HIDUP UNTUK BERSAKSI

HIDUP UNTUK BERSAKSI
Ronella Waitibu

Jumat, 27 September 2013

Bangunlah Persekutuan Hidup, Melalui Sikap “Sehati dan Sepikir” Dalam Tuhan



TEKS : Filipi 4 ; 2-9.


                                                                                                Syaloom !!!
Kita bersyukur kepada Tuhan Yesus, oleh karena kita semua dapat mengakhiri perjalanan panjang di tahun 2011 dengan aman dan damai. Walaupun kita tidak menyangkali bahwa perjalanan yang kita geluti di sepanjang tahun 2011, tidak lepas dari berbagai kegelisahan, tantangan, ancaman dan  kemelut hidup yang menimpa pribadi, keluarga dan rumah tangga kita. Karena itu kalau kita bisa mengakhirinya, itu wujud dari penyertaan Tuhan, karena itu kita bersyukur.
Kita juga bersyukur karena hari ini kita dapat memasuki hari pertama di tahun 2012 juga dengan segala baik. Ini adalah karya Tuhan yang besar bagi kita semua dan bagi dunia ini secara menyeluruh.
Ketika kita berdiri disini, maka di hadapan kita ada 364 hari, yang siap kita songsong. 
Kita sendiri tidak tau apa yang akan kita hadapi dalam perjalanan menyongsong 364 hari itu nanti.  Mungkin ada Kegelisahan, kegembiraan, tantangan, peluang dll.
Saya juga merasa bahwa banyak diantara kita yang sudah punya rencana-rencana untuk membangun hidup ke arah yang lebih baik di tahun 2012 ini.
Rencana terkait dengan membangun rumah baru, kebun baru, usaha baru, rumah tangga baru (menikah), program-program pelayanan yang baru, dan lain-lain yang serba baru.
Tetapi juga tekad dan komitmen untuk hidup baru di dalam Tuhan. Saya merasa ini penting dan patut diapresiasi.
Nah, untuk memberikan makna bagi perayaan ini dalam rangka menggapai semua yang hendak kita capai di tahun 2012 yang serba baru itu, maka Paulus mengetengahkan beberapa aspek penting untuk kita renungkan.

Aspek Pertama adalah ; Penguatan Persekutuan Dan Rekonsiliasi.
Disebutkan dalam teks kita bahwa tengah terjadi perselisihan yang cukup sengit diantara Euodia dan Sintikhe.
Siapa sebenarnya Euodia dan Sintikhe ???  Menurut Ligthfoot mereka berdua adalah diaken yang melayani di jemaat Filipi.
Bahkan mereka berdua oleh Paulus disebutkan sebagai teman seperjuangan Paulus.
Tegasnya Paulus berkata ; “mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil”,  bahkan untuk perjuangan itu Paulus meyakini nama mereka telah tercantum dalam buku kehidupan (ayat 3 bagian akhir).
Pernyataan Paulus ini menunjukan bahwa baik Euodia maupun Sintikhe adalah pejuang-pejuang pekabaran Injil yang handal dan potensial, serta memiliki komitmen yang kuat dalam memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kita tau bahwa pada waktu itu hambatan, ancaman bagi pekabaran Injil sangat besar sekali.
Kita tidak memperoleh penjelasan terkait dengan sumber perselisihan mereka, tetapi yang pasti perselisihan mereka akan berdampak bagi hancurnya persekutuan hidup jemaat Filipi. Oleh karena itu Paulus dengan tegas tampil sebagai seorang rekonsiliator (pendamai) untuk mendamaikan mereka berdua, yang sekaligus berdampak bagi utuhnya persekutuan hidup jemaat di Filipi.
Pendekatan yang dilakukan Paulus melalui upaya rekonsiliasi itu adalah mengajak Euodia dan Sintikhe agar mereka menampilkan sikap SEHATI SEPIKIR DALAM TUHAN.
Bahkan bukan Cuma itu, Paulus juga mengajak Sunsugos yang adalah teman seperjalanan Paulus yang cukup setia itu,  untuk mengupayakan proses rekonsiliasi itu.

Dari bagian ini saudaraku, kita belajar beberapa hal ;
Pertama : Bagi Paulus membangun persekutuan hidup itu penting sekali.
-       Membangun persekutuan antara sesama rekan kerja itu penting sekali.
-       Membangun persekutuan antara rekan pelayan itu penting sekali.
-       Membangun persekutuan antara aparatur pemerintahan itu penting sekali.
-       Membangun persekutuan antara anggota keluarga itu penting sekali.
Sebab bila persekutuan itu tidak terbentuk dengan baik, maka hidup bersama itupun akan hancur.
Kan ada pepatah tua yang mengatakan : “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”.
Kalau hidup persekutuan itu tidak terbentuk dengan baik, maka jangan pernah berharap ada berkat yang Tuhan limpahkan dalam hidup persekutuan itu, apakah keluarga, jemaat, dan masyarakat. (bdng Mazmur 133 : 1-3).

Kedua ;  Bahwa bagi Paulus, Allah telah menganugerahkan  baik kepada Euodia maupun Sintikhe potensi yang besar sekali.
Allah juga menganugerahkan kepada kita semua, potensi yang besar, tentu dengan kadar yang berbeda untuk setiap orang sesuai kehendak Allah.
Potensi itu mesti digunakan dan dimanfaatkan untuk membangun persekutuan hidup itu agar persekutuan bertumbuh, berkembang dan menghasilkan buah yang baik dan bukan untuk menghancurkan persekutuan hidup.
Kecenderungan banyak orang dalam hidup bersekutu adalah menjadi sangat sombong dan angkuh dengan potensi yang dimilikinya dan menganggap orang lain rendah dan tidak berguna dalam membangun persekutuan. Ini salah !!
Sebaliknya kalau potensi yang beragam itu dipersatukan,  maka akan menjadi kekuatan yang maha dashyat untuk membangun persekutuan hidup menjadi lebih baik.
Itu tidak berarti bahwa dalam upaya membangun persekutuan hidup tidak boleh berselisih pendapat satu dengan yang lain, semua harus seragam….!!! Tidak begitu.
Ungkapan sehati dan sepikir yang digunakan Paulus bukan menunjuk pada keseragaman dalam berpikir dan bertindak. Tetapi menunjuk kepada kesesuaian.
Artinya setiap orang dalam persekutuan itu, mesti melakukan penyesuaian dengan orang lain, yang didasarkan pada kehendak Tuhan agar secara bersama dapat menggapai tujuan bersama.
Coba anda bayangkan bagaimana kalau para pemain bola tidak mau menyesuaikan diri seorang dengan yang lain, dan dia hanya mengandalkan skillnya dan mengabaikan kerjasama tim, apakah dapat menghasilkan gol ??? Tidak mungkin.
Demikian pula apakah akan terdengar harmoni sebuah paduan suara dalam membawakan lagu-lagunya,  kalau masing-masing suara dalam suatu paduan suara, tidak mau melakukan penyesuaian dengan suara yang lain ??? Katakanlah Sopran menyanyi besar sekali, sehingga menutupi bunyi suara dari alto, tenor dan bas atau sebaliknya ??? Pasti paduan suaranya tidak akan indah. (“Paduan suara hati nai-nai” namanya).
Mari kita melangkah memasuki tahun 2012 dengan kekuatan ini.

Ketiga : Allah mengajak kita untuk menghadirkan diri sebagai rekonsiliator.
Paulus merasa bahwa menjadi seorang rekonsiliator itu penting. Dan karena itu sebagaimana Paulus mengajak Sunsugos untuk menjadi rekonsiliator, ia juga mengajak kita semua untuk menjadi rekonsiliator dalam persekutuan hidup.
Ini penting, oleh karena dalam masyarakat yang pluralis atau majemuk (adat, suku, budaya dll), kecenderungan untuk berselisih paham itu terbuka lebar.
Nah, bagaimana kita berusaha untuk menyelesaikannya dan bukan untuk membuat perselisihan dan permusuhan itu semakin besar.
Realitas hidup bersama, menunjukan bahwa banyak orang yang berusaha untuk memanfaatkan perselisihan orang lain untuk keuntungan dirinya dan bukan untuk membantu mendamaikan. Kadang katong seng jadi air tapi katong jadi api.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus !!!
Aspek kedua yang mau disampaikan Paulus dalam teks kita adalah bersukacita.
Dalam ayat 4 Paulus mengajak pembacanya untuk bersukacita. Tetapi bukan asal bersukacita, melainkan bersukacita dalam Tuhan.
Mengapa bersukacita ??? Karena Tuhan telah dekat (ayat 5). Natal bukti Tuhan telah dekat !!!
Memang ada banyak alasan bagi setiap orang untuk bersukacita.
Ketika dia memiliki atau memperoleh sesuatu yang baik dalam hidupnya pasti dia bersukacita. (Katakanlah naik pangkat, dapat kerja, masuk rumah baru, panen berhasil, usaha berhasil, lulus ujian,dll) orang lalu bersukacita yang kemudian diekspresikan dengan pesta meriah yang menghabiskan uang jutaan rupiah.
Tetapi kalau dia mengalami kegagalan dan apa yang dimilikinya menjadi hilang, maka sukacitanyapun menjadi lenyap.
Disini konsep sukacita itu dibangun dalam pandangan atau perspektif memiliki atau tidak memiliki.  Memiliki banyak atau memiliki sedikit dalam hidup. Semakin banyak memiliki semakin besar sukacita. Semakin sedikit orang memiliki, semakin berkurang orang bersukacita.
Disini Paulus justru membangun konsep yang berbeda dari konsep sukacita yang kita pahami.
Paulus menempatkan bersukacita itu dalam perspektif kehadiran Tuhan.
Bagi Paulus kita bersukacita, karena Tuhan selalu ada bersama kita, karena Tuhan dekat dengan kita, karena Tuhan selalu menolong kita.
Itu sebabnya bersukacita menurut Paulus bukan soal berapa banyak yang ia miliki, tetapi seberapa dekat kita berada dengan Tuhan. Seberapa intim kita berkomunikasi dan berelasi dengan Tuhan.
Karena itu bila kita memiliki banyak atau sedikit, bila kita berada dalam suasana bahagia ataupun duka, bila kita sukses atau gagal, bila kita senang atau derita, sukacita kita tidak akan berubah. Tetap konstan.!!! Karena Tuhan selalu ada untuk kita.
Seterusnya Paulus menegaskan bahwa bersukacita itu mesti diungkapkan melalui “kebaikan hatimu”.  Dengan tegas Paulus bilang begini : “hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang” (ayat 5).
Disini Paulus menegaskan bahwa ternyata sukacita yang sebenarnya itu terungkap bukan pada soal “berapa banyak yang kita miliki, tetapi berapa banyak yang kita beri kepada orang lain.
Seberapa besar kita ada untuk orang lain. Kebaikan hati kita yang dilihat orang lain dan dirasakan orang lain akan membuat mereka bersukacita, dan kita juga akan bersukacita.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus !!!
Aspek ketiga yang mau dihadapkan adalah ; Soal kekuatiran manusia dan jaminan penyertaan Allah.
Paulus dengan tegas berkata ; “janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga” (ayat 6a).
Kita bertanya,….kok bisa ??? Apakah ajakan ini cukup rasional ???
Sebab bukankah kehidupan yang terjadi pada zaman Paulus sampai dengan kita sekarang ini, adalah kehidupan yang membuat orang kautir ??? (ketidak adilan, pemerkosaan, diskriminasi, kekerasan, teror bom, dll adalah realitas hidup yang membuat orang kuatir)
Bahkan Paulus dalam menulis surat ini juga berada dalam penjara ??? ko dia tidak kuatir ???? 

saudaraku !!!
Disini Paulus menempatkan kehidupan yang dijalaninya atas dasar iman yang kokoh pada Tuhan Yesus, bukan atas dasar kekuatan diri.  Ia menempatkan hidupnya di bawah kekuatan Allah yang diberitakannya dari satu tempat ke tempat yang lain, yang karenanya juga ia dipenjara, dan mengalami banyak ancaman dan penolakan.
Dan inilah kekuatan yang membuat ia merasa tidak perlu kuatir dalam menjalani hidup.
Tetapi orang yang tidak meletakan dasar imannya pada Yesus pasti kuatir.

Saudaraku !!!
Tidak kuatir terhadap hidup, tidak berarti orang tidak perlu kerja keras, orang tidak perlu berusaha keras, orang tidak perlu berdisiplin dalam bekerja dan bekerja sesuai aturan.
Tidak kuatir tidak berarti orang hanya ongkang-ongkang kaki saja, tunggu “mana” turun dari langit seperti Israel tempo dulu,…tidak.

Tetapi tidak kuatir yang dimaksudkan adalah tidak meragukan penyertaan dan perlindungan Allah.
Paulus dengan tegas berkata : “nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”. (ayat 6b).

Jadi kalau kita sudah melakukan semua hal dengan baik, bekerja keras, berusaha keras, membanting tulang memeras keringat, dan berdoa kepada Tuhan,  maka tidak perlu kuatir akan hasilnya, karena Tuhan akan memberkatinya. Itu !!!
Pada sisi ini Paulus mengajak kita juga untuk Mengawali seluruh pekerjaan kita dengan doa. Doa penting saudara. Alkitab bilang : “Doa yang dinaikan dengan sungguh-sungguh besar khasiatnya”.
Mari jadikan tahun 2012 sebagai tahun kerja keras dan doa bagi keluarga dan rumah tangga kita.
Kalau kita sudah mulai segala sesuatu dengan doa, maka  segala yang akan kita lakukan tentunya mesti seiring dengan doa kita.
            Tegasnya segala yang kita lakukan mesti kita uji sesuai dengan kehendak Tuhan sebagaimana disebutkan dalam ayat 8.
“semua yang benar, semua yang mulia, semua yang manis, semua yang sedap di dengar, semua yang disebut kebajikan, dan patut dipuji pikirkan semuanya itu”.
Realitas ini menujukan bahwa apa yang menurut kita benar, apa yang menurut kita enak dan sedap, apa yang menurut kita baik dan seterusnya mesti kita uji di dalam kehendak Tuhan, karena belum tentu baik untuk kita. 
Kita perlu menguji dalam permohonan dan doa  kepada Tuhan Yesus. Kita meminta Tuhan Yesus mencerahi hati dan pikiran kita supaya kita tidak salah langkah ketika mengayunkan langkah membangun hidup di tahun 2012 ini.
Tuhan menjanjikan Damai Sejahtera bagi kita semua dalam proses berjalan di tahun 2012. Selamat berjalan di tahun 2012 bersama Tuhan, amin.

Oleh : Pdt. Jan.Z. Matatula, S.Th.
Sekretaris Klasis GPM Masohi
(Disampaikan dalam kebaktian tahun baru, 
1 Januari 2012 di gedung Gereja Syaloom, 
Jemaat GPM Sehati, Klasis GPM Masohi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar