TEKS : Ezra 1 ; 1-11
Syaloom
!!!
Saya melihat dan merasakan betapa kita semua bersukacita di
pagi ini. Tentunya kita bersukacita bukan karena keseblasan kesayangan kita,
mungkin Belanda, mungkin Argentina yang memenangkan pertandingan.
Tetapi bersukacita karena kita masih diberikan kesempatan oleh
Tuhan untuk hidup, dan yang lebih penting adalah menikmati
karya keselamatan Allah melalui pengorbanan Kristus yang diaktakan
melalui makan dan minum dari roti dan anggur yang melambangkan tubuh dan darah
Kristus yang dipecahkan untuk keselamatan manusia dan dunia.
Peristiwa
ini dipahami sungguh sebagai wujud cinta kasih Tuhan yang
luar biasa besarnya, tingginya, dalamnya, lebarnya bagi manusia dan dunia. Dan bahwa karya keselamatan Allah yang
didasarkan atas Cinta kasih Tuhan itu sendiri mencakup seluruh aspek/dimensi hidup
manusia. Apakah aspek ekonomi, sosial, politik kultur dll.
Kali ini tema mingguan kita mengarahkan kita untuk merenungkan
tentang cinta kasih Tuhan yang berkaitan
dengan soal penegakan hak sosial budaya, yang akan kita pelajari
melalui teks bacaan kita tadi Ezra 1 : 1-11.
Kalau kita membaca teks ini dengan baik, maka ada beberapa
hal yang patut direnungkan ;
Pertama ; Tuhan
selalu bertindak dengan caraNya untuk melakukan rencana penyelamatanNya.
Dalam teks kita disebutkan bahwa pada tahun pertama zaman
Koresh, Raja Persia, semua tawanan yang tadinya berada dalam penguasaan
Nebukadnezar, bangsa Babel, diberikan kesempatan untuk pulang ke negerinya,
termasuk orang-orang Yahuda. (bd. Ayat 1).
Peristiwa ini sebagai orang beriman tidak bisa saja dilihat
dari pendekatan
politik. Artinya karena Koresh berkuasa, maka dia dengan kemampuan
politiknya, dapat saja membebaskan Israel dari penindasan Babel.
Tetapi, peristiwa ini adalah peristiwa iman, yang berada
dalam rencana Allah. Artinya Allah menggunakan Koresh untuk menjadi
alat di tangan Allah dalam rangka melaksanakan rencanaNya yaitu, menyelamatkan
Yahuda dari penindasan.
Rencana itu bahkan dari jauh-jauh hari sudah disampaikan
Allah melalui para nabinya. Misalnya ;
1.
Bahwa Koresh akan menjadi raja atas
Persia sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya, sekitar 160 tahun sebelum ia
berkuasa. (Yes 44; 28). Jadi bukan kebetulan Koresh menjadi raja atas Persia,
setelah menggulingkan Nebukadnesar.
2.
Bahwa untuk memuluskan Koresh menjadi
Raja, justru Allah yang menghancurkan Nebukadnezar dengan berbagai kekuatan dan
kesombongannya.
Demikian pula, orang-orang Yahuda dapat
kembali ke Yerusalem untuk membangun kota itu dan bait suci atas perintah Koresh
juga sudah dinubuatkan oleh Nabi Yeremia, setelah 70 tahun mereka mengalami
penindasan dari bangsa-bangsa sekitar. (Yeremia 25;11-12). Jadi bukan
kebetulan.
Semua hal ini menunjukan kepada kita
bahwa ternyata segala sesuatu yang dialami oleh orang Yahuda, termasuk
masa-masa sulit maupun masa-masa bahagia selalu berada dalam kontrol Allah
Israel.
Dalam konteks ini, firman Tuhan mau
bilang bahwa kehidupan Yahuda sangat tergantung pada Allah. Mereka tidak bisa
berjalan sendiri, membangun masa depan mereka dengan kekuatan sendiri, tanpa
keterlibatan Allah. Mereka butuh Allah, dalam seluruh proses hidup mereka,
tetapi hanya Allah Israel dan bukan yang lain.
Dan karena itu ketaatan dan kesetiaan
untuk melakukan kehendak Allah menjadi penting untuk dilakukan Yahuda. Kita
ingat masa 70 tahun dimana mereka di buang oleh Allah adalah karena
ketidaktaatan dan ketidaksetiaan mereka kepada Allah.
Belajar dari bagian ini, maka firman
Tuhan mau bilang bagi kita bahwa ;
1.
Hidup kita, masa
depan kita, selalu berada dalam rencana Allah. Allah tahu apa yang terbaik untuk kita. Dan karena itu yang mesti dilakukan adalah
melibatkan Allah dalam seluruh proses perencanaan bahkan pelaksanaan tugas,
kerja dan masa depan kita. Jangan pernah mengandalkan kekuatan kita, uang kita,
harta kita, jabatan kita, kekuasan kita. Sebab bukankah tidak ada satupun yang
kita peroleh saat ini, yang tidak kita terima dari Tuhan ???.
Tapi apa yang terjadi, karena terlalu
mengandalkan diri dan semua yang ada pada kita, maka ketika kita jatuh,…lalu
cari kambing hitam,,,tentang sapa yang salah. Menyedihkan. (contoh Adam dan
Hawa yang saling menyalahkan).
Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa
saya cukup setia dan taat kepada Tuhan, tetapi kenapa saya selalu mengalami
penderitaan dan kegagalan ??? Apakah Tuhan juga merencanakan kegagalan, sakit
dan penyakit kepada saya dan keluarga ???? Jawabnya Tuhan tidak pernah
merancang kegagalan dan penderitaan bagi anak-anakNya. Tetapi kadang Tuhan
mengizinkan penderitaan dan kegagalan itu sebagai sarana ujian, agar umatnya
semakin berkualitas dalam kehidupan beriman. (belajarlah dari Ayub).
2.
Bahwa kalau Tuhan memberikan kesempatan
bagi orang di luar Israel untuk menyelamatkan Israel, maka bukan tidak mungkin
Tuhan juga menggunakan orang-orang di luar kekristenan untuk melakukan
rencanaNya. Karena itu tantangan terbesar bagi kita yang telah menikmati
anugerah Keselamatan itu adalah berusahalah untuk manjadi “agen keselamatan”
bagi orang lain, terutama keluarga kita sendiri. (hari ini banyak juga suami
yang datang perjamuan sendiri, istri yang datang perjamuan sendiri dll).
Hal
kedua ; Bahwa tindakan penyelamatan Allah tidak saja
bermakna politik, tetapi juga bermakna spiritual.
Disebutkan dalam teks kita bahwa tugas yang diberikan kepada
orang-orang Yahuda yang kembali dari pembuangan adalah mendirikan rumah bagi Tuhan
(bd. Ayat 3). Jelasnya dikatakan :
“Biarlah ia berangkat pulang ke Yerusalem , yang terletak di yahuda dan
mendirikan Rumah Tuhan”.
Pernyataan ini menegaskan kepada kita bahwa terlepasnya
Israel dari penindasan Babel tidak saja menandai kebebasan mereka dari sisi
politik. Artinya mereka kini menjadi orang merdeka. Tidak lagi berstatus
sebagai tawanan. Tetapi yang utama adalah mereka bisa dengan aman, dan dengan
tenang beribadah kepada Tuhan Allahnya. Mereka bisa berkomunikasi dan
berelasi secara intensif dengan Tuhannya. Mereka mampu untuk membangun
kehidupan spiritualitasnya dengan lebih baik.
Kita tahu bahwa Rumah Tuhan atau bait Allah yang akan
dibangun, dipahami simbol kehadiran Allah, dan karena itu kalau Bait Allah mau
dibangun kembali, itu pertanda bahwa Tuhan ingin membangun kesadaran mereka
terhadap ketaatan dan kesetiaan mereka
untuk beribadah kepada Allah.
Mereka harus berkomitmen untuk membebaskan diri dari
penyembahan kepada berbagai illah lain disekitar mereka. Jadi intinya sebenarnya
bukan rumah Tuhan, tetapi ketaatan dan kesetiaan
untuk beribadah kepada Tuhan.
Belajar dari bagian ini firman Tuhan mau bilang bahwa ;
Kualitas atau mutu kehidupan umat Tuhan itu, tidak
ditentukan oleh megahnya gedung gereja yang dibangun. Tidak ditentukan oleh
sarana dan prasarana yang serba wah yang tersedia di gedung gereja. Tetapi
sangat tergantung dari komitmen umat untuk beribadah kepada
Tuhan.
Apa gunanya kita membangun gedung gereja yang megah, tetapi
hari minggu yang hadir tu Cuma anak-anak dan perempuan serta sebagian
laki-laki. Apa gunanya kita membangun gedung gereja yang megah sementara yang
pung tugas paduan suara seng manyanyi, prokantor seng pandu lagu dll. Yang di
butuhkan bukan gedung gereja yang megah, tetapi kesetian kita untuk beribadah
kepada Tuhan.
Mestinya dengan gedung gereja yang megah dengan seluruh
perlengkapannya akan mendorong umat untuk semakin bersemangat memuji Tuhan.
Hal Ketiga ; Bahwa tindakan penyelamatan Allah juga
mencakup aspek sosial.
Bahwa tentunya rumah Tuhan dibangun, tentu saja tidak
mengabaikan pembangunan terhadap rumah-rumah bagi umat untuk tinggal dan
membangun hidup kehidupan disana. Katakanlah rumah Tuhan pasti dikelilingi oleh
rumah-rumah masyarakat. Ini menunjukan bahwa karya penyelamatan Allah itu tidak
saja mencakup aspek spiriualitas, tetapi juga aspek sosial.
Tuhan melakukan rehabilitasi terhadap hubungan-hubungan
sosial diantara umat dan antara umat dengan Tuhan sendiri. Ini adalah wujud
cinta kasih Tuhan.
Konteks ini menegaskan kepada kita bahwa tidak mungkin kita
membangun kehidupan bersama Tuhan di gedung gereja, lalu mengabaikan hubungan
sosial kita dengan sesama. Keduanya
mesti berjalan bersama.
Tapi apa yang terjadi kita hanya mengandalkan hubungan kita
dengan Tuhan dan mengabaikan hubungan kita dengan sesama. Mudah-mudahan
diantara kita yang duduk semaja, makan dan minum semeja, tidak ada yang saling
baku marah, saling dendam. Sebab kalau itu terjadi, maka kita menjadi
orang-orang yang munafik.
Pada sebelah yang lain sebagaimana Tuhan begitu perduli
kepada umatNya, maka Gerejapun mesti menyatakan keperduliannya kepada umat
secara konstan. Bagimana Majelis Jemaat dan seluruh perangkat pelayan
memberikan pelayanan terbaik bagi umat, agar umat menikmati kasih sayang Tuhan
itu.
Keempat : Bahwa tindakan keselamatan Allah mesti
direspons dengan pemberian syukur.
Dalam teks kita dijelaskan bahwa ketika Koresh memberikan
kesempatan kepada Israel untuk kembali ke Yerusalem dan membangun rumah untuk
Tuhan, ia juga mengajak orang Israel bahkan orang-orang yang berada
disekeliling orang Israel untuk memberikan apa yang mereka punya demi
pembangunan rumah untuk Tuhan.
Tidak perduli apakah emas, atau perak, perunggu atau
permata, yang pasti semua barang-barang berharga yang bisa dimanfaatkan untuk
pembangun rumah Tuhan kiranya dapat disumbangkan. Ini komitmen yang luar biasa.
Bagian ini menegaskan bagi kita bahwa sebagai orang-orang
yang sudah diselamatkan, maka kita diajak untuk memberikan persembahan bagi
Tuhan. Memberikan persembahan itu tentunya dalam berbagai bentuk.
Mungkin dengan jabatan dan kedudukan kita, kita bisa
menolong orang-orang yang miskin dan sederhana, itu persembahan kita.
Mungkin dengan uang dan kekayaan kita yang kita bawa ke
gereja atau berikan kepada orang yang membutuhkan, itu persembahan kita.
Mungkin waktu dan tenaga yang kita pakai untuk melayani
orang sakit, itu persembahan kita.
Ketika kita mengajar anak-anak kita dengan penuh
kesungguhan, itu persembahan kita.
Ketika kita melakukan tugas sebagai tentara dengan penuh
kedisplinan itu, persembahan kita dan seterusnya. Intinya adalah seluruh bentuk
persembahan itu mesti kita lakukan dengan tulus dan jujur. Cuma, katong
barsungut lebih banyak, kalau mau kasih persembahan. Kadang juga katong seperti
Ananias dan Safira.
Ingat Tuhan telah memberikan yang terbaik bagi kita, tubuh
dan darahnya. Karena itu berikanlah pula yang terbaik bagi Tuhan, amin.
Oleh
Pdt. Jan.Z. Matatula, S.Th.
Sekretaris Klasis GPM Masohi
(Disampaikan dalam kebaktian syukur perjamuan Kudus di Gedung Gereja Imanuel – Jemaat GPM Kategorial
Waipo, Klasis Masohi. Tanggal 04 Juli 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar