HIDUP UNTUK BERSAKSI

HIDUP UNTUK BERSAKSI
Ronella Waitibu

Sabtu, 31 Agustus 2013

BERSAMA-SAMA MENGUPAYAKAN KEADILAN DAN KESEJAHATERAAN




TEKS    : Amsal 4 ;1-19.
Syaloom !!!!
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus
 
Saya percaya kita semua yang hadir disaat ini sepakat bahwa hidup ini adalah sesuatu yang sangat penting dan berharga.
Pentingnya hidup itu membuat setiap orang akan berusaha keras agar hidupnya bisa langgeng dan bertahan lama, bahkan terhindar dari berbagai tantangan, masalah, persoalan bahkan penderitaan.
Yang menarik ialah dalam upaya menjaga agar hidup itu tetap langgeng dan bertahan lama, ada orang mengupayakannya dengan cara-cara yang baik, bermoral, tetapi kadang ada juga yang mengupayakannya dengan cara-cara yang kotor, jahat dan tidak bermoral. Nah bagaimana pemahaman benar yang mesti ditampilkan setiap orang kristen dalam membangun hidup itu, marilah kita belajar dari teks bacaan kita tadi Amsal 4 ; 1-19, dalam sorotan tema bulanan ;  Bersama-sama mengusahakan keadilan dan kesejahteraan.

Hal pertama yang mau disampaikan adalah  :
Setiap orang tua mesti memahami bahwa ia bertanggung jawab untuk membangun hidupnya dan keluarganya.
 
Dalam ayat 1 s/d 4 dijelaskan bahwa orang tua berkewajiban untuk memberikan pendidikan, nasehat, bimbingan, petunjuk-petunjuk yang berguna dan bermanfaat bagi kehidupan anak-anaknya. Sebab dengan didikan, nasehat, bimbingan dan petunjuk tersebut maka anaknya akan hidup. Jelasnya dikatakan ; “berpeganglah pada petunjuk-petunjukku maka engkau akan hidup”.(ayat 4c).
Tentunya hidup yang dimaksudkan disini tidak sekedar berhubungan dengan soal bisa makan, bisa minum, bisa memiliki penginapan yang layak, bisa bekerja dan beraktifitas, tetapi hidup yang di dalamnya terpancar nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan. Bagi diri kita dan orang lain.
Sekarang ini begitu banyak orang yang tidak bisa merasakan dan menikmati keadilan dan kesejahteraan dalam hidupnya, yang terjadi adalah sebaliknya penderitaan dan ketidakadilan terjadi dimana-mana. Jangan jauh-jauh, dirumah kita sendiripun mungkin ada anggota keluarga yang tidak merasakan keadilan dan kesejahteraan itu.
Disini orang tua bertanggung jawab tidak saja melahirkan dan membesarkan anak-anaknya dan mendidik mereka dari sisi pengetahuan intelektual, tetapi juga harus melengkapi mereka dengan nasehat yang berguna dan bermanfaat bagi upaya membangun hidup mereka.
Disini orang tua dituntut sebagai teladan untuk meneruskan nilai-nilai hidup, yang didasarkan atas pengalaman hidup yang pernah dialaminya kepada anak-anaknya. Pengalaman hidup yang membangkitkan motivasi.
Pertanyaannya adalah apakah sebagai orang tua kita telah melakukan kewajiban kita untuk meneruskan nilai-nilai yang baik itu bagi anak-anak kita ??? Realitas membuktikan bahwa tdk banyak orang tua yang melakukannya. Sebaliknya banyak orang tua yang justru menurunkan nilai-nilai yang tidak benar dan tidak baik bagi anak-anaknya.
Tetapi pada sebelah yang lain penulis juga mengajak anak-anak untuk tidak saja mendengarkan nasehat, petunjuk dan didikan tetapi juga harus taat melakukannya.
Sekarang ini tidak banyak anak yang mau mendengarkan nasehat dan bimbingan orang tua. Banyak anak yang berpikir mereka sudah sekolah tinggi-tinggi, nasehat orang tua itu tidak berguna. Hal ini yang telah membawa kehancuran dalam kehidupan anak-anak kita. Putus sekolah, kekerasan, miras, judi dll.

Hal kedua ; Bahwa untuk membangun hidup itu, maka orang harus mengandalkan hikmat Allah dan bukan hikmat manusia.
Dalam teks kita penulis dengan tegas berkata .; “perolehlah hikmat, perolehlah pengertian. (ayat 5)… perolehlah hikmat dan dengan segala yang kau peroleh perolehlah pengertian” (ayat 7).
Pernyataan ini menegaskan kepada kita bahwa orang tidak bisa membangun hidupnya hanya dengan kepintarannya, hanya dengan kecerdasan intelektualnya, dengan profesionalismenya. Tetapi setiap orang membutuhkan juga Hikmat Allah.
Pertanyaan kita adalah apa itu hikmat, sehingga dia begitu penting untuk membangun hidup ????  Alkitab menjelaskan bahwa hikmat (hokma) adalah ;
1.      Suatu pengetahuan yang bersifat praktis bukan teoritis, bukan eksat (1 + 1 = 2). Bukan diperoleh dari hasil belajar diperguruan tinggi, tetapi merupakan pengalaman hidup yang dialaminya dari waktu ke waktu dalam pergumulannya bersama Tuhan.
2.      Hikmat itu tempatnya atau berpusat di hati, bukan diotak. Hati sebagai tempat pengambilan keputusan, sehingga dengan hikmat orang dapat memutusakan suatu perkara dengan benar. Dengan hikmat setiap orang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang bisa dilakukannya dan mana yang tidak bisa dilakukannya.
3.      Hikmat itu berasal dari Allah karena hikmat adalah milik Allah dan karena itu Allah memberikannya kepada setiap orang yang memintanya.
Pentingnya hikmat itu membuat Salomo ketika ditawari Tuhan, apa yang hendak kamu minta sebagai seorang Raja Israeal ??? Maka Salomo tidak meminta harta atau kekayaan, tidak meminta umur panjang atau agar musuh-musuhnya takluk kepadanya, tetapi hikmat supaya ia bisa memutuskan perkara dengan adil.
Nah, dalam teks kita pentingnya hikmat Allah dalam membangun hidup itu diuraikan dengan luar biasa ;
Ketika orang membutuhkan rasa aman, nyaman dan tentram dalam membangun hidupnya, maka Alkitab bilang andalkan hikmat Allah : Tegasnya dikatakan ; “jangan meninggalkan hikmat itu, maka engkau akan dipeliharanya, kasihilah dia maka engkau akan dijaganya (ayat 6).
Tapi sayang banyak orang yang untuk rasa aman, nyaman dan tentram dia tidak mengandalkan hikmat, tetapi kekuatan fisik, kekuatan kekayaan, body gard, anjing helder dll.
Ketika orang ingin agar hidupnya dihormati dan dihargai, Alkitab bilang andalkan hikmat Allah. Tegasnya dikatakan ; Junjunglah dia, maka engkau akan ditinggikannya; engkau akan dijadikan terhormat, apabila engkau memeluknya. (ayat 8).
Tapi banyak orang berpikir bahwa supaya dia menjadi orang yang dihormati, maka dia harus punya kedudukan, dia harus punya kekayaan, dia harus punya pangkat yang tinggi dan seterusnya, dan karena itu kadang dia merebutnya dengan cara-cara yang kotor.
Ketika orang menginginkan kekuasaan dalam hidupnya maka Alkitab bilang andalkan hikmat Allah. Tegasnya dikatakan ;” Ia akan mengenakan karangan bunga yang indah di kepalamu, mahkota yang indah akan dikaruniakannya kepadamu." (ayat 9)
Tetapi banyak orang yang karena ingin berkuasa, kemudian melakukannya dengan hal-hal yang tidak terpuji. Hancurkan orang lain, intimidasi, kekerasan dll.
Bukan Cuma itu teks kita juga menjelaskan bahwa dengan mengandalkan hikmat Allah dalam membangun hidup maka setiap orang akan memiliki umur panjang.
Artinya apa dengan hikmat yang Tuhan anugerahkan kepada kita maka kita akan menjaga kesehatan kita dengan baik, mengatur makanan kita, rajin berolahraga, dstnya.
Dengan mengandalkan hikmat Allah dalam membangun hidup maka setiap orang akan dituntun pada jalan yang benar dan tidak mendapat banyak masalah (ayat 11-12).

Bagaimana dengan kita saudara ???         
Di tengah-tengah dunia yang semakin canggih dengan berbagai peralatan tekhnologi yang semakin maju, orang tidak lagi melihat hikmat Allah itu sebagai sesuatu yang penting. Yang penting bagi mereka adalah rasionalisme mereka, ilmu mereka, kepintaran mereka.
Tetapi apa yang terjadi justru dengan kepintaran, dengan kecanggihan tekhnologi orang terjebak untuk melakukan berbagai perbuatan kejahatan, kekerasan dan tindakan-tindakan yang tidak bermoral. 
Ini tidak dimaksudkan bahwa ilmu pengetahuan itu tidak penting. Tetapi hendaknya ilmu pengetahuan itu menjadi alat untuk mendatangkan keadilan dan kesejahteraan bagi diri sendiri dan orang lain.
Ilmu pengetahuan hendaknya tidak menjadi tujuan. Justru dengan ilmu pengetahuan yang disertai dengan hikmat akan memungkinkan setiap orang untuk membangun hidupnya dengan lebih baik. 

Ketiga ; Bahwa setiap orang diberikan pilihan untuk memilih jalan orang berhikmat atau jalan orang bebal dalam membangun hidupnya.
Dalam ayat 13 s/d 19 penulis memberikan gambaran tentang keberadaan orang fasik dan keberadaan orang benar.
Bahwa orang benar  itu dilukiskan seperti cahaya fajar yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari. Artinya hidup mereka selalu memancarkan sukacita dan pengharapan, kendati mungkin ada persoalan, ada masalah yang dihadapi. Tetapi justru dengan hikmat yang dimiliki semuanya dapat terselesaikan. Tidak ada yang mustahil bagi hikmat Allah.
Sementara orang fasik dilukiskan seperti kegelapan. Oleh karena hidup mereka selalu merancang kejahatan, melakukan eksploitasi terhadap hidup orang lain demi hidup mereka sendiri ( “makan roti kefasikan dan minum anggur kelaliman” ayat 17).
Gambaran ini memberikan pilihan kepada kita semua yang hadir di pagi hari ini. Apakah kita akan membangun masa depan kita mengikuti jalan orang berhikmat atau jalan orang fasik, terserah pilihan saudara.
Tapi firman Tuhan bilang jauhilah jalan orang fasik, dan jalanlah di jalan orang yang berhikmat, amin.

Oleh :
Pdt. Jan. Z. Matatula
Sekretaris Klasis GPM Masohi.
(Disampaikan dalam kebaktian Minggu di Gedung Gereja Mahanaim– Jemaat GPM Masohi,

13 September 2009).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar