TEKS : 1 Samuel 25 ; 32 -35
Syaloom
!!!
Sebagai orang percaya, kita patut bersyukur kepada Tuhan
Yesus yang telah mempertemukan kita dipagi ini sebagai persekutuan umat yang
beribadah kepadaNya.
Kita juga bersukacita dan bersyukur, oleh karena di hari ini
kita diberikan kesempatan oleh Tuhan
untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional.
Kita juga berada dalam suasana sukacita berkenaan
dengan anugerah Tuhan bagi perempuan GPM
yang akan berulang tahun ke 42 pada tanggal 5 Mei yang akan datang.
Untuk memaknai berbagai peristiwa ini, dalam sorotan tema
mingguan kita ; “Merayakan cinta kasih Tuhan yang membebaskan dari kebodohan dan keterbelakangan, saya
mengajak kita merenungkan firman Tuhan yang tadi kita baca bersama dari kitab 1
Samuel 25 ; 32 – 35, yang merupakan penggalangan dari ceritera tentang Daud,
Nabal dan Abigael.
Nama Abigael sebetulnya bukanlah sebuah nama yang sangat
populer di dalam Alkitab seperti nama tokoh perempuan lainnya dalam Alkitab
misalnya ; Maria yang melahirkan Yesus. Ester yang memperjuangkan
pembebasan bagi kaumnya Israel. Debora seorang nabiah sekaligus
seorang hakim perempuan yang memerintahkan Barak untuk berperang melawan bangsa
kanaan, dll.
Namun demikian Abigael adalah seorang sosok perempuan yang luar
biasa. Ia bukan terkenal karena kecantikannya dan karena kekayaan suaminya
Nabal, tetapi karena ia telah menampilkan kualitas dirinya dan karakternya sebagai
seorang perempuan sejati dan patut diteladani.
Pertanyaan kita adalah apa saja bentuk keteladan Abigael yang
kemudian dapat kita gunakan dalam membangun kehidupan pribadi, keluarga dan
rumah tangga kita saat ini ???
Kalau kita membaca perikop ini dengan baik, ayat 2 – 44,
maka paling kurang ada dua hal pokok yang mau disampaikan kepada kita semua.
PERTAMA ; Setiap
orang dipanggil untuk merobah kebencian dan dendam menjadi pengampunan
dan cinta kasih.
Dalam teks kita disebutkan bahwa Daud berencana untuk membunuh dan menghancurkan Nabal dengan seisi
rumahnya.
Peristiwa itu bermula dari
harapan Daud untuk mendapatkan bantuan logistik (makanan dan minuman) dari
Nabal seorang pengusaha yang kaya Maon. Daud menyuruh orang-orangnya datang
kepada Nabal untuk memohon bantuannya. Hal ini dilakukan Daud oleh karena Daud
merasa dia telah memberikan kontribusi (andil) yang besar bagi keberhasilan
usaha peternakan Nabal di Karmel.
Kontirbusi atau Andil yang saya maksudkan adalah memberikan
perlindungan bagi para gembala Nabal selama menggembalakan ternaknya di gunung
Karmel.
Perlindungan itu telah membuat para gembala itu sendiri
merasa tenang untuk melakukan pekerjaannya. Hal itu mereka akui sendiri dalam
ceriteranya kepada Abigael. Tegasnya dikatakan ; “orang-orang itu sangat baik
kepada kami, mereka seperti pagar tembok
sekeliling kami, ketika kami menggembalakan domba-domba di dekat mereka
“ (ayat 15-16).
Kalau dalam realitas sekarang ini, perlindungan yang
diberikan Daud kepada Nabal pasti mendapat kompensasi yang besar, (pasti bayar
mahal). Tapi itu tidak dituntut oleh Daud dan pengikut-pengikutnya. Daud tidak
menuntut bayaran. Justru yang dilakukan
Daud adalah memohon belas kasihan Nabal, pada saat Daud merasa
kekurangan, apalagi momentnya adalah musim panen.
Jelasnya dikatakan : “biarlah orang-orang ini mendapat belas
kasihmu,…berikanlah kepada hamba-hambamu ini dan kepada anakmu Daud apa yang
ada padamu” (ayat 8). Menarik sekali Daud memohon seperti
seorang anak yang memohon belas kasihan Bapanya.
Tapi apa yang terjadi ??? Bukan logistik yang di dapat
(makanan dan minuman) tetapi yang didapat adalah ; penghinaan, cercaan, cemohan,
pelecehan nama baiknya.
Dengan tegas Nabal katakan kepada anak buah Daud ; “Siapakah
Daud ??? Siapakah anak Isai itu ???”. (bd. Ayat 10). Nabal mau bilang,…hei Daud se tu sapa,… se
kacil,….se tu seng pung apa-apa dibandingkan dengan beta, beta kaya raya, beta
nih orang terhormat.
Sebetulnya, kalau Nabal merasa berat untuk memberikan
bantuan kepada Daud, bilang saja ya,….beta seng bisa kasih bantuan,….selesai.
Itu jauh lebih baik. Tetapi jangan dihina,….!!!
Jangan dilecehkan, jangan dicemooh !!! Ini yang tidak diterima oleh Daud.
Karena itu dengan menyandang pedang, Daud bersama 400
pengikutnya berangkat untuk menghancurkan Nabal. “emosi tinggi”.
Kadang-kadang banyak orang kristen macam Nabal lai.
(1). Merasa punya kelebihan, merasa punya kekuatan, merasa
punya harta banyak,…lalu seng pandang orang.
Mereka menganggap orang laeng sampah dan tidak ada artinya
dibandingkan dengan mereka.
(2). Demikian pula kalau ada yang karena kekurangan dan
datang minta bantuan, karena dorang tau katongpung kelebihan, katong hina-hina
dong lain dengan kata-kata yang tidak terpuji. Ini sesuatu yang salah dan harus
dirubah.
Sederhana saja kalau katong seng mau bantu bilang dengan
bae-bae, itu lebih santun dari pada mesti marah-marah dengan kata-kata yang
kasar.
Menghadapi situasi seperti itu, maka Abigael istri Nabal segera
bertindak, mengambil prakarsa dengan bijaksana. Apa yang dia lakukan ;
-
Dia sendiri datang meminta belas
kasihan dari Daud, agar rencana menghancurkan suami dan keluarganya dibatalkan.
-
Sujud menyembah Daud dengan muka sampai
ketanah. (Ia menampilkan sikap kerendahan hati yang luar biasa).
-
Ia berani menyampaikan kesalahan
suaminya dan tidak menutup-nutupi kesalahan suaminya. Ia berkata jujur dan
tidak bohong.
-
Ia memberikan apa yang dibutuhkan Daud
(makanan dan minuman), bukan karena membujuk Daud, tetapi ia merasa Daud dan
pengikutnya pantas untuk mendapatkannya.
Sikap Abigael ini menggambarkan bahwa ;
a)
Abigael merasa bertanggung jawab untuk menyelamatkan keluarganya. Bahkan bukan Cuma keluarganya, tetapi semua orang yang ada
padanya (budak-budaknya dan pekerja lainnya). Abigael merasa bertanggung
jawab untuk membebaskan suaminya dari kebodohannya dan
kesombongannya. Dimana karena kebodohan dan
kesombongannya itu, telah membuat ia masuk dalam jerat kehancuran.
b)
Katakanlah Abigael
tidak mau keluarganya hancur karena ulah suaminya yang bodoh dan lupa daratan
karena mabuk anggur. semuanya ini wujud dari cinta kasihnya yang
tulus kepada suami dan keluarganya.
2. Abigael juga
tidak ingin Daud hancur dan berhutang darah karena kemarahannya kepada Nabal
yang bebal itu.
Sikap Abigael ini telah membebaskan Daud dari tindakan
kebodohan yang telah dirancangkan dan segera dilakukannya.
Saudaraku, kita tahu bahwa Penghinaan yang diterimanya dari Nabal telah
membuat Daud merancangkan kejahatan bagi sesamanya. Pada hal Dia sudah diurapi
untuk menjadi seorang Raja. Seorang pemimpin Israel. Dimana seorang pemimpin itu harus siap dihina,
dicerca dan dicemooh. Bukan bertindak mencari keadilan dengan kekuatan dan
kuasa yang dimiliki, seperti yang dilakukannya saat itu.
Sikap seorang pemimpin adalah memberikan perlindungan dan
membebaskan orang-orang dari keterbelakangan dan kebodohan mereka.
Sikap seorang pemimpin adalah merobah karakter orang lain
menjadi baik dan bukan menghancurkan mereka.
Sikap seorang pemimpin adalah siap memberikan pengampunan
kepada orang yang berlaku jahat kepadanya.
Ini kekeliruan Daud, karena emosi tinggi. Tapi justru kehadiran
Abigael telah meluluhkan hati Daud yang membara itu, dan mengambil sikap
mengampuni Nabal.
Disini kita melihat bahwa pengampunan Daud kepada Nabal
bukan karena ;
-
Kecantikan Abigael,
-
bukan karena makanan dan minuman yang
dibawa Abigail,
-
bukan sikap dan perkataan Abigail yang
memelas sehingga menimbulkan belas kasihan Daud,
-
Tetapi kerendahan hatinya
dan kata-katanya
yang lembut, tegas
dan mengandung kebenaran;
Karena itu sebagai respons atas apa yang disampaikan Abigael
maka Daud
memuji Tuhan dan Abigael.
Tegasnya dikatakan ; “Terpujilah Tuhan Allah Israel yang
mengutus engkau menemui aku pada hari ini,…terpujilah kebijakanmu dan
terpujilah engkau sendiri. (ayat 32-33).
Belajar dari bagian ini maka ada beberapa hal yang patut
kita renungkan ;
1.
Bahwa Setiap orang bertanggung jawab
untuk membebaskan orang lain, terutama orang-orang yang dikasihi dan
dicintainya dari berbagai perbuatan kejahatan dan dosa. Bukan sebaliknya
membiarkan mereka terperangkap dalam perbuatan kejahatan karena kebodohan
mereka sendiri. Disini peran seorang istri bukan saja pembantu yang iko apa
yang laki bilang. Tetapi peran seorang istri adalah mengkritisi segala sesuatu
yang dilakukan oleh sang suami. Peran seorang istri adalah memberikan
perlindungan kepada keluarganya, dan bukan cuma urus dia punya diri dan
kesenangan-kesenangannya.
Demikian juga seorang suami, jangan
selalu menganggap diri hebat dan karena itu tidak mau mendengarkan istri
bicara. Firman Tuhan mengajarkan kita agar kita juga belajar mendengarkan apa
kata istri kita. Berikan ruang bagi istri kita untuk mengkritisi dan mengoreksi
apa yang kita lakukan dari waktu ke waktu. Agar kita tidak terjebak melakukan
hal-hal yang tidak baik, karena kesombongan kita sendiri.
Terkait dengan hari pendidikan Nasional
saat ini maka peran kita sebagai suami dan istri, papa dan mama adalah
menyelamatkan anak-anak kita dari kebodohan dan keterbelakangan. Itu kita
lakukan dengan mendorong mereka untuk belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh,
serta mempersiapkan mereka dengan berbagai fasilitas yang dibutuhkan.
2.
Bahwa kalau kita mau dipuji orang lain,
maka kriterianya adalah bukan dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang
spektakuler, bukan dengan berdandan yang indah agar berpenampilan cantik
walaupun itu perlu, bukan dengan berpakaian sesuai mode, karena semuanya itu
tampilan luar. Tapi yang dibutuhkan adalah kecantikan dari dalam. Apa itu ? Kerendahan
hati.
Nilai kerendahan hati ini sudah sangat
langkah diberlakukan dalam kehidupan orang kristen. Karena kerendahan hati,
Abigael siap bersujud dihadapan Daud sampai ke tanah.
Berkenaan dengan HUT perempuan GPM maka
kita diajak untuk meningkatkan kualitas hidup kita dengan kerendahan hati.
3.
Bahwa sebagai wujud cinta kasih kepada
keluarga maka Nilai pengorbanan menjadi keteladan penting untuk
dilakukan. Abigael mengorbankan harga dirinya demi keselamatan keluarganya. Bukannya
Cuma harga diri tapi hidupnya demi menanggung kesalahan suaminya. (aku sajalah
ya tuanku yang menanggung kesalahan itu,…ayat 24).
Dalam membangun kehidupan keluarga
nilai pengorbanan menjadi sangat penting untuk dilakukan. Tapi katong lebih
banyak inga katongpun diri sandiri, kesenangan sandiri dari pada berkorban
untuk keluarga. Ada yang bilang bagini “ kalau mau beli rokok ada uang, beli
sopi ada uang, tapi kalau mau bayar uang sekolah, uang komite sabar dolo.
KEDUA ; Setiap orang percaya dipanggil untuk
konsiten terhadap apa yang diucapkannya.
Disebutkan dalam teks kita bahwa ketika Daud mengampuni
Nabal melalui sikap bijak Abigael, Daud menerima semua pemberian Abigael. Dan
kemudian Daud berjanji bahwa ia akan melindungi Abigael dan keluarganya. Dan itu
dilakukan oleh Daud. Ia membatalkan rencananya untuk membantai Nabal dan seisi
rumahnya. Ini nilai konsistensi Daud
yang menjadi teladan bagi setiap orang percaya. Daud tidak bohong…..Daud tidak
munafik,…..Daud bersungguh-sungguh mempertahankan apa yang sudah dijanjikannya.
Dalam realita kehidupan seperti ini nilai konsitensi kita terhadap apa yang kita
ikrarkan sudah sangat melemah.
Apakah itu terkait dengan konsistensi yang berkaitan dengan
janji-jani kita dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Konsitensi kita dalam melaksanakan tugas dan jabatan kita. Konsistensi
kita dalam melayani keluarga kita dstnya.
Karena itu firman Tuhan mengingatkan kita agar setiap orang
Kristen dalam membangun kehidupan bersama, harus menjaga konsistensi dari apa
yang disampaikannya.
Salah satu sikap ketidakkonsitenan kita adalah dalam
realitas kehidupan kita adalah memaafkan orang yang bersalah kepadanya hanya dibibir
saja. Tetapi selalu saja menyimpan dendam di dalam hati.
Ini bentuk kebodohan dan keterbelakangan yang patut
dibebaskan. Berusahalah untuk keluar dari kebodohan dan keterbelakangan ini,
karena Yesus yang bangkit itu telah memerdekakan kita dari kebodohan dan
keterbelakangan, amin.
Oleh ;
Pdt. Jan. Z. Matatula, S.Th.
Sekretaris Klasis Masohi.
(Disampaikan dalam kebaktian Minggu di Gedung Gereja Bethesda Jemaat GPM Masohi, Klasis GPM Masohi, 2 Mei 2010.)
(Disampaikan dalam kebaktian Minggu di Gedung Gereja Bethesda Jemaat GPM Masohi, Klasis GPM Masohi, 2 Mei 2010.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar