta Pendeta berdoa kepada Tuhan. Tetapi sangatlah tidak baik, kalau panen tiba  orang berspekulasi untuk memberikan syukur kepada Tuhan. Bagaimana hasilnya bisa bertahan.

Keempat  : Ketika Tuhan berdiam di Israel maka ada jaminan keamanan, ada damai sejahtera yang akan dirasakan umat. 
Yang Menarik untuk diperhatikan adalah, penulis menggambarkan damai sejahtera itu ibarat suatu benih yang ditaburkan di dalam tanah. Benih itu akan bertumbuh, berbunga dan berbuah dan pasti buahnya dapat dinikmati orang.
Jadi tidak akan ada pertengkaran, pertikaian, kekerasan.  Tidak seperti  kita disini yang sedikit main panah, main parang, terakhir main mancadu (mau potong  pelayan dengan mancadu karena tidak mau ditegur kesalahannya).

Kelima  ;   Ketika Tuhan berdiam di Israel maka umat Israel (anak kecil sampai orang tahu) akan dinobatkan sebagai penyalur berkat dan bukan penyalur kutuk. Tegasnya dikatakan ; “kalau dulu kamu menjadi kutuk,…maka sekarang Aku akan menyelamatkan kamu, sehingga kamu menjadi berkat “ (ayat 13). 
Berkat adalah kekuatan (power) yang memungkinkan kehidupan itu dapat bertahan. Dengan demikian setiap orang Israel juga harus mampu menopang orang lain supaya hidup mereka tetap bertahan.
Bagaimana  dengan kita sebagai Israel baru, apakah kehidupan kita justru menjadi berkat bagi orang lain atau sebaliknya menjadi kutuk bagi orang lain. Masing-masing orang pasti tahu jawabannya. Tapi jujur saya mau bilang bahwa kita yang punya kelebihan belum banyak berbuat untuk menjadi berkat bagi orang lain. Kadang juga gereja  melakukan hal yang sama, belum menjadi berkat bagi sesamanya.

Semua yang dihadapkan dalam teks kita adalah janji Allah yang akan digenapi kepada Israel.  Nah dalam rentan waktu antara janji dan penggenapannya orang bisa tergoda untuk hidup jauh dari Tuhan. Hidup di luar Tuhan. Kenapa ?? Karena menurut mereka hidup di dalam Tuhan atau hidup bersama Tuhan itu terlalu mengekang kebebasan mereka. Disinilah umat bisa terjerembab dan jatuh dalam dosa dan kecemaran.
Karena itu  Allah membangkitkan motivasi iman mereka dengan pernyataan ; :Jangan takut, kuatkanlah hatimu” (ayat 13 bagian akhir). Ungkapan ini menjelaskan ;

Pertama ; bahwa janji itu adalah sesuatu yang pasti. Allah akan menggenapinya.

Kedua ; dalam proses penantian terhadap janji itu, orang bisa saja jatuh dan terjerembab dalam perbuatan di luar kehendak Allah. Karena itu hati yang merupakan pusat pengambilan keputusan mesti sungguh-sungguh kuat, sehingga mampu mengontrol keinginan manusia yang cenderung hidup jauh dari kehendak Tuhan.

Dengan hati yang kuat dan kudus, maka setiap orang  akan berkata benar. Tidak ada penipuan, tidak ada sumpah palsu  dalam ucapannya.  Setiap orang akan menerapkan hukum dengan benar.  Mereka tidak akan merancang kejahatan tetapi merancang hadirnya perdamaian dalam kehidupan bersama. (ayat 16-17).
           
Terkait dengan perayaan minggu-minggu adventus (penantian) terhadap kehadiran Kristus  pada kali yang kedua, maka sebaiknya kita melakukan evaluasi terhadap perilaku dan sikap kita sebagai anak-anak Tuhan sepanjang tahun 2004 ini.  Apakah kita  cukup setia ? Apakah hidup kita cukup kudus ??  Apakah kita memiliki hati yang kuat ??   Silahkan anda menjawabnya. Bila ternyata rapor kita masih merah, perbaikilah belum terlambat.             
Terkait dengan pelayanan baptisan Kudus, kita diingatkan sebagai orang tua dan saksi untuk ;
-       Membesarkan anak-anak kita di dalam Tuhan.
-       Mengajak mereka untuk membangun masa depan mereka bersama dan di dalam Tuhan.  Tuhan memberkati kita, amin.

Oleh;
Pdt. Jan Z. Matatula, S.Th.
Sekretaris Klasis GPM P.P.Aru
(Disampaikan dalam kebaktian Minggu di Gedung Gereja Bethel– Jemaat GPM Dobo,
Klasis GPM P.P.Aru. 20 Desember  2004).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar