HIDUP UNTUK BERSAKSI

HIDUP UNTUK BERSAKSI
Ronella Waitibu

Sabtu, 31 Agustus 2013

SIKAP YANG BENAR DALAM MERAIH MASA DEPAN



TEKS    : Amsal 16 ; 1-9.

Syaloom !!!
Hari-hari terakhir ini banyak orang tua yang sibuk dengan urusan sekolah anak-anaknya. Mendatangi sekolah-sekolah tertentu untuk melamar anak-anaknya yang mulai masuk TK, SD, SMP, SMA  sampai dengan Perguruan Tinggi.
Ada yang memilih sekolah di Masohi saja, tetapi ada yang justru memilih tempat pendidikan bagi anak-anaknya di kota-kota besar, yang katanya kualitas pendidikannya lebih baik, walaupun untuk itu mereka harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Tidak masalah.
Kenapa ?? ada banyak alasan yang masing-masing orang tua dapat menjawabnya sendiri.  Tetapi satu hal yang pasti adalah karena tidak ada orang yang ingin masa depannya hancur. Tidak ada orang tua yang menghendaki masa depan anak-anaknya hancur.
Tentunya dengan  memiliki pendidikan yang baik menjadi modal untuk memiliki masa depan yang baik pula. Itulah sebabnya berbagai upaya dilakukan oleh orang tua agar anak-anaknya dapat mengikuti pendidikan dengan baik.
Bicara tentang harapan untuk memiliki suatu masa depan yang baik, tentunya menjadi dambaan setiap orang dan sangat manusiawi. Karena itu ada banyak pemuda dan pemudi yang berjuang untuk memperoleh pekerjaan, terbebas dari status sebagai pengangguran. Ada banyak pekerja, pegawai yang berusaha untuk mendapatkan jabatan dan kedudukan yang lebih baik sesuai dengan profesionalismenya, kompetensinya, dalam membangun kariernya dstnya. Itu realitas hidup di tengah-tengah konteks masyarakat kita.
Yang menjadi persoalan untuk kita renungkan bersama adalah bagaimana sikap kita sebagai orang Kristen untuk menggapai masa depan yang gemilang itu. Mari kita belajar dari teks bacaan kita tadi, Amsal 16 ; 1-9.

Hal pertama yang mau disampaikan kepada kita adalah adanya kemauan dari setiap orang untuk menyerahkan segala rencananya pada Tuhan, termasuk rencana untuk menggapai masa depan yang baik itu.
Jelasnya dikatakan ; “serahkanlah perbuatanmu pada Tuhan, maka terlaksana segala rencanamu” (ayat 3).
Pernyataan ini menunjukan kepada kita bahwa upaya untuk meraih masa depan yang baik, upaya untuk menggapai masa depan yang cerah itu mesti diperjuangkan.  
Orang tidak bisa duduk diam, orang tidak bisa pangku tangan dan ongkang-ongkang kaki di rumah lalu mengharapkan masa depannya akan baik.
Mustahil kalau anak sekolah yang malas sekolah, yang malas belajar akan sukses dalam studinya.  
Mustahil seorang pegawai yang tidak melakukan tugasnya dengan baik, yang sering absen masuk kantor  akan dipromosikan untuk naik pangkat dst.nya. Jadi untuk memiliki masa depan yang baik itu,  harus diperjuangkan.
Penulis menggunakan ungkapan “perbuatanmu” – kata dasar “buat” jadi berbuat tentunya dalam konotasi yang positif, bukan berbuat yang negatif dan yang dapat mencelakai hidupnya dan orang lain.
Tetapi serentak dengan itu penulis juga mengatakan bahwa berbuat itu tidak cukup, kalau hanya dilakukan dengan kekuatan diri, kemampuan diri, dan pertolongan manusia semata.
Sebaliknya setiap orang harus berusaha untuk melibatkan Tuhan dalam segala rencana dan perjuangannya.
Sebab hanya dengan melibatkan Tuhan maka ada jaminan, ada kepastian,  bahwa segala yang direncanakan untuk menggapai masa depan pasti berhasil.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Yakobus (Yakobus 4 :5 dstnya), ketika dengan tegas ia berkata : “janganlah kita berkata hari ini atau besok aku akan berangkat ke kota anu dan disana aku akan tinggal setahun dan berdagang dan seterusnya, sebab kita sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi besok hari,….. yang mesti kita ucapkan adalah :”Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu”.
 Jadi semuanya sangat tergantung dari kehendak Tuhan. Karena itu melibatkan Tuhan dalam seluruh proses untuk memperjuangankan masa depan adalah sebuah keniscayaan, sebuah keharusan bagi setiap orang beriman.
Pertanyaan kritis kita adalah kenapa harus selalu melibatkah Tuhan ? Penulis memberikan jawaban dengan berkata ; “Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, Tetapi Tuhanlah yang menguji hati.
Pernyataan ini menegaskan kepada kita bahwa sebetulnya setiap manusia selalu punya kecenderungan untuk melakukan hal yang salah, dan serentak dengan itu ia selalu punya arogansi yang tinggi untuk memperjuangkan  yang salah itu menjadi sesuatu yang benar.
Dengan kata lain ada banyak peluang bagi mereka untuk memutarbalikan fakta dengan seluruh kemampuan mereka, ekpresi mereka yang secara kasat mata dapat kita lihat.
Dan akibatnya ia akan tergoda untuk memperjuangkan masa depannya dengan menggunakan cara-cara yang kotor, cara-cara yang tidak benar yang dapat mendatangkan dosa dan kecemaran bagi hidupnya.
Karena itu bila kita melibatkan Tuhan dalam seluruh proses untuk memperjuangkan masa depan tersebut, maka Tuhan yang menguji hati itu, akan menolong kita, mengingatkan kita dan mendorong kita dengan kuasa Roh KudusNya, sehingga kita dapat menyatakan kebenaran itu sebagai hal yang benar dan bukan sebaliknya. Roh Kudus akan mendorong kita agar kita jujur terhadap hati nurani kita.
Dengan demikian maka hati sebagai pusat pengambilan keputusan akan tetap terkontrol untuk menyatakan kebenaran. Itu sikap pertama yang mesti dimiliki setiap orang kristen untuk menggapai masa depannya yang baik

Hal kedua yang mau menjadi sikap setiap orang percaya untuk menggapai masa depan yang cerah itu adalah hendaknya tujuan kita dalam upaya membangun masa depan itu, kita selaraskan dengan tujuan Tuhan bagi hidup kita.
Hal ini penting diketengahkan oleh karena banyak orang menjadi kecewa. Banyak orang menjadi flustrasi. Banyak orang menjadi putus asa, setelah berhadapan dengan kenyataan yang tidak pernah menjadi tujuan hidupnya.
Mereka seperti pendaki gunung yang hilang arah dalam pendakiannya dan tidak pernah sampai pada tujuan yang diharapkannya.
Kadang-kadang Kita ingin menjadi itu dan ini, tetapi setelah perjuangan berat kita lakukan, tokh kita tidak pernah bisa menggapai apa yang ditujuinya. Kita ingin menjadi tentara, kita ingin menjadi polisi, kita ingin menjadi pegawai negeri, dstnya, tetapi keinginan itu tidak kesampaian, dan akhirnya kita menyesali diri.
Karena itu firman Tuhan mengajak kita untuk marilah dengan rendah hati kita menyelaraskan apa yang menjadi tujuan hidup kita dengan apa yang Tuhan siapkan untuk kita.
Dalam teks kita disebutkan “bahwa Tuhan membuat segala sesuatu untuk tujuannya dan bila Ia berkenaan kepada seseorang maka musuh orang itupun akan didamaikanNya dengan dia.” (bd. Ayat 4 dan 7).
Kenyataan ini menunjukan kepada kita bahwa tidak selamanya apa yang menjadi Tujuan hidup kita akan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Mungkin saja apa yang diharapkan sebagai tujuan hidup kita justru tidak membawa kebaikan, tetapi justru menjadi malapetaka bagi diri kita sendiri.  
            Karena itu sikap  yang bijaksana adalah berusahalah untuk melihat berbagai situasi yang kita hadapi termasuk berbagai kegagalan dalam perjuangan kita sebagai bagian dari rencana Tuhan yang patut kita terima, sambil berusaha untuk menangkap lagi apa maksud Tuhan di kemudian hari dengan semua yang dialami. Ini sikap sebagai orang beriman dalam menggapai masa depannya.  

Hal ketiga yang mau disampaikan berkenaan dengan upaya untuk membangun masa depan adalah Setiap orang harus memiliki kerendahan hati.
Dalam teks kita disebutkan bahwa ; “setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan”, bahkan karena sikap tinggi hati itu ia akan dihukum” (ayat 5).
Kenyataan ini menunjukan bahwa sikap tinggi hati adalah sikap yang ditentang oleh Tuhan. Karena apa ?  Karena dengan sikap tinggi hati, manusia akan menganggap orang lain menjadi rendah dan tidak bernilai.
Pada hal Alkitab bilang dihadapan Tuhan semua orang sama. Harkat dan martabatnya sama, walaupun berbeda secara gender, warna kulit, suku dan seterusnya. Dan ketika orang lain dianggap rendah dan tidak bernilai, maka mereka dapat menggunakan orang yang dianggap rendah itu sebagai objek. Objek untuk mengejar keuntungan diri, objek untuk kepuasaan diri dan seterusnya.
Pada sebelah lain, banyak orang yang setelah memiliki jabatan kedudukan, harta dan kekayaan yang melimpah, masa depan yang mapan, justru hancur, bangkrut, jatuh miskin dan tidak berdaya, kenapa karena tinggi hati ??
Itulah sebabnya firman Tuhan mengajak semua orang percaya untuk mengambil sikap rendah hati. Ingat rendah hati dan bukan rendah diri.  Sekali lagi Penulis tidak mengatakan kita harus rendah diri, tetapi rendah hati.  Kalau orang rendah diri, itu akan membuat ia tidak dapat mengembangkan potensi diri untuk menggapai masa depannya yang baik.  Tetapi dengan rendah hati, sekecil apapun potensi yang dimilikinya akan mampu mengantarnya untuk menjadi orang terkenal. 
Ada banyak anak-anak Tuhan yang tadi-tadinya tidak punya apa-apa untuk dibanggakan, tetapi dengan kerendahan hati mereka telah mengantar mereka untuk mampu mencapai masa depan yang cemerlang.
Salah satunya, Robert Sukendi Pengusaha mutiara terbesar di Indonesia justru mampu mencapai keberhasilan dan kesuksesannya karena sikap kerendahan hatinya dalam membangun usahanya.
Kerendahan hati ini menjadi semakin penting oleh karena dengan kerendahan hati orang akan mengembangkan sikap kasih dan kesetiaan.
Dengan mengembangkan sikap kasih dan kesetiaan itu, maka tidak ada orang yang akan tega untuk merancang kejahatan bagi orang lain. Sebaliknya dengan kasih dan kesetiaan maka setiap orang akan mampu untuk saling membantu dan menolong di dalam kelemahan dan kekurangnya untuk menggapai masa depan bersama.
Justru dengan Kasih dan kesetiaan setiap orang akan mampu menjadikan orang lain disekelilingnya menjadi teman seperjalanan sejati dalam menggapai masa depan bersama. amin.

Oleh :
Pdt. Jan. Z. Matatula, S.Th.
Sekretaris Klasis GPM Masohi

(Disampaikan dalam kebaktian Minggu di Gedung Gereja Mahanaim– Jemaat GPM Masohi,
Juni 2010).







Tidak ada komentar:

Posting Komentar