HIDUP UNTUK BERSAKSI

HIDUP UNTUK BERSAKSI
Ronella Waitibu

Selasa, 01 Oktober 2013

SYARAT MENJADI MURID YESUS



TEKS   : Matius 10 ; 34 - 42

Syaloom !!!
Setiap Lembaga Pendidikan (formal maupun nonformal) selalu saja punya aturan-aturan tertentu sebagai persyaratan bagi  seseorang untuk memasuki Lembaga Pendidikan tersebut (atau menjadi murid pada Lembaga Pendidikan tersebut). Contoh ;  seseorang  yang akan masuk Pendidikan polisi, minimal tingginya 165 cm, berbadan sehat, tidak terganggung ingatan dll.
            Hal ini tentunya berlaku juga bagi setiap orang yang mau menjadi murid Yesus. Bahwa untuk menjadi murid Yesus sebetulnya ada berbagai tuntutan yang harus dipenuhi oleh setiap orang.
            Nah, apa saja yang merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang mau menjadi pengikut/murid Yesus, mari kita temukan jawabannya dalam teks bacaan kita tadi  Matius 10 : 34-42.

Persyaratan Pertama untuk menjadi pengikut Yesus itu, kita temukan melalui pernyataan Yesus berikut ini :
“ Jangan kamu menyangka bahwa, Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang” (ayat 34).
Pernyataan ini tentunya sangat kotroversial (bertentangan) dengan hakekat/esensi kehadiran Yesus. Kenapa ? Oleh karena Alkitab juga menyaksikan bahwa kehadiran Yesus untuk menghadirkan (membawa) damai sejahtera di bumi.  (Lukas 2 :14).
            Melalui penderitaan Yesus, Allah mendamaikan diriNya dengan manusia berdosa (2 Korintus 5 :18-19). Dalam khotba di bukit Yesus  juga berkata ; “Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut sebagai anak-anak Allah” (Matius 5 : 9).      Singkatnya, Yesus sangat mencintai kedamaian, karena memang Dia adalah Raja Damai seperti yang disebutkan dalam Kitab Yesaya 9:5. 
            Sebagai Raja Damai maka pastikan bahwa Yesus tidak menghendaki perang, kehancuran dan kekerasan.             Persoalannya adalah apa yang dimaksudkan dengan pernyataan “Aku datang untuk membawa pedang ??” Bukankah pedang selalu identik dengan kekerasan, pertikaian dan perselisihan ???
            Yang dimaksudkan dengan pedang disini adalah simbolisasi dari keterpisahan yang akan dilakukan Yesus bagi orang-orang yang menerimaNya (percaya kepadaNya).  Katakanlah Yesus ingin memisahkan dan membedakan secara tegas mana orang-orang yang menerimaNya dan melakukan kehendakNya dan mana orang-orang yang menolakNya.
            Tegasnya Yesus ingin membuat suatu garis pemisah antara orang-orang yang menjadi muridNya karena menerimaNya dan orang-orang yang bukan muridNya karena menolakNya.
Saudaraku,…Yang menarik untuk diperhatikan adalah bahwa Pemisahan itu dimulai dari dalam keluarga.  Tegasnya dikatakan :
“…Aku datang untuk memisahkan orang dari ayah, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya”. (ayat 35). Bahkan dikatakan keluarga dilihat sebagai musuh (ayat 36).
            Sekali lagi ini suatu pernyataan yang sangat kotroversial (bertentangan) dengan hakekat kehidupan keluarga kristen. Kenapa ? Oleh karena kita tahu bahwa Lembaga Perkawinan diciptakan oleh Allah sendiri. Dan lewat perkawinan itu akan terjadi hubungan kasih mesra antara suami dan istri, kemudian orang tua dan anak, menantu dan mertua, adik dan kakak dst.nya.
            Kalau Yesus memisahkan anak dari orang tua, menantu dari mertua, maka itu sama halnya dengan Yesus membenci persekutuan hidup keluarga, Yesus membenci kasih mesra yang tercipta di tengah keluarga.  Apakah benar demikian ???
            Mari kita perhatikan pernyataan Yesus berikutnya ; “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu, dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki dan perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu” (ayat 37). 
Perhatikanlah ungkapan kata “lebih”. (…Lebih dari padaKU,..). Lebih mengandung konotasi sesuatu yang melampaui kadar yang normal.
Nah pernyataan ini menegaskan bahwa Yesus tidak bermaksud mengatakan bahwa hubungan kasih mesra dalam keluarga itu tidak penting. Yesus tidak bermaksud mengatakan hubungan kekerabatan itu naïf.
Yesus sangat menghargai hubungan keluarga itu. Bukankah Yesus memberkati suatu pernikahan yang terjadi di Kana di Galiela ???
Sebetulnya, Yesus tidak menghendaki bahwa akibat dari hubungan-hubungan kekeluargaan dan kekerabatan itu, membuat orang tidak bisa menjadi pengikut/murid Yesus yang sejati.  
Atau dengan kata lain Yesus tidak menghendaki persekutuan/ikatan yang tercipta dalam keluarga sebagai penghalang bagi setiap orang untuk mengikut Yesus.
Hal ini wajar saja disampaikan oleh Yesus, oleh karena dalam kehidupan masyarakat Yahudi, ikatan keluarga itu sangat kuat, melebihi ikatan apapun.
Karena itu tidak heran ketika ada seorang pemuda yang mengatakan kepada Yesus, guru saya akan mengikuti Engkau kemana saja Engkau pergi, tetapi izinkan saya untuk memakamkam jenazah bapaku. Apa kata Yesus,…           Dengan tegas Yesus berkata kepadanya, biarlah orang mati menguburkan orang mati. Ini juga adalah gambaran tentang kuatnya ikatan kekeluargaan itu, sehingga terkadang menjadi penyebab sesorang untuk menjadi murid Yesus.
Dari gambaran seperti itu, Yesus sebetulnya mau mengatakan bahwa silahkan anda mengasihi bapamu dan ibumu,..itu sangat baik. Silahkan anda mengasihi anak-anakmu,…itu baik.  Silahkan anda mengasihi mertuamu,..itu baik. Silahkan anda mengasihi saudaramu laki-laki atau perempuan,..itu baik.
Tetapi ingat bahwa kadar kasih yang kau berikan kepada Yesus harus jauh melampaui kadar kasih yang kau berikan kepada keluargamu.
Kamu dikatakan tidak layak bila kamu mengutamakan keluargamu melebihi kesetiaanmu dan ketaatanmu kepada Yesus.
Dari gambaran di atas maka kita tiba pada kesimpulan bahwa persyaratan pertama yang harus dipenuhi setiap orang untuk mengikut Yesus adalah harus siap untuk melepaskan segala bentuk keterikatakan lama yang selama ini mengikatnya, yaitu ikatan keluarga dan berada dalam sebuah keterikatan yang baru dengan Kristus.
Dalam koteks hidup kita setiap hari, terlihat sangat jelas ada begitu banyak orang Kristen yang katanya murid Yesus, pengikut Yesus tetapi justru, tidak mampu untuk membangun komitmen menjadi pengikut Kristus yang sejati. Karena apa ? Oleh karena mereka terlihat begitu kuat mengasihi keluarganya katimbang mengasihi Yesus dan pelayananNya.
Saya pernah bertanya kepada seorang ibu,…kenapa ibu tidak masuk ibadah wadah pelayanan perempuan ??? Apa jawabnya ??  Karena tidak ada orang jaga anak saya,..anak saya masih kecil, pada hal anak sudah usia 2 tahun. Disini, anak  yang dijadikan alasan untuk tidak datang bersekutu dengan Yesus.
Suatu saat ada juga seorang bapak yang berkata kepada  Majelis Jemaat, saya belum bersedia untuk menjadi pelayan, ketika ia diminta untuk menjadi pengurus unit. Alasannya adalah  karena terlalu sibuk mencari nafkah untuk keluarga, apa lagi anak saya yang kuliah di Ambon selalu minta uang demikian katanya. Sekali lagi keluarga yang menjadi hambatan untuk menjadi murid Yesus. 
Hal ini sangat disayangkan. Kenapa ??? Karena mereka lupa bahwa anak adalah pemberian Tuhan, dan oleh karena itu Tuhan akan menjaga anak-anak kita dengan baik, melebihi penjagaan kita sendiri. 
Demikian pula Tuhan adalah sumber berkat, sumber rezeki, sumber nafkah, kenapa mesti menolak untuk melayaniNya, cuma karena soal nafkah.  Ingat pernyataan Yesus “carilah dahulu Kerajaan Allah dengan kebenaranNya, maka segala sesuatu akan ditambahkan kepadamu”.
Yang ditambahkan kepadamu bukan cuma kebutuhan jasmaniah, tetapi kehidupan ini secara utuh, termasuk usiamu yang bertambah dari saat ke saat. Karena itu kenapa mesti ragu untuk datang kepada Yesus ???
Hal lain yang berkaitan dengan keterikatan lama ini adalah keterikatan terhadap kesenangan dan ambisi pribadi.
Bagaimana mungkin sesorang dapat menjadi murid Yesus kalau berbagai kesenangan dan ambisi pribadinya tidak bisa ditekan ??? Sebetulnya kalau berbagai kesenangan dan ambisi pribadi itu diletakan dalam terang kasih Kristus dan digunakan untuk memuliakan Tuhan serta melayani sesama maka akan berdampak sangat positif.
Tetapi kalau kesenangan dan ambisi itu ditempatkan untuk diri sendiri, maka dia akan berdampak sangat negatif.            Anda tahu bahwa demi memenuhi keinginan dan ambisi, orang akan menggilas orang lain, melakukan kekerasan terhadap orang lain dan seterusnya.

Hal kedua yang menjadi tuntutan bagi setiap orang untuk menjadi murid Yesus adalah : Harus Siap Menderita.   Karena itu dengan tegas Yesus katakan :
 “Barangsiapa  tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiKu”.
Kita tahu bahwa ketika orang Romawi menyalibkan seseorang, orang itu dipaksa untuk memikul bagian dari salib itu, yaitu balok lintang dan berjalan menuju tempat penyaliban (seperti yang di alami oleh Yesus). Ini adalah sebuah perjalanan yang sangat berat.
Tentunya orang yang akan mengalami hukuman salib itu tidak saja menderita karena beratnya salib, tetapi ia menderita karena harus meninggalkan orang lain yang hidup terus.
Ia dipisahkan dari orang-orang yang akan terus melanjutkan kehidupan mereka. Jadi salib adalah sungguh-sungguh lambang penderitaan .
Dengan demikian Pernyataan ini menegaskan bahwa setiap orang yang akan menjadi murid Yesus dituntut untuk siap berada dalam penderitaan.
Namun perlu digaris bawahi bahwa penderitaan yang dimaksudkan disini adalah bukan terjadi karena perbuatan kejahatan kita, tetapi karena mempertahankan jati dirinya sebagai orang Kristen.
Penderitaan seperti ini tidak sama dengan seorang pejabat yang korupsi  dan kemudian harus berada di belakang terali besi.  Penderitaan yang dimaksudkan disini tidak sama dengan, seorang pencuri ayam yang ketangkap dan dipukul masa sampai babak belur.  Tetapi penderitaan yang di alaminya karena memberitakan Kristus yang tersalib dalam seluruh aktivitas hidupnya, demi keselamatan banyak orang.
Pada sisi ini maka salib jangan hanya dilihat sebagai sebuah beban penderitaan saja, tetapi  juga mesti dilihat sebagai pintu masuk untuk mengobarkan kasih.
Bukankah Kristus mengambil jalan salib untuk menyatakan kasih Allah kepada manusia dan dunia. Karena itu setiap orang yang mau menjadi pengikut Kristus, harus siap mengobarkan kasih bagi setiap orang sampai kepada musuh-musuhnya. Hal ini kelihatannya tidak gampang, tetapi itulah pilihan yang mesti dipilih, dan tak boleh diabaikan.

Hal ketiga adalah setiap orang yang mengikut Kristus harus siap kehilangan nyawanya.
Bahwa penderitaan yang akan dialami oleh setiap orang Kristen tidak saja sebatas, kehilangan materi, kehilangan kesempatan, kehilangan tempat kerja.  Seperti ketika kerusuhan  bernunsa Sara di Maluku, Poso dsbnya, maka demi mempertahankan jati dirinya, orang Kristen harus kehilangan tempat kerja, kehilangan rumah, kehilangan harta bahkan kehilangan jabatan dan kedudukan. Tetapi ia juga harus siap kehilangan nyawanya.  Ini pernyataan yang sangat keras, tanpa kompromi.
Namun menarik untuk diperhatikan adalah bahwa kendati setiap orang harus kehilangan nyawanya, ia tokh akan memperolehnya kembali. Apa maksudnya. Maksudnya adalah hidup yang kekal.
Bahwa Yesus tetap menyediakan kehidupan kekal bagi setiap orang yang tetap setia mempertahankan jati dirinya sebagai murid Kristus. Pada sisi ini maka ketaatan dan kesetiaan kepada Kristus dalam setiap situasi dan kondisi menjadi sangat penting.   Terkadang dalam kondisi-kondisi yang kritis, kondisi yang penuh ancaman orang sulit untuk mempertahankan jati dirinya sebagai pengikut Kristus.
Marilah kita belajar dari Dietrich Bonhoffer seorang teolog bangsa Djerman, ketika ia harus menghalami hukuman gantung karena kritikannya yang keras terhadap pemerintahan Hiltler dan karena itu ia dituduh melakukan perbuatan makar terhadap rezim Nazi, ia tidak pernah gentar. Bahkan sebelum tali dililitkan pada lehernya, ia masih sempat berdoa dengan tenang.
Sebuah kesetiaan dan ketaatan yang luar biasa. Karena apa ? karena ia tahu walaupun saat ini ia kehilangan nyawanya dan segala yang ia punya tetapi ia tidak kehilangan Yesus. Tidak kehilangan Yesus berarti tidak kehilangan hidup kekal.
Persoalannya adalah bagaimana dengan nilai kesetiaan dan ketaatan kita kepada Kristus. Silahkan masing-masing orang memberikan jawabannya.
Tapi firman Tuhan mau kasih tau untuk anda dan saya, bahwa kalau karena  takut orang-orang yang kita kasihi meninggal dunia, kemudian kita mencari kesembuhan pada dukun atau orang barobat yang menggunakan kekuatan magis, ini  sungguh menyedihkan.
Kalau demi hidup dan kesejahteraan keluarga, kemudian kita menggunakan kuasa-kuasa kegelapan untuk mempertahankan jabatan dan kedudukan kita, ini sungguh menyedihkan

Bagian terakhir perikop kita disebutkan tentang upah lainnya yang diberikan Yesus bagi orang-orang yang melakukan perbuatan baik.  Kategori orang yang harus mendapat perhatian dan pelayanan setiap pengikut Kristus adalah : para nabi (pelayan Tuhan), orang benar (orang yang hidup dalam nama Tuhan), dan orang kecil (orang yang terkadang dilihat sebagai kelompok tidak bernilai dalam masyarakat.          
Bahwa setiap orang percaya jangan takut kekurangan, untuk melayani kategori orang-orang yang disebutkan di atas. Tuhan bilang air putih secangkir yang diberikan kepada seorang kecil pasti akan diperhitungkan sebagai upah.
Pada sebelah lain sebagai para pelayan, diingatkan bahwa sokongan dan pemberian umat akan tetap ditunjukan asalkan kesetiaan dan ketaatan untuk memberitakan injil terus dipertahankan.
Biarlah melalui perayaan minggu sengsara yang kedua di tahun ini, kita siap untuk berkorban bagi orang lain dan demi pekerjaan Tuhan, amin.

Oleh : Pdt. Jan. Z. Matatula, S.Th.
(Sekretaris Klasis GPM P.P.Aru)
(Disampaikan dalam kebaktian Minggu Sengsara II di Gereja Bethel–
Jemaat GPM Dobo, Klasis P.P.Aru. Tahun 2003.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar