HIDUP UNTUK BERSAKSI

HIDUP UNTUK BERSAKSI
Ronella Waitibu

Selasa, 01 Oktober 2013

BERJUANG MENGHADIRKAN EKSISTENSI SEBAGAI MURID YESUS, MELALUI KEHIDUPAN SALIB.



TEKS : II Korintus 13 ; 1-10


                                                                             Syaloom !!!

Setiap orang yang hendak bepergian kesuatu tempat pasti punya alasan dan tujuan yang jelas. Mungkin untuk berlibur, mungkin untuk melanjutkan studi, mungkin untuk mengunjungi keluarga, mungkin untuk bekerja dan lain-lain. Yang pasti adalah setiap orang yang melakukan suatu perjalanan pasti punya alasan dan tujuan tertentu.
Paulus juga punya alasan dan tujuan yang jelas ketika ia menghadapkan keinginannya untuk melakukan perjalanan ke Korintus, untuk ketiga kalinya.  Apa yang menjadi alasan dan tujuan Paulus.

Pertama : Sebagai orang yang turut terlibat dalam proses pembangunan jemaat Korintus, Ia merasa punya tanggung jawab moral untuk memelihara dan mengembangkan kehidupan iman umat di Korintus. Supaya pertumbuhan iman mereka kepada Yesus Kristus yang adalah sumber hidup itu semakin berkualitas. Ia tidak menghendaki kehidupan kekristenan di Korintus berjalan apa adanya, dan tidak menunjukan pertumbuhan yang  baik dan berkelanjutan.  Istilah Alkitab “panas tidak dinginpun tidak”.
Bagi Paulus ibarat seorang petani yang mengharapkan pohon yang ditanamnya tidak saja bertunas, tumbuh dan berkembang, tetapi juga berbunga, berbuah dan buahnya enak dimakan, maka Paulus juga mengharapkan agar Injil yang diberitakannya bagi umat di Korintus dapat bertumbuh, berkembang dan menghasilkan buah  yang diwujudkan  melalui penampilan hidup umat yang bermutu.
Karena itu ia tidak terima dan menolak keras, ketika segala yang telah di taburnya, ditanamnya hendak dihancurkan begitu saja oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan tujuan untuk mencari pamoritas dan keuntungan diri, melalui penyebaran ajaran-ajaran palsu dan menyesatkan, yang pada akhirnya membuat umat menjadi bimbang.
Jelasnya Paulus “merasa terpanggil” untuk datang lagi ke Korintus dengan tujuan melakukan penguatan dan pendampingan bagi iman umat, supaya mereka tidak dibodoh-bodohin oleh pihak-pihak tertentu.

Kedua ;  Rupanya ada diantara umat di Korintus yang karena berbagai hasutan yang diterimanya, mulai meragukan integritas / keabsahan Paulus sebagai seorang Rasul Kristus.

Bagi Paulus, dengan meragukan keabsahannya sebagai seorang rasul, itu sama dengan menolak dirinya sebagai seorang Rasul dan menolak pula segala sesuatu yang pernah diajarkannya kepada umat. Dan Paulus dapat dicap sebagai Rasul palsu.

Kenyataan ini yang tidak diterima oleh Paulus. Kalau orang mengatakan dia lemah, dia kurang pandai bicara barangkali itu bisa diterima, kalau ia difitnah itu dan ini, ia terima saja.  Tetapi kalau menolak dirinya sebagai Rasul Kristus, ini tak bisa didiamkan, tetapi harus dibela dan diperjuangkan.

Ini adalah  dua perkara yang menjadi alasan yang kuat dan tujuan yang jelas bagi Paulus untuk datang lagi ke Korintus, yang intinya adalah agar umat terus bertumbuh dalam iman yang benar dan murni kepada Yesus Kristus Tuhan.

Bicara tentang merasa terpanggil maka sebetulnya, bukan cuma Paulus yang merasa terpanggil dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan iman umat pada zamannya, tetapi seorang Pendeta, Penatua dan Diaken, dan semua orang yang telah percaya kepada Yesus Kristus, (terutama yang telah makan dan minum sehidangan dengan Kristus melalui Perjamuan Asa Kudus),  sebetulnya punya panggilan yang sama untuk menumbuhkan kehidupan iman umat, dengan menggerakan berbagai karunia dan kelebihan yang ada padanya masing-masing.

Katakanlah semua orang percaya harus merasa bertanggung jawab untuk melakukan upaya-upaya kearah pertumbuhan iman umat, kearah persekutuan  hidup yang penuh cinta kasih dalam persekutuan bergereja.
Tetapi yang terjadi dalam realita hidup kita adalah jauh berbeda dari apa yang diharapkan.
Tidak banyak orang yang merasa bahwa proses pertumbuhan iman umat, proses hidup bergereja itu adalah tanggung jawabnya. Karena itu banyak orang yang lebih memilih untuk  menjadi komentator picisan untuk mengomentari  kelemahan dan kekurangan hidup bergereja, tanpa mau terlibat di dalam persekutuan itu untuk membangunnya.
Kalaupun ada yang mengatakan saya merasa terpanggil untuk membangun kehidupan umat dan masyarakat, motivasinya terkadang melenceng jauh dari apa yang diharapkan. 
Dapatkah dikatakan motivasi mereka benar, kalau rasa terpanggil itu hanya untuk memperjuangkan kepentingan diri sendiri, kepentingan golongan sendiri, memperjuangkan pamoritas dan prestise diri, lalu mengatasnamakan umat atau masyarakat ???  Saya kira tidak benar. 
Nah,… karena itu kalau kita memahami panggilan kita secara benar sebagaimana Paulus memahami panggilannya, maka kita tidak akan menjadi penghasut, kita tidak akan menjadi penipu, kita tidak menjadi orang yang suka “lempar batu sambunyi tangan”, sebab sikap seperti itu justru merusak kehidupan umat dan bukan untuk membangun kehidupan iman umat.
Kalau kita memahami panggilan kita dengan baik, maka kita tidak akan pernah   meracuni pikiran orang lemah, orang kecil, orang yang bisa kita pengaruhi dengan berbagai pikiran yang menyesatkan, agar mereka mendukung keinginan dan harapan-harapan kita, dan lalu melecehkan orang lain.
Kalau kita memahami panggilan kita, maka kita akan lebih dahulu mengoreksi diri kita sendiri : apakah saya sungguh-sungguh telah  menjadi “anak Tuhan yang Sejati”,  “Pelayan Tuhan yang sejati”,  “Pelayan masyarakat yang sejati” “Pelayan keluarga yang sejati”, dst.nya.

Seterusnya dijelaskan dalam teks kita bahwa baik seorang pelayan maupun umat  harus menguji dirinya sendiri, apakah dia sungguh-sungguh pantas menjadi pelayan Tuhan dan umat Tuhan yang sejati ataukah tidak.
Dan Paulus dalam rangka membela keabsahannya sebagai  Rasul Kristsus, ia terlebih dahulu telah menguji  integritasnya sebagai Rasul Kristus melalui tanggung jawab pemberitaan injil yang dipercayakan kepadanya ???  Bagaimana caranya Paulus  membuktikan dirinya sebagai Rasul Kristus ???
Pertama : Paulus menunjuk kepada Pemberitaan tentang Salib.  Bahwa pada satu pihak Salib adalah tanda kelemahan, salib adalah hukuman, salib adalah penderitaan. 
Dan karena pemberitaan tentang salib itulah maka ia sendiri telah melalui suatu kehidupan yang penuh dengan penderitaan, tantangan dan ancaman. Ke luar masuk penjara, difitnah dan dihujat, disesah adalah  bagian dari kehidupan salib yang telah dipertontonkan Paulus dalam kehidupannya.
Terhadap semua penderitaan itu, Paulus tidak pernah mundur sedikitpun dari berbagai tantangan dan ancaman yang dihadapinya. Ia telah menunjukan loyalitasnya, dedikasinya yang luar biasa dalam pekerjaan pemberitaan injil itu. Dan karena itu kehadirannya sebagai Rasul Kristus tidak pantas untuk diragukan.

Kedua : Bagi Paulus Salib juga menunjuk pada pusat Kuasa Allah untuk menyelamatkan manusia berdosa dan dunia. Dan kuasa Allah itu berwujud melalui Kebangkitan Kristus.
Kristus telah mati tetapi Ia dibangkitkan kembali oleh Kuasa Allah. Dan kuasa Allah itu telah dianugerahkan juga bagi Paulus.

Bukankah Paulus dengan kuasa Allah telah melakukan berbagai tanda mujizat ??? Sebut saja, pengusiran roh jahat dari seorang perempuan tenun di kota Filipi. (K.P.R. 16:18);  Keberaniannya untuk memberitakan Injil baik dikalangan orang-orang Yahudi maupun Yunani Romawi di berbagai daerah.

Semuanya itu dapat dilakukan oleh karena kuasa Allah yang dianugerahkan kepadanya. Dengan kemampuannya sendiri pasti ia tidak akan mampu melakukan perkara-perkara yang besar itu.
Semuanya merupakan bukti bahwa ia sungguh-sungguh adalah rasul Kristus.  Kenapa mesti diragukan ???

Saudara, …..Kenyataan ini lalu menuntut setiap orang yang dipanggil untuk melayani pekerjaan Tuhan, Pendeta, Penatua, Diaken, Pengurus Sektor, Koordinator Unit, Pengurus wadah-wadah organisasi gereja untuk menguji  diri sendiri  apakah kita sudah menjadi pelayan Tuhan yang sejati disepanjang tahun ini ???  Dan untuk pengujian itu maka parameter yang perlu kita gunakan adalah juga yang digunakan oleh Paulus, yaitulah “Kehidupan salib”. 

Karena itu tanyakan pada dirimu sendiri apakah  kita sungguh-sungguh tetap sabar, tetap loyal, dalam menjalankan tugas pelayanan yang dipercayakan kepada kita, walaupun harus menghadapi tantangan dan ancaman  ? Ataukah  justru karena tantangan dan ancaman itu kita lalu menyembunyikan diri.

Saudara tantangan dan ancaman itu macam-macam bentuknya. Mungkin di tolak oleh anggota jemaat, karena terlambat datang melayani ibadah ulang tahun, karena kebetulan ada ibadah di tempat lain.  Mungkin dicaci, dimaki, dihina karena  katanya pelayan itu cuma melayani orang-orang tertentu saja, dst.nya. Yac,….Itu biasa !!!  yang penting adalah motivasi pelayanan itu jelas, yaitu demi meningkatkan pertumbuhan iman umat dan bukan untuk mencari keuntungan diri. Yang luar biasa adalah ketika seorang pelayan menghindari dirinya dari pelayanan yang dipercayakan kepadanya.

Perlu ditegaskan bahwa bagi  seorang pelayan Allah justru menganugerahkan KuasaNya, sebagaimana halnya yang diberikan kepada Paulus.  Karena itu tidak ada yang perlu ditakutkan.
Namun begitu harus diingat  pula bahwa Kuasa Allah yang dianugerahkan kepada setiap pelayannya dengan tujuan untuk melakukan pemberdayaan bagi umat.

Dengan kuasa ini maka setiap pelayan ditantang untuk harus menyuarakan kebenaran tanpa perlu takut. Dengan kuasa itu setiap pelayan dituntut untuk membimbing umat kearah pertobatan, agar umat mengambil keputusan untuk bertobat dan mempercayakan hidupnya pada Kristus. Dengan kuasa itu ia dapat berdoa untuk menyembuhkan orang sakit. Yang disayangkan adalah banyak pelayan yang ragu akan kuasa Allah yang ada dalam dirinya. Ketika ia ragu bahwa akan kuasa Allah dapat disalurkan melalui dirinya, itu artinya ia sudah mulai ragu terhadap integritas dirinya sebagai pelayan Kristus.

Kemudian Paulus menantang umat bahwa mereka juga harus menguji diri mereka sendiri. Tegasnya dikatakan : “ Ujilah dirimu sendiri,……selidikilah dirimu sendiri,…….apakah kamu sungguh-sungguh tetap tegak di dalam iman kepada Kristus Yesus ??? (ayat 5). Bagaimana umat harus menguji dirinya sebagai umat yang sejati ??  Tetap dengan mempergunakan parameter “Kehidupan salib”.
Dalam kaitan itu maka kita sebagai umat di tantang untuk mempertanyakan diri sendiri apakah selama ini saya sungguh-sungguh taat dan setia mengikuti Kristus dan melakukan kehendakNya kendati penderitaan dan ancaman menghadang hidup saya ???  Mungkin ada yang bilang belum,……mungkin ada yang bilang kadang-kadang. Yach macam-macam.
Æ   Karena itu pantas saja kalau ada umat yang mondar mandir dari gereja yang satu ke gereja yang lain. Kalau ditanya kenapa anda bersikap seperti itu,….ya supaya bisa pintar buka Alkitab, apalagi,….supaya bisa berkhotba,….apalagi supaya bisa baptis ulang.  Ini wujud dari orang yang belum memiliki iman yang berakar pada Kristus.

Æ   Karena itu pantas saja kalau sampai saat ini masih ada warga jemaat yang tetap mengandalkan dukun, untuk mencari kesembuhan bagi anggota keluarga yang sakit, walaupun baik Pengurus Sektor, Majelis sampai Pendeta sudah dipanggil untuk berdoa.

Æ   Pantas saja kalau sampai saat ini masih ada orang yang untuk memulai usahanya, tetap menggunakan kekuatan-kekuatan magis lainnya di luar kuasa Allah.

Namun di hari firman Tuhan mengajak kita bahwa sebagai orang-orang yang mempertontonkan kehidupan salib dalam hidupnya, ia harus siap menderita sebagaimana Kristus Yesus juga menderita untuk menyelamatkan manusia dan dunia. Tetapi kepadanya juga Allah menganugerahkan jaminan, yaitulah kuasanya yang menghidupkan dan memberdayakan.

Dalam kaitan itu maka semua pelayan dan umat diajak bukan sekedar untuk menguji diri, menyelidiki hidup kita, tetapi juga untuk mengambil keputusan. Keputusan untuk berbalik dari berbagai perbuatan kita yang menyesatkan dan merugikan orang lain dan kemudian bersama-sama mengembangkan kehidupan iman yang berkualitas. Kenapa ??? Karena di dalam kehidupan iman yang berkualitas itulah Allah menghadirkan berkatNya bagi kita, amin.

Oleh Pdt. Jan. Z. Matatula
(Sekretaris Klasis GPM P.P.Aru)
Disampaikan dalam Ibadah Syukur Perjamuan Kudus
di Jemaat GPM Dobo, 12 Oktober 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar