TEKS
: Amsal 16 ; 1-9.
Syaloom !!!
Hari-hari terakhir ini banyak orang tua
yang sibuk dengan urusan sekolah anak-anaknya. Mendatangi sekolah-sekolah
tertentu untuk melamar anak-anaknya yang mulai masuk TK, SD, SMP,
SMA sampai dengan Perguruan Tinggi.
Ada
yang memilih sekolah di Masohi saja, tetapi ada yang justru memilih tempat
pendidikan bagi anak-anaknya di kota-kota besar, yang katanya kualitas
pendidikannya lebih baik, walaupun untuk itu mereka harus mengeluarkan biaya
yang cukup mahal. Tidak masalah.
Kenapa
?? ada banyak alasan yang masing-masing orang tua dapat menjawabnya sendiri. Tetapi satu hal yang pasti adalah karena tidak
ada orang yang ingin masa depannya hancur. Tidak ada orang tua yang
menghendaki masa depan anak-anaknya hancur.
Tentunya
dengan memiliki pendidikan yang baik
menjadi modal untuk memiliki masa depan yang baik pula. Itulah sebabnya
berbagai upaya dilakukan oleh orang tua agar anak-anaknya dapat mengikuti
pendidikan dengan baik.
Bicara
tentang harapan untuk memiliki suatu masa depan yang baik, tentunya menjadi
dambaan setiap orang dan sangat manusiawi. Karena itu ada banyak pemuda dan
pemudi yang berjuang untuk memperoleh pekerjaan, terbebas dari status sebagai
pengangguran. Ada banyak pekerja, pegawai yang berusaha untuk mendapatkan
jabatan dan kedudukan yang lebih baik sesuai dengan profesionalismenya,
kompetensinya, dalam membangun kariernya dstnya. Itu realitas hidup di
tengah-tengah konteks masyarakat kita.
Yang
menjadi persoalan untuk kita renungkan bersama adalah bagaimana sikap
kita sebagai orang Kristen untuk menggapai masa depan yang gemilang itu. Mari
kita belajar dari teks bacaan kita tadi, Amsal 16 ; 1-9.
Hal pertama
yang mau disampaikan kepada kita adalah adanya
kemauan dari setiap orang untuk menyerahkan segala rencananya pada Tuhan,
termasuk rencana untuk menggapai masa depan yang baik itu.
Jelasnya
dikatakan ; “serahkanlah perbuatanmu pada Tuhan, maka terlaksana segala rencanamu”
(ayat 3).
Pernyataan
ini menunjukan kepada kita bahwa upaya untuk meraih masa depan yang baik, upaya
untuk menggapai masa depan yang cerah itu mesti
diperjuangkan.
Orang
tidak bisa duduk diam, orang tidak bisa pangku tangan dan ongkang-ongkang kaki
di rumah lalu mengharapkan masa depannya akan baik.
Mustahil
kalau anak sekolah yang malas sekolah, yang malas belajar akan sukses dalam
studinya.
Mustahil
seorang pegawai yang tidak melakukan tugasnya dengan baik, yang sering absen
masuk kantor akan dipromosikan untuk naik
pangkat dst.nya. Jadi untuk memiliki masa depan yang baik itu, harus diperjuangkan.
Penulis
menggunakan ungkapan “perbuatanmu” – kata dasar “buat” jadi berbuat tentunya
dalam konotasi yang positif, bukan berbuat yang negatif dan yang dapat
mencelakai hidupnya dan orang lain.
Tetapi
serentak dengan itu penulis juga mengatakan bahwa berbuat itu tidak cukup,
kalau hanya dilakukan dengan kekuatan diri, kemampuan diri, dan pertolongan
manusia semata.
Sebaliknya setiap orang harus berusaha
untuk melibatkan Tuhan dalam segala rencana dan perjuangannya.
Sebab
hanya dengan melibatkan Tuhan maka ada
jaminan, ada kepastian, bahwa segala
yang direncanakan untuk menggapai masa depan pasti berhasil.
Hal
ini sejalan dengan pernyataan Yakobus (Yakobus 4 :5 dstnya), ketika dengan
tegas ia berkata : “janganlah kita berkata hari ini atau besok aku akan
berangkat ke kota
anu dan disana aku akan tinggal setahun dan berdagang dan seterusnya, sebab
kita sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi besok hari,….. yang mesti kita
ucapkan adalah :”Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan
itu”.
Jadi semuanya sangat tergantung dari
kehendak Tuhan. Karena itu melibatkan Tuhan dalam seluruh
proses untuk memperjuangankan masa depan adalah sebuah keniscayaan, sebuah
keharusan bagi setiap orang beriman.
Pertanyaan
kritis kita adalah kenapa harus selalu melibatkah Tuhan ? Penulis memberikan
jawaban dengan berkata ; “Segala jalan orang adalah bersih menurut
pandangannya sendiri, Tetapi Tuhanlah yang menguji hati.
Pernyataan
ini menegaskan kepada kita bahwa sebetulnya setiap manusia selalu punya
kecenderungan untuk melakukan hal yang salah, dan serentak dengan itu ia selalu
punya arogansi yang tinggi untuk memperjuangkan yang salah itu menjadi sesuatu yang benar.
Dengan
kata lain ada banyak peluang bagi mereka untuk memutarbalikan fakta dengan
seluruh kemampuan mereka, ekpresi mereka yang secara kasat mata dapat kita lihat.
Dan
akibatnya ia akan tergoda untuk memperjuangkan masa depannya dengan menggunakan
cara-cara yang kotor, cara-cara yang tidak benar yang dapat mendatangkan dosa
dan kecemaran bagi hidupnya.
Karena
itu bila kita melibatkan Tuhan dalam seluruh proses untuk memperjuangkan masa
depan tersebut, maka Tuhan yang menguji hati itu, akan menolong kita, mengingatkan
kita dan mendorong kita dengan kuasa Roh KudusNya, sehingga kita dapat
menyatakan kebenaran itu sebagai hal yang benar dan bukan sebaliknya. Roh
Kudus akan mendorong kita agar kita jujur terhadap hati nurani kita.
Dengan
demikian maka hati sebagai pusat pengambilan keputusan akan tetap terkontrol
untuk menyatakan kebenaran. Itu sikap pertama yang mesti dimiliki setiap orang
kristen untuk menggapai masa depannya yang baik
Hal kedua
yang mau menjadi sikap setiap orang percaya untuk menggapai masa depan yang
cerah itu adalah hendaknya tujuan kita dalam upaya membangun masa depan itu, kita
selaraskan dengan tujuan Tuhan bagi hidup kita.
Hal
ini penting diketengahkan oleh karena banyak orang menjadi kecewa. Banyak orang
menjadi flustrasi. Banyak orang menjadi putus asa, setelah berhadapan dengan kenyataan yang
tidak pernah menjadi tujuan hidupnya.
Mereka
seperti pendaki gunung yang hilang arah dalam pendakiannya dan tidak pernah
sampai pada tujuan yang diharapkannya.
Kadang-kadang
Kita ingin menjadi itu dan ini, tetapi setelah perjuangan berat kita lakukan,
tokh kita tidak pernah bisa menggapai apa yang ditujuinya. Kita ingin menjadi
tentara, kita ingin menjadi polisi, kita ingin menjadi pegawai negeri, dstnya,
tetapi keinginan itu tidak kesampaian, dan akhirnya kita menyesali diri.
Karena
itu firman
Tuhan mengajak kita untuk marilah dengan rendah hati kita menyelaraskan apa
yang menjadi tujuan hidup kita dengan apa yang Tuhan siapkan untuk kita.
Dalam
teks kita disebutkan “bahwa Tuhan membuat segala sesuatu untuk
tujuannya dan bila Ia berkenaan kepada seseorang maka musuh orang itupun akan
didamaikanNya dengan dia.” (bd. Ayat 4 dan 7).
Kenyataan
ini menunjukan kepada kita bahwa tidak selamanya apa yang menjadi Tujuan
hidup kita akan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Mungkin
saja apa yang diharapkan sebagai tujuan hidup kita justru tidak membawa kebaikan, tetapi justru menjadi malapetaka
bagi diri kita sendiri.
Karena itu sikap yang bijaksana adalah berusahalah untuk
melihat berbagai situasi yang kita hadapi termasuk berbagai kegagalan dalam
perjuangan kita sebagai bagian dari rencana Tuhan yang patut kita terima,
sambil berusaha untuk menangkap lagi apa maksud Tuhan di kemudian hari dengan
semua yang dialami. Ini sikap sebagai orang beriman dalam menggapai
masa depannya.
Hal
ketiga yang mau disampaikan berkenaan dengan
upaya untuk membangun masa depan adalah Setiap orang harus memiliki
kerendahan hati.
Dalam
teks kita disebutkan bahwa ; “setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian
bagi Tuhan”, bahkan karena sikap tinggi hati itu ia akan dihukum” (ayat 5).
Kenyataan
ini menunjukan bahwa sikap tinggi hati adalah sikap yang ditentang oleh Tuhan.
Karena apa ? Karena dengan sikap tinggi
hati, manusia akan menganggap orang lain menjadi rendah dan tidak bernilai.
Pada
hal Alkitab bilang dihadapan Tuhan semua orang sama. Harkat dan martabatnya
sama, walaupun berbeda secara gender, warna kulit, suku dan seterusnya. Dan
ketika orang lain dianggap rendah dan tidak bernilai, maka mereka dapat
menggunakan orang yang dianggap rendah itu sebagai objek. Objek untuk mengejar
keuntungan diri, objek untuk kepuasaan diri dan seterusnya.
Pada
sebelah lain, banyak orang yang setelah memiliki jabatan kedudukan, harta dan
kekayaan yang melimpah, masa depan yang mapan, justru hancur, bangkrut, jatuh
miskin dan tidak berdaya, kenapa karena tinggi hati ??
Itulah
sebabnya firman Tuhan mengajak semua orang percaya untuk mengambil sikap rendah hati.
Ingat rendah hati dan bukan rendah diri. Sekali lagi Penulis tidak mengatakan kita
harus rendah diri, tetapi rendah hati. Kalau
orang rendah diri, itu akan membuat ia tidak dapat mengembangkan potensi diri
untuk menggapai masa depannya yang baik. Tetapi dengan rendah hati, sekecil apapun
potensi yang dimilikinya akan mampu mengantarnya untuk menjadi orang
terkenal.
Ada
banyak anak-anak Tuhan yang tadi-tadinya tidak punya apa-apa untuk dibanggakan,
tetapi dengan kerendahan hati mereka telah mengantar mereka untuk mampu
mencapai masa depan yang cemerlang.
Salah
satunya, Robert Sukendi Pengusaha mutiara terbesar di Indonesia
justru mampu mencapai keberhasilan dan kesuksesannya karena sikap kerendahan
hatinya dalam membangun usahanya.
Kerendahan
hati ini menjadi semakin penting oleh karena dengan kerendahan hati orang akan
mengembangkan sikap kasih dan
kesetiaan.
Dengan
mengembangkan sikap kasih dan kesetiaan itu, maka tidak ada orang yang akan
tega untuk merancang kejahatan bagi orang lain. Sebaliknya dengan kasih dan
kesetiaan maka setiap orang akan mampu untuk saling membantu dan menolong di
dalam kelemahan dan kekurangnya untuk menggapai masa depan bersama.
Justru
dengan Kasih dan kesetiaan setiap orang akan mampu menjadikan orang lain disekelilingnya
menjadi teman seperjalanan sejati dalam menggapai masa depan bersama. amin.
Oleh
:
Pdt.
Jan. Z. Matatula, S.Th.
Sekretaris
Klasis GPM Masohi
(Disampaikan dalam kebaktian Minggu di Gedung Gereja
Mahanaim– Jemaat GPM Masohi,
Juni 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar