TEKS : Filipi 4 ; 2-9.
Syaloom !!!
Kita
bersyukur kepada Tuhan Yesus, oleh karena kita semua dapat mengakhiri
perjalanan panjang di tahun 2011 dengan aman dan damai. Walaupun kita tidak
menyangkali bahwa perjalanan yang kita geluti di sepanjang tahun 2011, tidak
lepas dari berbagai kegelisahan, tantangan, ancaman dan kemelut hidup yang menimpa pribadi, keluarga
dan rumah tangga kita. Karena itu kalau kita bisa mengakhirinya, itu wujud dari
penyertaan Tuhan, karena itu kita bersyukur.
Kita
juga bersyukur karena hari ini kita dapat memasuki hari pertama di tahun 2012
juga dengan segala baik. Ini adalah karya Tuhan yang besar bagi kita semua dan
bagi dunia ini secara menyeluruh.
Ketika
kita berdiri disini, maka di hadapan kita ada 364 hari, yang siap kita
songsong.
Kita
sendiri tidak tau apa yang akan kita hadapi dalam perjalanan menyongsong 364
hari itu nanti. Mungkin ada Kegelisahan,
kegembiraan, tantangan, peluang dll.
Saya
juga merasa bahwa banyak diantara kita yang sudah punya rencana-rencana untuk
membangun hidup ke arah yang lebih baik di tahun 2012 ini.
Rencana
terkait dengan membangun rumah baru, kebun baru, usaha baru, rumah tangga baru
(menikah), program-program pelayanan yang baru, dan lain-lain yang serba baru.
Tetapi
juga tekad dan komitmen untuk hidup baru di dalam Tuhan. Saya merasa ini
penting dan patut diapresiasi.
Nah,
untuk memberikan makna bagi perayaan ini dalam rangka menggapai semua yang
hendak kita capai di tahun 2012 yang serba baru itu, maka Paulus mengetengahkan
beberapa aspek penting untuk kita renungkan.
Aspek
Pertama adalah ; Penguatan Persekutuan Dan Rekonsiliasi.
Disebutkan
dalam teks kita bahwa tengah terjadi perselisihan yang cukup sengit diantara Euodia
dan Sintikhe.
Siapa
sebenarnya Euodia dan Sintikhe ???
Menurut Ligthfoot mereka berdua adalah diaken yang melayani di jemaat
Filipi.
Bahkan
mereka berdua oleh Paulus disebutkan sebagai teman seperjuangan Paulus.
Tegasnya
Paulus berkata ; “mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil”, bahkan untuk perjuangan itu Paulus
meyakini nama mereka telah tercantum dalam buku kehidupan (ayat 3 bagian
akhir).
Pernyataan
Paulus ini menunjukan bahwa baik Euodia maupun Sintikhe adalah
pejuang-pejuang pekabaran Injil yang handal dan potensial, serta memiliki
komitmen yang kuat dalam memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kita
tau bahwa pada waktu itu hambatan, ancaman bagi pekabaran Injil sangat besar
sekali.
Kita
tidak memperoleh penjelasan terkait dengan sumber perselisihan mereka, tetapi
yang pasti perselisihan mereka akan berdampak bagi hancurnya persekutuan hidup
jemaat Filipi. Oleh karena itu Paulus dengan tegas tampil sebagai seorang
rekonsiliator (pendamai) untuk mendamaikan mereka berdua, yang sekaligus
berdampak bagi utuhnya persekutuan hidup jemaat di Filipi.
Pendekatan
yang dilakukan Paulus melalui upaya rekonsiliasi itu adalah mengajak Euodia dan
Sintikhe agar mereka menampilkan sikap SEHATI
SEPIKIR DALAM TUHAN.
Bahkan
bukan Cuma itu, Paulus juga mengajak Sunsugos yang adalah teman seperjalanan
Paulus yang cukup setia itu, untuk
mengupayakan proses rekonsiliasi itu.
Dari
bagian ini saudaraku, kita belajar beberapa hal ;
Pertama
: Bagi Paulus membangun persekutuan hidup itu penting sekali.
-
Membangun persekutuan antara sesama rekan kerja
itu penting sekali.
-
Membangun persekutuan antara rekan pelayan itu
penting sekali.
-
Membangun persekutuan antara aparatur
pemerintahan itu penting sekali.
-
Membangun persekutuan antara anggota keluarga
itu penting sekali.
Sebab
bila persekutuan itu tidak terbentuk dengan baik, maka hidup bersama itupun
akan hancur.
Kan ada
pepatah tua yang mengatakan : “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”.
Kalau hidup
persekutuan itu tidak terbentuk dengan baik, maka jangan pernah berharap ada
berkat yang Tuhan limpahkan dalam hidup persekutuan itu, apakah keluarga,
jemaat, dan masyarakat. (bdng Mazmur 133 : 1-3).
Kedua
; Bahwa bagi Paulus, Allah telah
menganugerahkan baik kepada Euodia maupun
Sintikhe potensi yang besar sekali.
Allah juga
menganugerahkan kepada kita semua, potensi yang besar, tentu dengan kadar yang
berbeda untuk setiap orang sesuai kehendak Allah.
Potensi
itu mesti digunakan dan dimanfaatkan untuk membangun persekutuan hidup itu agar
persekutuan bertumbuh, berkembang dan menghasilkan buah yang baik dan bukan
untuk menghancurkan persekutuan hidup.
Kecenderungan
banyak orang dalam hidup bersekutu adalah menjadi sangat sombong dan angkuh
dengan potensi yang dimilikinya dan menganggap orang lain rendah dan tidak
berguna dalam membangun persekutuan. Ini salah !!
Sebaliknya
kalau potensi yang beragam itu dipersatukan,
maka akan menjadi kekuatan yang maha dashyat untuk membangun persekutuan
hidup menjadi lebih baik.
Itu
tidak berarti bahwa dalam upaya membangun persekutuan hidup tidak boleh
berselisih pendapat satu dengan yang lain, semua harus seragam….!!! Tidak
begitu.
Ungkapan
sehati dan sepikir yang digunakan Paulus bukan
menunjuk pada keseragaman dalam berpikir dan bertindak. Tetapi
menunjuk kepada kesesuaian.
Artinya
setiap orang dalam persekutuan itu, mesti melakukan penyesuaian dengan orang
lain, yang didasarkan pada kehendak Tuhan agar secara
bersama dapat menggapai tujuan bersama.
Coba
anda bayangkan bagaimana kalau para pemain bola tidak mau menyesuaikan diri
seorang dengan yang lain, dan dia hanya mengandalkan skillnya dan mengabaikan
kerjasama tim, apakah dapat menghasilkan gol ??? Tidak mungkin.
Demikian
pula apakah akan terdengar harmoni sebuah paduan suara dalam membawakan
lagu-lagunya, kalau masing-masing suara
dalam suatu paduan suara, tidak mau melakukan penyesuaian dengan suara yang
lain ??? Katakanlah Sopran menyanyi besar sekali, sehingga menutupi bunyi suara
dari alto, tenor dan bas atau sebaliknya ??? Pasti paduan suaranya tidak akan
indah. (“Paduan suara hati nai-nai” namanya).
Mari
kita melangkah memasuki tahun 2012 dengan kekuatan ini.
Ketiga
: Allah mengajak kita untuk menghadirkan diri sebagai rekonsiliator.
Paulus merasa
bahwa menjadi seorang rekonsiliator itu penting. Dan karena itu sebagaimana
Paulus mengajak Sunsugos untuk menjadi rekonsiliator, ia juga mengajak kita
semua untuk menjadi rekonsiliator dalam persekutuan hidup.
Ini penting,
oleh karena dalam masyarakat yang pluralis atau majemuk (adat, suku, budaya
dll), kecenderungan untuk berselisih paham itu terbuka lebar.
Nah, bagaimana
kita berusaha untuk menyelesaikannya dan bukan untuk membuat perselisihan dan
permusuhan itu semakin besar.
Realitas hidup
bersama, menunjukan bahwa banyak orang yang berusaha untuk memanfaatkan
perselisihan orang lain untuk keuntungan dirinya dan bukan untuk membantu
mendamaikan. Kadang katong seng jadi air tapi katong jadi api.
Saudara-saudara
yang terkasih dalam Tuhan Yesus !!!
Aspek
kedua yang mau disampaikan Paulus dalam teks kita adalah bersukacita.
Dalam
ayat 4 Paulus mengajak pembacanya untuk bersukacita. Tetapi bukan asal
bersukacita, melainkan bersukacita dalam Tuhan.
Mengapa
bersukacita ??? Karena Tuhan telah dekat (ayat 5). Natal bukti Tuhan telah
dekat !!!
Memang
ada banyak alasan bagi setiap orang untuk bersukacita.
Ketika dia
memiliki atau memperoleh sesuatu yang baik dalam hidupnya pasti dia
bersukacita. (Katakanlah naik pangkat, dapat kerja, masuk rumah baru, panen
berhasil, usaha berhasil, lulus ujian,dll) orang lalu bersukacita yang kemudian
diekspresikan dengan pesta meriah yang menghabiskan uang jutaan rupiah.
Tetapi
kalau dia mengalami kegagalan dan apa yang dimilikinya menjadi hilang, maka
sukacitanyapun menjadi lenyap.
Disini konsep sukacita
itu dibangun dalam pandangan atau perspektif memiliki atau tidak memiliki. Memiliki banyak atau memiliki sedikit dalam
hidup. Semakin banyak memiliki semakin besar sukacita. Semakin sedikit orang
memiliki, semakin berkurang orang bersukacita.
Disini
Paulus justru membangun konsep yang berbeda dari konsep sukacita yang kita
pahami.
Paulus
menempatkan bersukacita itu dalam perspektif kehadiran Tuhan.
Bagi
Paulus kita bersukacita, karena Tuhan selalu ada bersama kita, karena Tuhan
dekat dengan kita, karena Tuhan selalu menolong kita.
Itu
sebabnya bersukacita menurut Paulus bukan soal berapa banyak yang ia miliki,
tetapi seberapa dekat kita berada dengan Tuhan. Seberapa intim kita
berkomunikasi dan berelasi dengan Tuhan.
Karena
itu bila kita memiliki banyak atau sedikit, bila kita berada dalam suasana
bahagia ataupun duka, bila kita sukses atau gagal, bila kita senang atau
derita, sukacita kita tidak akan berubah. Tetap konstan.!!! Karena Tuhan selalu
ada untuk kita.
Seterusnya
Paulus menegaskan bahwa bersukacita itu mesti diungkapkan melalui “kebaikan
hatimu”. Dengan tegas Paulus
bilang begini : “hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang” (ayat 5).
Disini
Paulus menegaskan bahwa ternyata sukacita yang sebenarnya itu terungkap bukan
pada soal “berapa banyak yang kita miliki, tetapi berapa banyak yang kita beri kepada
orang lain.
Seberapa
besar kita ada untuk orang lain. Kebaikan hati kita yang dilihat orang lain dan
dirasakan orang lain akan membuat mereka bersukacita, dan kita juga akan bersukacita.
Saudara-saudara
yang dikasihi Tuhan Yesus !!!
Aspek
ketiga yang mau dihadapkan adalah ; Soal kekuatiran manusia dan jaminan
penyertaan Allah.
Paulus
dengan tegas berkata ; “janganlah hendaknya kamu kuatir tentang
apa pun juga” (ayat 6a).
Kita
bertanya,….kok bisa ??? Apakah ajakan ini cukup rasional ???
Sebab
bukankah kehidupan yang terjadi pada zaman Paulus sampai dengan kita sekarang
ini, adalah kehidupan yang membuat orang kautir ??? (ketidak adilan,
pemerkosaan, diskriminasi, kekerasan, teror bom, dll adalah realitas hidup yang
membuat orang kuatir)
Bahkan
Paulus dalam menulis surat ini juga berada dalam penjara ??? ko dia tidak
kuatir ????
saudaraku !!!
Disini
Paulus menempatkan kehidupan yang dijalaninya atas dasar iman yang kokoh pada
Tuhan Yesus, bukan atas dasar kekuatan diri. Ia menempatkan hidupnya di bawah kekuatan
Allah yang diberitakannya dari satu tempat ke tempat yang lain, yang karenanya
juga ia dipenjara, dan mengalami banyak ancaman dan penolakan.
Dan inilah
kekuatan yang membuat ia merasa tidak perlu kuatir dalam menjalani hidup.
Tetapi orang
yang tidak meletakan dasar imannya pada Yesus pasti kuatir.
Saudaraku !!!
Tidak kuatir
terhadap hidup, tidak berarti orang tidak perlu kerja keras, orang tidak perlu
berusaha keras, orang tidak perlu berdisiplin dalam bekerja dan bekerja sesuai
aturan.
Tidak kuatir
tidak berarti orang hanya ongkang-ongkang kaki saja, tunggu “mana” turun dari
langit seperti Israel tempo dulu,…tidak.
Tetapi
tidak kuatir yang dimaksudkan adalah tidak meragukan penyertaan dan
perlindungan Allah.
Paulus dengan
tegas berkata : “nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur”. (ayat 6b).
Jadi kalau
kita sudah melakukan semua hal dengan baik, bekerja keras, berusaha keras,
membanting tulang memeras keringat, dan berdoa kepada Tuhan, maka tidak perlu kuatir akan hasilnya, karena
Tuhan akan memberkatinya. Itu !!!
Pada
sisi ini Paulus mengajak kita juga untuk Mengawali seluruh pekerjaan kita
dengan doa. Doa penting saudara. Alkitab bilang : “Doa yang dinaikan dengan
sungguh-sungguh besar khasiatnya”.
Mari
jadikan tahun 2012 sebagai tahun kerja keras dan doa bagi keluarga dan rumah
tangga kita.
Kalau kita
sudah mulai segala sesuatu dengan doa, maka
segala yang akan kita lakukan tentunya mesti seiring dengan doa kita.
Tegasnya segala yang kita lakukan
mesti kita uji sesuai dengan kehendak Tuhan sebagaimana disebutkan dalam ayat
8.
“semua
yang benar, semua yang mulia, semua yang manis, semua yang sedap di dengar,
semua yang disebut kebajikan, dan patut dipuji pikirkan semuanya itu”.
Realitas ini
menujukan bahwa apa yang menurut kita benar, apa yang menurut kita enak dan
sedap, apa yang menurut kita baik dan seterusnya mesti kita uji di dalam
kehendak Tuhan, karena belum tentu baik untuk kita.
Kita perlu
menguji dalam permohonan dan doa kepada
Tuhan Yesus. Kita meminta Tuhan Yesus mencerahi hati dan pikiran kita supaya
kita tidak salah langkah ketika mengayunkan langkah membangun hidup di tahun 2012
ini.
Tuhan
menjanjikan Damai Sejahtera bagi kita semua dalam proses berjalan di tahun
2012. Selamat berjalan di tahun 2012 bersama Tuhan, amin.
Oleh : Pdt. Jan.Z. Matatula, S.Th.
Sekretaris Klasis GPM Masohi
(Disampaikan dalam kebaktian tahun baru,
1 Januari 2012 di
gedung Gereja Syaloom,
Jemaat GPM Sehati, Klasis GPM Masohi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar