HIDUP UNTUK BERSAKSI

HIDUP UNTUK BERSAKSI
Ronella Waitibu

Selasa, 27 Agustus 2013

MERAYAKAN CINTA KASIH TUHAN.





TEKS      : 1 Samuel 25 ; 32 -35


Syaloom !!!

Sebagai orang percaya, kita patut bersyukur kepada Tuhan Yesus yang telah mempertemukan kita dipagi ini sebagai persekutuan umat yang beribadah kepadaNya.
Kita juga bersukacita dan bersyukur, oleh karena di hari ini kita diberikan kesempatan oleh Tuhan  untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional.
Kita juga berada dalam suasana sukacita berkenaan dengan  anugerah Tuhan bagi perempuan GPM yang akan berulang tahun ke 42 pada tanggal 5 Mei yang akan datang.
Untuk memaknai berbagai peristiwa ini, dalam sorotan tema mingguan kita ; “Merayakan cinta kasih Tuhan yang membebaskan  dari kebodohan dan keterbelakangan, saya mengajak kita merenungkan firman Tuhan yang tadi kita baca bersama dari kitab 1 Samuel 25 ; 32 – 35, yang merupakan penggalangan dari ceritera tentang Daud, Nabal dan Abigael.

Nama Abigael sebetulnya bukanlah sebuah nama yang sangat populer di dalam Alkitab seperti nama tokoh perempuan lainnya dalam Alkitab misalnya ; Maria yang melahirkan Yesus. Ester yang memperjuangkan pembebasan bagi kaumnya Israel. Debora seorang nabiah sekaligus seorang hakim perempuan yang memerintahkan Barak untuk berperang melawan bangsa kanaan, dll.
Namun demikian Abigael adalah seorang sosok perempuan yang luar biasa. Ia bukan terkenal karena kecantikannya dan karena kekayaan suaminya Nabal, tetapi karena ia telah menampilkan kualitas dirinya dan karakternya sebagai seorang perempuan sejati dan patut diteladani.
Pertanyaan kita adalah apa saja bentuk keteladan Abigael yang kemudian dapat kita gunakan dalam membangun kehidupan pribadi, keluarga dan rumah tangga kita saat ini ???

Kalau kita membaca perikop ini dengan baik, ayat 2 – 44, maka paling kurang ada dua hal pokok yang mau disampaikan kepada kita semua.

PERTAMA ; Setiap orang dipanggil untuk merobah kebencian dan dendam menjadi pengampunan dan cinta kasih.

Dalam teks kita disebutkan bahwa Daud berencana untuk  membunuh dan menghancurkan Nabal dengan seisi rumahnya.
Peristiwa itu bermula dari  harapan Daud untuk mendapatkan bantuan logistik (makanan dan minuman) dari Nabal seorang pengusaha yang kaya Maon. Daud menyuruh orang-orangnya datang kepada Nabal untuk memohon bantuannya. Hal ini dilakukan Daud oleh karena Daud merasa dia telah memberikan kontribusi (andil) yang besar bagi keberhasilan usaha peternakan Nabal di Karmel.
Kontirbusi atau Andil yang saya maksudkan adalah memberikan perlindungan bagi para gembala Nabal selama menggembalakan ternaknya di gunung Karmel.  
Perlindungan itu telah membuat para gembala itu sendiri merasa tenang untuk melakukan pekerjaannya. Hal itu mereka akui sendiri dalam ceriteranya kepada Abigael. Tegasnya dikatakan ; “orang-orang itu sangat baik kepada kami, mereka seperti pagar tembok  sekeliling kami, ketika kami menggembalakan domba-domba di dekat mereka “ (ayat 15-16).       
Kalau dalam realitas sekarang ini, perlindungan yang diberikan Daud kepada Nabal pasti mendapat kompensasi yang besar, (pasti bayar mahal). Tapi itu tidak dituntut oleh Daud dan pengikut-pengikutnya. Daud tidak menuntut bayaran.  Justru yang dilakukan Daud adalah memohon belas kasihan Nabal, pada saat Daud merasa kekurangan, apalagi momentnya adalah musim panen.
Jelasnya dikatakan : “biarlah orang-orang ini mendapat belas kasihmu,…berikanlah kepada hamba-hambamu ini dan kepada anakmu Daud apa yang ada padamu” (ayat 8). Menarik sekali Daud memohon seperti seorang anak yang memohon belas kasihan Bapanya.
Tapi apa yang terjadi ??? Bukan logistik yang di dapat (makanan dan minuman) tetapi yang didapat adalah ; penghinaan, cercaan, cemohan, pelecehan nama baiknya.
Dengan tegas Nabal katakan kepada anak buah Daud ; “Siapakah Daud ??? Siapakah anak Isai itu ???”. (bd. Ayat 10).  Nabal mau bilang,…hei Daud se tu sapa,… se kacil,….se tu seng pung apa-apa dibandingkan dengan beta, beta kaya raya, beta nih orang terhormat.

Sebetulnya, kalau Nabal merasa berat untuk memberikan bantuan kepada Daud, bilang saja ya,….beta seng bisa kasih bantuan,….selesai. Itu jauh lebih baik.  Tetapi jangan dihina,….!!! Jangan dilecehkan, jangan dicemooh !!! Ini yang tidak diterima oleh Daud.
Karena itu dengan menyandang pedang, Daud bersama 400 pengikutnya berangkat untuk menghancurkan Nabal. “emosi tinggi”.

Kadang-kadang banyak orang kristen macam Nabal lai.  
(1). Merasa punya kelebihan, merasa punya kekuatan, merasa punya harta banyak,…lalu seng pandang orang.
Mereka menganggap orang laeng sampah dan tidak ada artinya dibandingkan dengan mereka.
(2). Demikian pula kalau ada yang karena kekurangan dan datang minta bantuan, karena dorang tau katongpung kelebihan, katong hina-hina dong lain dengan kata-kata yang tidak terpuji. Ini sesuatu yang salah dan harus dirubah.
Sederhana saja kalau katong seng mau bantu bilang dengan bae-bae, itu lebih santun dari pada mesti marah-marah dengan kata-kata yang kasar.

Menghadapi situasi seperti itu, maka Abigael istri Nabal segera bertindak, mengambil prakarsa dengan bijaksana. Apa yang dia lakukan ;
-          Dia sendiri datang meminta belas kasihan dari Daud, agar rencana menghancurkan suami dan keluarganya dibatalkan.
-          Sujud menyembah Daud dengan muka sampai ketanah. (Ia menampilkan sikap kerendahan hati yang luar biasa).
-          Ia berani menyampaikan kesalahan suaminya dan tidak menutup-nutupi kesalahan suaminya. Ia berkata jujur dan tidak bohong.
-          Ia memberikan apa yang dibutuhkan Daud (makanan dan minuman), bukan karena membujuk Daud, tetapi ia merasa Daud dan pengikutnya pantas untuk mendapatkannya.

Sikap Abigael ini menggambarkan bahwa ;
a)        Abigael merasa bertanggung jawab untuk menyelamatkan keluarganya. Bahkan bukan Cuma keluarganya, tetapi semua orang yang ada padanya (budak-budaknya dan pekerja lainnya). Abigael merasa bertanggung jawab untuk membebaskan suaminya dari kebodohannya dan kesombongannya. Dimana karena kebodohan dan kesombongannya itu, telah membuat ia masuk dalam jerat kehancuran.

b)        Katakanlah Abigael tidak mau keluarganya hancur karena ulah suaminya yang bodoh dan lupa daratan karena mabuk anggur.  semuanya ini wujud dari cinta kasihnya yang tulus kepada suami dan keluarganya.

2.  Abigael juga tidak ingin Daud hancur dan berhutang darah karena kemarahannya kepada Nabal yang bebal itu.
Sikap Abigael ini telah membebaskan Daud dari tindakan kebodohan yang telah dirancangkan dan segera dilakukannya.

Saudaraku, kita tahu bahwa  Penghinaan yang diterimanya dari Nabal telah membuat Daud merancangkan kejahatan bagi sesamanya. Pada hal Dia sudah diurapi untuk menjadi seorang Raja. Seorang pemimpin Israel.  Dimana seorang pemimpin itu harus siap dihina, dicerca dan dicemooh. Bukan bertindak mencari keadilan dengan kekuatan dan kuasa yang dimiliki, seperti yang dilakukannya saat itu.
Sikap seorang pemimpin adalah memberikan perlindungan dan membebaskan orang-orang dari keterbelakangan dan kebodohan mereka.
Sikap seorang pemimpin adalah merobah karakter orang lain menjadi baik dan bukan menghancurkan mereka.
Sikap seorang pemimpin adalah siap memberikan pengampunan kepada orang yang berlaku jahat kepadanya.
Ini kekeliruan Daud, karena emosi tinggi. Tapi justru kehadiran Abigael telah meluluhkan hati Daud yang membara itu, dan mengambil sikap mengampuni Nabal.
Disini kita melihat bahwa pengampunan Daud kepada Nabal bukan karena ;
-          Kecantikan Abigael,
-          bukan karena makanan dan minuman yang dibawa Abigail,
-          bukan sikap dan perkataan Abigail yang memelas sehingga menimbulkan belas kasihan Daud,
-          Tetapi kerendahan hatinya dan kata-katanya yang lembut, tegas dan mengandung kebenaran;
Karena itu sebagai respons atas apa yang disampaikan Abigael maka Daud memuji Tuhan dan Abigael.
Tegasnya dikatakan ; “Terpujilah Tuhan Allah Israel yang mengutus engkau menemui aku pada hari ini,…terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri. (ayat 32-33).

Belajar dari bagian ini maka ada beberapa hal yang patut kita renungkan ;
1.   Bahwa Setiap orang bertanggung jawab untuk membebaskan orang lain, terutama orang-orang yang dikasihi dan dicintainya dari berbagai perbuatan kejahatan dan dosa. Bukan sebaliknya membiarkan mereka terperangkap dalam perbuatan kejahatan karena kebodohan mereka sendiri. Disini peran seorang istri bukan saja pembantu yang iko apa yang laki bilang. Tetapi peran seorang istri adalah mengkritisi segala sesuatu yang dilakukan oleh sang suami. Peran seorang istri adalah memberikan perlindungan kepada keluarganya, dan bukan cuma urus dia punya diri dan kesenangan-kesenangannya.
Demikian juga seorang suami, jangan selalu menganggap diri hebat dan karena itu tidak mau mendengarkan istri bicara. Firman Tuhan mengajarkan kita agar kita juga belajar mendengarkan apa kata istri kita. Berikan ruang bagi istri kita untuk mengkritisi dan mengoreksi apa yang kita lakukan dari waktu ke waktu. Agar kita tidak terjebak melakukan hal-hal yang tidak baik, karena kesombongan kita sendiri.
Terkait dengan hari pendidikan Nasional saat ini maka peran kita sebagai suami dan istri, papa dan mama adalah menyelamatkan anak-anak kita dari kebodohan dan keterbelakangan. Itu kita lakukan dengan mendorong mereka untuk belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh, serta mempersiapkan mereka dengan berbagai fasilitas yang dibutuhkan.
2.   Bahwa kalau kita mau dipuji orang lain, maka kriterianya adalah bukan dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang spektakuler, bukan dengan berdandan yang indah agar berpenampilan cantik walaupun itu perlu, bukan dengan berpakaian sesuai mode, karena semuanya itu tampilan luar. Tapi yang dibutuhkan adalah kecantikan dari dalam. Apa itu ? Kerendahan hati.  
Nilai kerendahan hati ini sudah sangat langkah diberlakukan dalam kehidupan orang kristen. Karena kerendahan hati, Abigael siap bersujud dihadapan Daud sampai ke tanah.
Berkenaan dengan HUT perempuan GPM maka kita diajak untuk meningkatkan kualitas hidup kita dengan kerendahan hati.

3.   Bahwa sebagai wujud cinta kasih kepada keluarga maka Nilai pengorbanan menjadi keteladan penting untuk dilakukan. Abigael mengorbankan harga dirinya demi keselamatan keluarganya. Bukannya Cuma harga diri tapi hidupnya demi menanggung kesalahan suaminya. (aku sajalah ya tuanku yang menanggung kesalahan itu,…ayat 24).
Dalam membangun kehidupan keluarga nilai pengorbanan menjadi sangat penting untuk dilakukan. Tapi katong lebih banyak inga katongpun diri sandiri, kesenangan sandiri dari pada berkorban untuk keluarga. Ada yang bilang bagini “ kalau mau beli rokok ada uang, beli sopi ada uang, tapi kalau mau bayar uang sekolah, uang komite sabar dolo.

KEDUA ; Setiap orang percaya dipanggil untuk konsiten terhadap apa yang diucapkannya.
Disebutkan dalam teks kita bahwa ketika Daud mengampuni Nabal melalui sikap bijak Abigael, Daud menerima semua pemberian Abigael. Dan kemudian Daud berjanji bahwa ia akan melindungi Abigael dan keluarganya. Dan itu dilakukan oleh Daud. Ia membatalkan rencananya untuk membantai Nabal dan seisi rumahnya.  Ini nilai konsistensi Daud yang menjadi teladan bagi setiap orang percaya. Daud tidak bohong…..Daud tidak munafik,…..Daud bersungguh-sungguh mempertahankan apa yang sudah dijanjikannya.

Dalam realita kehidupan seperti ini  nilai konsitensi kita terhadap apa yang kita ikrarkan sudah sangat melemah.
Apakah itu terkait dengan konsistensi yang berkaitan dengan janji-jani kita dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Konsitensi kita dalam melaksanakan tugas dan jabatan kita. Konsistensi kita dalam melayani keluarga kita dstnya.
Karena itu firman Tuhan mengingatkan kita agar setiap orang Kristen dalam membangun kehidupan bersama, harus menjaga konsistensi dari apa yang disampaikannya.
Salah satu sikap ketidakkonsitenan kita adalah dalam realitas kehidupan kita adalah memaafkan orang yang bersalah kepadanya hanya dibibir saja. Tetapi selalu saja menyimpan dendam di dalam hati.
Ini bentuk kebodohan dan keterbelakangan yang patut dibebaskan. Berusahalah untuk keluar dari kebodohan dan keterbelakangan ini, karena Yesus yang bangkit itu telah memerdekakan kita dari kebodohan dan keterbelakangan, amin.

Oleh ;
Pdt. Jan. Z. Matatula, S.Th.
Sekretaris Klasis Masohi.
(Disampaikan dalam kebaktian Minggu di Gedung Gereja Bethesda Jemaat GPM Masohi, Klasis GPM Masohi, 2 Mei 2010.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar