TEKS
: Amsal 4 ;1-19.
Syaloom !!!!
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Saya percaya kita
semua yang hadir disaat ini sepakat bahwa hidup ini adalah sesuatu yang sangat
penting dan berharga.
Pentingnya hidup
itu membuat setiap orang akan berusaha keras agar hidupnya bisa langgeng dan
bertahan lama, bahkan terhindar dari berbagai tantangan, masalah, persoalan bahkan
penderitaan.
Yang menarik ialah
dalam upaya menjaga agar hidup itu tetap langgeng dan bertahan lama, ada orang mengupayakannya
dengan cara-cara yang baik, bermoral, tetapi kadang ada juga yang mengupayakannya
dengan cara-cara yang kotor, jahat dan tidak bermoral. Nah bagaimana pemahaman benar
yang mesti ditampilkan setiap orang kristen dalam membangun hidup itu,
marilah kita belajar dari teks bacaan kita tadi Amsal 4 ; 1-19, dalam sorotan tema
bulanan ; Bersama-sama
mengusahakan keadilan dan kesejahteraan.
Hal pertama yang mau
disampaikan adalah :
Setiap orang tua mesti
memahami bahwa ia bertanggung jawab untuk membangun hidupnya dan keluarganya.
Dalam ayat 1 s/d 4 dijelaskan bahwa orang tua berkewajiban untuk memberikan pendidikan, nasehat, bimbingan, petunjuk-petunjuk yang berguna dan bermanfaat bagi kehidupan anak-anaknya. Sebab dengan didikan, nasehat, bimbingan dan petunjuk tersebut maka anaknya akan hidup. Jelasnya dikatakan ; “berpeganglah pada petunjuk-petunjukku maka engkau akan hidup”.(ayat 4c).
Tentunya hidup yang
dimaksudkan disini tidak sekedar berhubungan dengan soal bisa makan, bisa
minum, bisa memiliki penginapan yang layak, bisa bekerja dan beraktifitas,
tetapi hidup yang di dalamnya terpancar nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan. Bagi
diri kita dan orang lain.
Sekarang ini begitu
banyak orang yang tidak bisa merasakan dan menikmati keadilan dan kesejahteraan
dalam hidupnya, yang terjadi adalah sebaliknya penderitaan dan ketidakadilan
terjadi dimana-mana. Jangan jauh-jauh, dirumah kita sendiripun mungkin ada
anggota keluarga yang tidak merasakan keadilan dan kesejahteraan itu.
Disini orang tua bertanggung
jawab tidak saja melahirkan dan membesarkan anak-anaknya dan mendidik mereka
dari sisi pengetahuan intelektual, tetapi juga harus melengkapi mereka dengan
nasehat yang berguna dan bermanfaat bagi upaya membangun hidup mereka.
Disini orang tua
dituntut sebagai teladan untuk meneruskan nilai-nilai hidup, yang
didasarkan atas pengalaman hidup yang pernah dialaminya kepada anak-anaknya.
Pengalaman hidup yang membangkitkan motivasi.
Pertanyaannya
adalah apakah sebagai orang tua kita telah melakukan kewajiban kita untuk
meneruskan nilai-nilai yang baik itu bagi anak-anak kita ??? Realitas
membuktikan bahwa tdk banyak orang tua yang melakukannya. Sebaliknya banyak
orang tua yang justru menurunkan nilai-nilai yang tidak benar dan tidak baik
bagi anak-anaknya.
Tetapi pada sebelah
yang lain penulis juga mengajak anak-anak untuk tidak saja mendengarkan
nasehat, petunjuk dan didikan tetapi juga harus taat melakukannya.
Sekarang ini tidak
banyak anak yang mau mendengarkan nasehat dan bimbingan orang tua. Banyak anak
yang berpikir mereka sudah sekolah tinggi-tinggi, nasehat orang tua itu tidak
berguna. Hal ini yang telah membawa kehancuran dalam kehidupan anak-anak kita.
Putus sekolah, kekerasan, miras, judi dll.
Hal kedua ; Bahwa
untuk membangun hidup itu, maka orang harus mengandalkan hikmat Allah dan bukan
hikmat manusia.
Dalam teks kita penulis
dengan tegas berkata .; “perolehlah hikmat, perolehlah pengertian.
(ayat 5)… perolehlah hikmat dan dengan segala yang kau peroleh perolehlah
pengertian” (ayat 7).
Pernyataan ini
menegaskan kepada kita bahwa orang tidak bisa membangun hidupnya hanya dengan
kepintarannya, hanya dengan kecerdasan intelektualnya, dengan
profesionalismenya. Tetapi setiap orang membutuhkan juga Hikmat Allah.
Pertanyaan kita
adalah apa itu hikmat, sehingga dia begitu penting untuk membangun hidup
???? Alkitab menjelaskan bahwa hikmat
(hokma) adalah ;
1.
Suatu
pengetahuan yang bersifat praktis bukan teoritis, bukan eksat (1 + 1 = 2). Bukan
diperoleh dari hasil belajar diperguruan tinggi, tetapi merupakan pengalaman
hidup yang dialaminya dari waktu ke waktu dalam pergumulannya bersama Tuhan.
2.
Hikmat
itu tempatnya atau berpusat di hati, bukan diotak. Hati sebagai tempat pengambilan
keputusan, sehingga dengan hikmat orang dapat memutusakan suatu perkara dengan
benar. Dengan hikmat setiap orang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk. Mana yang bisa dilakukannya dan mana yang tidak bisa dilakukannya.
3.
Hikmat
itu berasal dari Allah karena hikmat adalah milik Allah dan karena itu Allah
memberikannya kepada setiap orang yang memintanya.
Pentingnya hikmat
itu membuat Salomo ketika ditawari Tuhan, apa yang hendak kamu minta sebagai seorang
Raja Israeal ??? Maka Salomo tidak meminta harta atau kekayaan, tidak meminta
umur panjang atau agar musuh-musuhnya takluk kepadanya, tetapi hikmat supaya ia
bisa memutuskan perkara dengan adil.
Nah, dalam teks
kita pentingnya hikmat Allah dalam membangun hidup itu diuraikan dengan luar
biasa ;
Ketika orang membutuhkan
rasa aman, nyaman dan tentram dalam membangun
hidupnya, maka Alkitab bilang andalkan hikmat Allah : Tegasnya dikatakan ;
“jangan meninggalkan hikmat itu, maka engkau akan dipeliharanya, kasihilah dia
maka engkau akan dijaganya (ayat 6).
Tapi sayang banyak
orang yang untuk rasa aman, nyaman dan tentram dia tidak mengandalkan hikmat,
tetapi kekuatan fisik, kekuatan kekayaan, body gard, anjing helder dll.
Ketika orang ingin agar
hidupnya dihormati dan dihargai, Alkitab bilang andalkan hikmat
Allah. Tegasnya dikatakan ; Junjunglah dia, maka engkau akan ditinggikannya;
engkau akan dijadikan terhormat, apabila engkau memeluknya. (ayat 8).
Tapi banyak orang
berpikir bahwa supaya dia menjadi orang yang dihormati, maka dia harus punya
kedudukan, dia harus punya kekayaan, dia harus punya pangkat yang tinggi dan
seterusnya, dan karena itu kadang dia merebutnya dengan cara-cara yang kotor.
Ketika orang menginginkan
kekuasaan dalam hidupnya maka Alkitab bilang andalkan hikmat Allah.
Tegasnya dikatakan ;” Ia akan mengenakan karangan bunga yang indah di kepalamu,
mahkota yang indah akan dikaruniakannya kepadamu." (ayat 9)
Tetapi banyak orang
yang karena ingin berkuasa, kemudian melakukannya dengan hal-hal yang tidak
terpuji. Hancurkan orang lain, intimidasi, kekerasan dll.
Bukan Cuma itu teks
kita juga menjelaskan bahwa dengan mengandalkan hikmat Allah dalam membangun
hidup maka setiap orang akan memiliki umur panjang.
Artinya apa dengan
hikmat yang Tuhan anugerahkan kepada kita maka kita akan menjaga kesehatan kita
dengan baik, mengatur makanan kita, rajin berolahraga, dstnya.
Dengan mengandalkan
hikmat Allah dalam membangun hidup maka setiap orang akan dituntun pada jalan yang benar
dan tidak mendapat banyak masalah (ayat 11-12).
Bagaimana dengan
kita saudara ???
Di tengah-tengah
dunia yang semakin canggih dengan berbagai peralatan tekhnologi yang semakin
maju, orang tidak lagi melihat hikmat Allah itu sebagai sesuatu yang penting.
Yang penting bagi mereka adalah rasionalisme mereka, ilmu mereka, kepintaran
mereka.
Tetapi apa yang
terjadi justru dengan kepintaran, dengan kecanggihan tekhnologi orang terjebak
untuk melakukan berbagai perbuatan kejahatan, kekerasan dan tindakan-tindakan
yang tidak bermoral.
Ini tidak
dimaksudkan bahwa ilmu pengetahuan itu tidak penting. Tetapi hendaknya ilmu
pengetahuan itu menjadi alat untuk mendatangkan keadilan dan kesejahteraan bagi
diri sendiri dan orang lain.
Ilmu pengetahuan
hendaknya tidak menjadi tujuan. Justru dengan ilmu pengetahuan yang disertai
dengan hikmat akan memungkinkan setiap orang untuk membangun hidupnya dengan
lebih baik.
Ketiga ; Bahwa
setiap orang diberikan pilihan untuk memilih jalan orang berhikmat atau jalan
orang bebal dalam membangun hidupnya.
Dalam ayat 13 s/d
19 penulis memberikan gambaran tentang keberadaan orang fasik dan keberadaan
orang benar.
Bahwa orang
benar itu dilukiskan seperti cahaya
fajar yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari.
Artinya hidup mereka selalu memancarkan sukacita dan pengharapan, kendati
mungkin ada persoalan, ada masalah yang dihadapi. Tetapi justru dengan hikmat
yang dimiliki semuanya dapat terselesaikan. Tidak ada yang mustahil bagi hikmat
Allah.
Sementara orang
fasik dilukiskan seperti kegelapan. Oleh karena hidup mereka
selalu merancang kejahatan, melakukan eksploitasi terhadap hidup orang lain
demi hidup mereka sendiri ( “makan roti kefasikan dan minum anggur kelaliman”
ayat 17).
Gambaran ini
memberikan pilihan kepada kita semua yang hadir di pagi hari ini. Apakah kita
akan membangun masa depan kita mengikuti jalan orang berhikmat atau jalan orang
fasik, terserah pilihan saudara.
Tapi firman Tuhan
bilang jauhilah jalan orang fasik, dan jalanlah di jalan orang yang berhikmat,
amin.
Oleh
:
Pdt.
Jan. Z. Matatula
Sekretaris
Klasis GPM Masohi.
(Disampaikan dalam
kebaktian Minggu di Gedung Gereja Mahanaim– Jemaat GPM Masohi,
13 September 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar