HIDUP UNTUK BERSAKSI

HIDUP UNTUK BERSAKSI
Ronella Waitibu

Selasa, 27 Agustus 2013

CINTA KASIH TUHAN UNTUK PENEGAKAN HAK SOSIAL BUDAYA.




TEKS   : Ezra 1 ; 1-11

Syaloom !!!
Saya melihat dan merasakan betapa kita semua bersukacita di pagi ini. Tentunya kita bersukacita bukan karena keseblasan kesayangan kita, mungkin Belanda, mungkin Argentina yang memenangkan pertandingan.
Tetapi bersukacita karena kita masih diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk hidup, dan yang lebih penting adalah menikmati karya keselamatan Allah melalui pengorbanan Kristus yang diaktakan melalui makan dan minum dari roti dan anggur yang melambangkan tubuh dan darah Kristus yang dipecahkan untuk keselamatan manusia dan dunia.
            Peristiwa ini dipahami sungguh sebagai wujud cinta kasih Tuhan yang luar biasa besarnya, tingginya, dalamnya, lebarnya bagi manusia dan dunia.  Dan bahwa karya keselamatan Allah yang didasarkan atas Cinta kasih Tuhan itu sendiri mencakup seluruh aspek/dimensi hidup manusia. Apakah aspek ekonomi, sosial, politik kultur dll.
Kali ini tema mingguan kita mengarahkan kita untuk merenungkan  tentang cinta kasih Tuhan yang berkaitan dengan soal penegakan hak sosial budaya, yang akan kita pelajari melalui teks bacaan kita tadi Ezra 1 : 1-11.

Kalau kita membaca teks ini dengan baik, maka ada beberapa hal yang patut direnungkan ;
Pertama ; Tuhan selalu bertindak dengan caraNya untuk melakukan rencana penyelamatanNya.
Dalam teks kita disebutkan bahwa pada tahun pertama zaman Koresh, Raja Persia, semua tawanan yang tadinya berada dalam penguasaan Nebukadnezar, bangsa Babel, diberikan kesempatan untuk pulang ke negerinya, termasuk orang-orang Yahuda. (bd. Ayat 1).
Peristiwa ini sebagai orang beriman tidak bisa saja dilihat dari pendekatan politik. Artinya karena Koresh berkuasa, maka dia dengan kemampuan politiknya, dapat saja membebaskan Israel dari penindasan Babel.
Tetapi, peristiwa ini adalah peristiwa iman, yang berada dalam rencana Allah. Artinya Allah menggunakan Koresh untuk menjadi alat di tangan Allah dalam rangka melaksanakan rencanaNya yaitu, menyelamatkan Yahuda dari penindasan.
Rencana itu bahkan dari jauh-jauh hari sudah disampaikan Allah melalui para nabinya. Misalnya ;
1.        Bahwa Koresh akan menjadi raja atas Persia sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya, sekitar 160 tahun sebelum ia berkuasa. (Yes 44; 28). Jadi bukan kebetulan Koresh menjadi raja atas Persia, setelah menggulingkan Nebukadnesar.
2.        Bahwa untuk memuluskan Koresh menjadi Raja, justru Allah yang menghancurkan Nebukadnezar dengan berbagai kekuatan dan kesombongannya.

Demikian pula, orang-orang Yahuda dapat kembali ke Yerusalem untuk membangun kota itu dan bait suci atas perintah Koresh juga sudah dinubuatkan oleh Nabi Yeremia, setelah 70 tahun mereka mengalami penindasan dari bangsa-bangsa sekitar. (Yeremia 25;11-12). Jadi bukan kebetulan.
Semua hal ini menunjukan kepada kita bahwa ternyata segala sesuatu yang dialami oleh orang Yahuda, termasuk masa-masa sulit maupun masa-masa bahagia selalu berada dalam kontrol Allah Israel.
Dalam konteks ini, firman Tuhan mau bilang bahwa kehidupan Yahuda sangat tergantung pada Allah. Mereka tidak bisa berjalan sendiri, membangun masa depan mereka dengan kekuatan sendiri, tanpa keterlibatan Allah. Mereka butuh Allah, dalam seluruh proses hidup mereka, tetapi hanya Allah Israel dan bukan yang lain.
Dan karena itu ketaatan dan kesetiaan untuk melakukan kehendak Allah menjadi penting untuk dilakukan Yahuda. Kita ingat masa 70 tahun dimana mereka di buang oleh Allah adalah karena ketidaktaatan dan ketidaksetiaan mereka kepada Allah.


Belajar dari bagian ini, maka firman Tuhan mau bilang bagi kita bahwa ;
1.   Hidup kita, masa depan kita, selalu berada dalam rencana Allah. Allah tahu apa yang terbaik untuk kita.  Dan karena itu yang mesti dilakukan adalah melibatkan Allah dalam seluruh proses perencanaan bahkan pelaksanaan tugas, kerja dan masa depan kita. Jangan pernah mengandalkan kekuatan kita, uang kita, harta kita, jabatan kita, kekuasan kita. Sebab bukankah tidak ada satupun yang kita peroleh saat ini, yang tidak kita terima dari Tuhan ???.
Tapi apa yang terjadi, karena terlalu mengandalkan diri dan semua yang ada pada kita, maka ketika kita jatuh,…lalu cari kambing hitam,,,tentang sapa yang salah. Menyedihkan. (contoh Adam dan Hawa yang saling menyalahkan).
Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa saya cukup setia dan taat kepada Tuhan, tetapi kenapa saya selalu mengalami penderitaan dan kegagalan ??? Apakah Tuhan juga merencanakan kegagalan, sakit dan penyakit kepada saya dan keluarga ???? Jawabnya Tuhan tidak pernah merancang kegagalan dan penderitaan bagi anak-anakNya. Tetapi kadang Tuhan mengizinkan penderitaan dan kegagalan itu sebagai sarana ujian, agar umatnya semakin berkualitas dalam kehidupan beriman. (belajarlah dari Ayub).

2.   Bahwa kalau Tuhan memberikan kesempatan bagi orang di luar Israel untuk menyelamatkan Israel, maka bukan tidak mungkin Tuhan juga menggunakan orang-orang di luar kekristenan untuk melakukan rencanaNya. Karena itu tantangan terbesar bagi kita yang telah menikmati anugerah Keselamatan itu adalah berusahalah untuk manjadi “agen keselamatan” bagi orang lain, terutama keluarga kita sendiri. (hari ini banyak juga suami yang datang perjamuan sendiri, istri yang datang perjamuan sendiri dll).

Hal kedua ; Bahwa tindakan penyelamatan Allah tidak saja bermakna politik, tetapi juga bermakna spiritual.
Disebutkan dalam teks kita bahwa tugas yang diberikan kepada orang-orang Yahuda yang kembali dari pembuangan adalah mendirikan rumah bagi Tuhan (bd. Ayat 3).  Jelasnya dikatakan : “Biarlah ia berangkat pulang ke Yerusalem , yang terletak di yahuda dan mendirikan Rumah Tuhan”.
Pernyataan ini menegaskan kepada kita bahwa terlepasnya Israel dari penindasan Babel tidak saja menandai kebebasan mereka dari sisi politik. Artinya mereka kini menjadi orang merdeka. Tidak lagi berstatus sebagai tawanan. Tetapi yang utama adalah mereka bisa dengan aman, dan dengan tenang beribadah kepada Tuhan Allahnya. Mereka bisa berkomunikasi dan berelasi secara intensif dengan Tuhannya. Mereka mampu untuk membangun kehidupan spiritualitasnya dengan lebih baik.
Kita tahu bahwa Rumah Tuhan atau bait Allah yang akan dibangun, dipahami simbol kehadiran Allah, dan karena itu kalau Bait Allah mau dibangun kembali, itu pertanda bahwa Tuhan ingin membangun kesadaran mereka terhadap ketaatan dan kesetiaan mereka untuk beribadah kepada Allah.
Mereka harus berkomitmen untuk membebaskan diri dari penyembahan kepada berbagai illah lain disekitar mereka. Jadi intinya sebenarnya bukan rumah Tuhan, tetapi ketaatan dan kesetiaan untuk beribadah kepada Tuhan.

Belajar dari bagian ini firman Tuhan mau bilang bahwa ;
Kualitas atau mutu kehidupan umat Tuhan itu, tidak ditentukan oleh megahnya gedung gereja yang dibangun. Tidak ditentukan oleh sarana dan prasarana yang serba wah yang tersedia di gedung gereja. Tetapi sangat tergantung dari komitmen umat untuk beribadah kepada Tuhan.
Apa gunanya kita membangun gedung gereja yang megah, tetapi hari minggu yang hadir tu Cuma anak-anak dan perempuan serta sebagian laki-laki. Apa gunanya kita membangun gedung gereja yang megah sementara yang pung tugas paduan suara seng manyanyi, prokantor seng pandu lagu dll. Yang di butuhkan bukan gedung gereja yang megah, tetapi kesetian kita untuk beribadah kepada Tuhan.
Mestinya dengan gedung gereja yang megah dengan seluruh perlengkapannya akan mendorong umat untuk semakin bersemangat memuji Tuhan.

Hal Ketiga ; Bahwa tindakan penyelamatan Allah juga mencakup aspek sosial.
Bahwa tentunya rumah Tuhan dibangun, tentu saja tidak mengabaikan pembangunan terhadap rumah-rumah bagi umat untuk tinggal dan membangun hidup kehidupan disana. Katakanlah rumah Tuhan pasti dikelilingi oleh rumah-rumah masyarakat. Ini menunjukan bahwa karya penyelamatan Allah itu tidak saja mencakup aspek spiriualitas, tetapi juga aspek sosial.
Tuhan melakukan rehabilitasi terhadap hubungan-hubungan sosial diantara umat dan antara umat dengan Tuhan sendiri. Ini adalah wujud cinta kasih Tuhan.
Konteks ini menegaskan kepada kita bahwa tidak mungkin kita membangun kehidupan bersama Tuhan di gedung gereja, lalu mengabaikan hubungan sosial kita dengan sesama.  Keduanya mesti berjalan bersama.
Tapi apa yang terjadi kita hanya mengandalkan hubungan kita dengan Tuhan dan mengabaikan hubungan kita dengan sesama. Mudah-mudahan diantara kita yang duduk semaja, makan dan minum semeja, tidak ada yang saling baku marah, saling dendam. Sebab kalau itu terjadi, maka kita menjadi orang-orang yang munafik.   
Pada sebelah yang lain sebagaimana Tuhan begitu perduli kepada umatNya, maka Gerejapun mesti menyatakan keperduliannya kepada umat secara konstan. Bagimana Majelis Jemaat dan seluruh perangkat pelayan memberikan pelayanan terbaik bagi umat, agar umat menikmati kasih sayang Tuhan itu.

Keempat : Bahwa tindakan keselamatan Allah mesti direspons dengan pemberian syukur.
Dalam teks kita dijelaskan bahwa ketika Koresh memberikan kesempatan kepada Israel untuk kembali ke Yerusalem dan membangun rumah untuk Tuhan, ia juga mengajak orang Israel bahkan orang-orang yang berada disekeliling orang Israel untuk memberikan apa yang mereka punya demi pembangunan rumah untuk Tuhan.
Tidak perduli apakah emas, atau perak, perunggu atau permata, yang pasti semua barang-barang berharga yang bisa dimanfaatkan untuk pembangun rumah Tuhan kiranya dapat disumbangkan. Ini komitmen yang luar biasa.
Bagian ini menegaskan bagi kita bahwa sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan, maka kita diajak untuk memberikan persembahan bagi Tuhan. Memberikan persembahan itu tentunya dalam berbagai bentuk.
Mungkin dengan jabatan dan kedudukan kita, kita bisa menolong orang-orang yang miskin dan sederhana, itu persembahan kita.
Mungkin dengan uang dan kekayaan kita yang kita bawa ke gereja atau berikan kepada orang yang membutuhkan, itu persembahan kita.
Mungkin waktu dan tenaga yang kita pakai untuk melayani orang sakit, itu persembahan kita.
Ketika kita mengajar anak-anak kita dengan penuh kesungguhan, itu persembahan kita.
Ketika kita melakukan tugas sebagai tentara dengan penuh kedisplinan itu, persembahan kita dan seterusnya. Intinya adalah seluruh bentuk persembahan itu mesti kita lakukan dengan tulus dan jujur. Cuma, katong barsungut lebih banyak, kalau mau kasih persembahan. Kadang juga katong seperti Ananias dan Safira.
Ingat Tuhan telah memberikan yang terbaik bagi kita, tubuh dan darahnya. Karena itu berikanlah pula yang terbaik bagi Tuhan, amin.

Oleh
Pdt. Jan.Z. Matatula, S.Th.
Sekretaris Klasis GPM Masohi
(Disampaikan dalam kebaktian syukur perjamuan Kudus  di Gedung Gereja Imanuel – Jemaat GPM Kategorial Waipo, Klasis Masohi. Tanggal 04 Juli 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar