TEKS : II Korintus 13 ; 1-10
Syaloom
!!!
Setiap orang yang hendak
bepergian kesuatu tempat pasti punya alasan dan tujuan yang
jelas. Mungkin untuk berlibur, mungkin untuk melanjutkan studi, mungkin
untuk mengunjungi keluarga, mungkin untuk bekerja dan lain-lain. Yang
pasti adalah setiap orang yang melakukan suatu perjalanan pasti punya alasan
dan tujuan tertentu.
Paulus juga punya alasan dan
tujuan yang jelas ketika ia menghadapkan keinginannya untuk melakukan
perjalanan ke Korintus, untuk ketiga kalinya.
Apa yang menjadi alasan dan tujuan Paulus.
Pertama : Sebagai orang yang turut terlibat
dalam proses pembangunan jemaat Korintus, Ia merasa punya
tanggung jawab moral untuk memelihara dan mengembangkan kehidupan iman umat di
Korintus. Supaya pertumbuhan iman mereka kepada Yesus Kristus yang
adalah sumber hidup itu semakin berkualitas. Ia tidak menghendaki kehidupan
kekristenan di Korintus berjalan apa adanya, dan tidak menunjukan pertumbuhan
yang baik dan berkelanjutan. Istilah Alkitab “panas tidak dinginpun
tidak”.
Bagi Paulus ibarat seorang
petani yang mengharapkan pohon yang ditanamnya tidak saja bertunas, tumbuh dan
berkembang, tetapi juga berbunga, berbuah dan buahnya enak dimakan, maka Paulus
juga mengharapkan agar Injil yang diberitakannya bagi umat di Korintus dapat
bertumbuh, berkembang dan menghasilkan buah
yang diwujudkan melalui
penampilan hidup umat yang bermutu.
Karena itu ia tidak terima
dan menolak keras, ketika segala yang telah di taburnya, ditanamnya hendak
dihancurkan begitu saja oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan
tujuan untuk mencari pamoritas dan keuntungan diri, melalui penyebaran ajaran-ajaran
palsu dan menyesatkan, yang pada akhirnya membuat umat menjadi bimbang.
Jelasnya Paulus “merasa
terpanggil” untuk datang lagi ke Korintus dengan tujuan melakukan
penguatan dan pendampingan bagi iman umat, supaya mereka tidak dibodoh-bodohin
oleh pihak-pihak tertentu.
Kedua ; Rupanya ada diantara umat di Korintus yang
karena berbagai hasutan yang diterimanya, mulai meragukan integritas /
keabsahan Paulus sebagai seorang Rasul Kristus.
Bagi Paulus, dengan meragukan keabsahannya sebagai
seorang rasul, itu sama dengan menolak dirinya sebagai seorang Rasul dan
menolak pula segala sesuatu yang pernah diajarkannya kepada umat. Dan Paulus
dapat dicap sebagai Rasul palsu.
Kenyataan ini yang tidak
diterima
oleh Paulus. Kalau orang mengatakan dia lemah, dia kurang pandai bicara
barangkali itu bisa diterima, kalau ia difitnah itu dan ini, ia terima
saja. Tetapi kalau menolak dirinya
sebagai Rasul Kristus, ini tak bisa didiamkan, tetapi harus dibela dan
diperjuangkan.
Ini adalah dua perkara yang menjadi alasan yang kuat dan
tujuan yang jelas bagi Paulus untuk datang lagi ke Korintus, yang intinya
adalah agar umat terus bertumbuh dalam iman yang benar dan murni kepada Yesus
Kristus Tuhan.
Bicara tentang merasa
terpanggil maka sebetulnya, bukan cuma Paulus yang merasa terpanggil dan
bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan iman umat pada
zamannya, tetapi seorang Pendeta, Penatua dan Diaken, dan semua orang yang
telah percaya kepada Yesus Kristus, (terutama yang telah makan dan minum
sehidangan dengan Kristus melalui Perjamuan Asa Kudus), sebetulnya punya panggilan yang sama untuk
menumbuhkan kehidupan iman umat, dengan menggerakan berbagai karunia dan
kelebihan yang ada padanya masing-masing.
Katakanlah semua orang
percaya harus merasa bertanggung jawab untuk melakukan upaya-upaya kearah pertumbuhan
iman umat, kearah persekutuan hidup yang
penuh cinta kasih dalam persekutuan bergereja.
Tetapi yang terjadi dalam
realita hidup kita adalah jauh berbeda dari apa yang diharapkan.
Tidak banyak orang yang
merasa bahwa proses pertumbuhan iman umat, proses hidup bergereja itu adalah
tanggung jawabnya. Karena itu banyak orang yang lebih memilih untuk menjadi komentator picisan untuk mengomentari kelemahan dan kekurangan hidup bergereja,
tanpa mau terlibat di dalam persekutuan itu untuk membangunnya.
Kalaupun ada yang mengatakan
saya merasa terpanggil untuk membangun kehidupan umat dan masyarakat,
motivasinya terkadang melenceng jauh dari apa yang diharapkan.
Dapatkah dikatakan motivasi
mereka benar, kalau rasa terpanggil itu hanya untuk memperjuangkan kepentingan
diri sendiri, kepentingan golongan sendiri, memperjuangkan pamoritas dan
prestise diri, lalu mengatasnamakan umat atau masyarakat ??? Saya kira tidak benar.
Nah,… karena itu kalau kita
memahami panggilan kita secara benar sebagaimana Paulus memahami panggilannya,
maka kita tidak akan menjadi penghasut, kita tidak akan menjadi penipu, kita
tidak menjadi orang yang suka “lempar batu sambunyi tangan”, sebab sikap
seperti itu justru merusak kehidupan umat dan bukan untuk membangun kehidupan
iman umat.
Kalau kita memahami
panggilan kita dengan baik, maka kita tidak akan pernah meracuni pikiran orang lemah, orang kecil,
orang yang bisa kita pengaruhi dengan berbagai pikiran yang menyesatkan, agar mereka
mendukung keinginan dan harapan-harapan kita, dan lalu melecehkan orang lain.
Kalau kita memahami
panggilan kita, maka kita akan lebih dahulu mengoreksi diri kita sendiri :
apakah saya sungguh-sungguh telah
menjadi “anak Tuhan yang Sejati”,
“Pelayan Tuhan yang sejati”,
“Pelayan masyarakat yang sejati” “Pelayan keluarga yang sejati”,
dst.nya.
Seterusnya dijelaskan dalam
teks kita bahwa baik seorang pelayan maupun umat harus menguji dirinya sendiri, apakah dia
sungguh-sungguh pantas menjadi pelayan Tuhan dan umat Tuhan yang sejati ataukah
tidak.
Dan Paulus dalam
rangka membela keabsahannya sebagai Rasul Kristsus, ia
terlebih dahulu telah menguji
integritasnya sebagai Rasul Kristus melalui tanggung jawab pemberitaan
injil yang dipercayakan kepadanya ???
Bagaimana caranya Paulus
membuktikan dirinya sebagai Rasul Kristus ???
Pertama : Paulus menunjuk
kepada Pemberitaan tentang Salib. Bahwa pada
satu pihak Salib adalah tanda kelemahan, salib adalah hukuman, salib
adalah penderitaan.
Dan karena pemberitaan
tentang salib itulah maka ia sendiri telah melalui suatu kehidupan yang penuh
dengan penderitaan, tantangan dan ancaman. Ke luar masuk penjara, difitnah dan
dihujat, disesah adalah bagian dari
kehidupan salib yang telah dipertontonkan Paulus dalam kehidupannya.
Terhadap semua penderitaan
itu, Paulus tidak pernah mundur sedikitpun dari berbagai tantangan dan ancaman
yang dihadapinya. Ia telah menunjukan loyalitasnya, dedikasinya yang luar biasa
dalam pekerjaan pemberitaan injil itu. Dan karena itu kehadirannya sebagai
Rasul Kristus tidak pantas untuk diragukan.
Kedua : Bagi Paulus Salib juga
menunjuk pada pusat Kuasa Allah untuk menyelamatkan manusia berdosa dan dunia.
Dan kuasa Allah itu berwujud melalui Kebangkitan Kristus.
Kristus
telah mati tetapi Ia dibangkitkan kembali oleh Kuasa Allah. Dan kuasa Allah itu telah dianugerahkan juga
bagi Paulus.
Bukankah
Paulus dengan kuasa Allah telah melakukan berbagai tanda mujizat ??? Sebut
saja, pengusiran roh jahat dari seorang perempuan tenun di kota Filipi. (K.P.R. 16:18); Keberaniannya untuk memberitakan Injil baik
dikalangan orang-orang Yahudi maupun Yunani Romawi di berbagai daerah.
Semuanya
itu dapat dilakukan oleh karena kuasa Allah yang dianugerahkan kepadanya.
Dengan kemampuannya sendiri pasti ia tidak akan mampu melakukan perkara-perkara
yang besar itu.
Semuanya
merupakan bukti bahwa ia sungguh-sungguh adalah rasul Kristus. Kenapa mesti diragukan ???
Saudara, …..Kenyataan ini
lalu menuntut setiap orang yang dipanggil untuk melayani pekerjaan Tuhan,
Pendeta, Penatua, Diaken, Pengurus Sektor, Koordinator Unit, Pengurus
wadah-wadah organisasi gereja untuk menguji diri sendiri
apakah kita sudah menjadi pelayan Tuhan yang sejati disepanjang tahun
ini ??? Dan untuk pengujian itu maka
parameter yang perlu kita gunakan adalah juga yang digunakan oleh Paulus,
yaitulah “Kehidupan salib”.
Karena itu tanyakan pada
dirimu sendiri apakah kita
sungguh-sungguh tetap sabar, tetap loyal, dalam menjalankan tugas pelayanan
yang dipercayakan kepada kita, walaupun harus menghadapi tantangan dan
ancaman ? Ataukah justru karena tantangan dan ancaman itu kita
lalu menyembunyikan diri.
Saudara tantangan dan
ancaman itu macam-macam bentuknya. Mungkin di tolak oleh anggota jemaat, karena
terlambat datang melayani ibadah ulang tahun, karena kebetulan ada ibadah di
tempat lain. Mungkin dicaci, dimaki,
dihina karena katanya pelayan itu cuma
melayani orang-orang tertentu saja, dst.nya. Yac,….Itu biasa !!! yang penting adalah motivasi pelayanan itu
jelas, yaitu demi meningkatkan pertumbuhan iman umat dan bukan untuk mencari
keuntungan diri. Yang luar biasa adalah ketika seorang pelayan menghindari
dirinya dari pelayanan yang dipercayakan kepadanya.
Perlu ditegaskan bahwa
bagi seorang pelayan Allah justru menganugerahkan
KuasaNya, sebagaimana halnya yang diberikan kepada Paulus. Karena itu tidak ada yang perlu ditakutkan.
Namun begitu harus
diingat pula bahwa Kuasa Allah yang
dianugerahkan kepada setiap pelayannya dengan tujuan untuk melakukan
pemberdayaan bagi umat.
Dengan kuasa ini maka setiap
pelayan ditantang untuk harus menyuarakan kebenaran tanpa perlu
takut. Dengan kuasa itu setiap pelayan dituntut untuk membimbing umat kearah
pertobatan, agar umat mengambil keputusan untuk bertobat dan mempercayakan
hidupnya pada Kristus. Dengan kuasa itu ia dapat berdoa untuk menyembuhkan
orang sakit. Yang disayangkan adalah banyak pelayan yang ragu akan kuasa Allah
yang ada dalam dirinya. Ketika ia ragu bahwa akan kuasa Allah dapat disalurkan
melalui dirinya, itu artinya ia sudah mulai ragu terhadap integritas dirinya
sebagai pelayan Kristus.
Kemudian
Paulus menantang umat bahwa mereka juga harus menguji diri mereka sendiri.
Tegasnya dikatakan : “ Ujilah dirimu sendiri,……selidikilah dirimu
sendiri,…….apakah kamu sungguh-sungguh tetap tegak di dalam iman kepada Kristus
Yesus ??? (ayat 5). Bagaimana umat harus menguji dirinya sebagai umat yang
sejati ?? Tetap dengan mempergunakan
parameter “Kehidupan salib”.
Dalam
kaitan itu maka kita sebagai umat di tantang untuk mempertanyakan diri sendiri
apakah selama ini saya sungguh-sungguh taat dan setia mengikuti Kristus dan
melakukan kehendakNya kendati penderitaan dan ancaman menghadang hidup saya
??? Mungkin ada yang bilang belum,……mungkin
ada yang bilang kadang-kadang. Yach macam-macam.
Æ
Karena itu pantas saja kalau ada umat yang
mondar mandir dari gereja yang satu ke gereja yang lain. Kalau ditanya kenapa anda
bersikap seperti itu,….ya supaya bisa pintar buka Alkitab, apalagi,….supaya
bisa berkhotba,….apalagi supaya bisa baptis ulang. Ini wujud dari orang yang belum memiliki iman
yang berakar pada Kristus.
Æ
Karena itu pantas saja kalau sampai saat ini
masih ada warga jemaat yang tetap mengandalkan dukun, untuk mencari kesembuhan
bagi anggota keluarga yang sakit, walaupun baik Pengurus Sektor, Majelis sampai
Pendeta sudah dipanggil untuk berdoa.
Æ
Pantas saja kalau sampai saat ini masih ada
orang yang untuk memulai usahanya, tetap menggunakan kekuatan-kekuatan magis
lainnya di luar kuasa Allah.
Namun
di hari firman Tuhan mengajak kita bahwa sebagai orang-orang yang
mempertontonkan kehidupan salib dalam hidupnya, ia harus siap menderita
sebagaimana Kristus Yesus juga menderita untuk menyelamatkan manusia dan dunia.
Tetapi kepadanya juga Allah menganugerahkan jaminan, yaitulah kuasanya yang
menghidupkan dan memberdayakan.
Dalam
kaitan itu maka semua pelayan dan umat diajak bukan sekedar untuk menguji diri,
menyelidiki hidup kita, tetapi juga untuk mengambil keputusan. Keputusan untuk
berbalik dari berbagai perbuatan kita yang menyesatkan dan merugikan orang lain
dan kemudian bersama-sama mengembangkan kehidupan iman yang berkualitas. Kenapa
??? Karena di dalam kehidupan iman yang berkualitas itulah Allah menghadirkan
berkatNya bagi kita, amin.
Oleh
Pdt. Jan. Z. Matatula
(Sekretaris
Klasis GPM P.P.Aru)
Disampaikan dalam Ibadah Syukur Perjamuan Kudus
di Jemaat GPM Dobo, 12 Oktober 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar