HIDUP UNTUK BERSAKSI

HIDUP UNTUK BERSAKSI
Ronella Waitibu

Selasa, 01 Oktober 2013

HANYA KARENA TUHAN YESUS........, KITA SANGGUP MELAKUKAN PERJALANAN SAMPAI HARI INI.




 
TEKS : YOSUA 4 ; 16-24

Syaloom !!!

Akhirnya kita tiba juga di penghujung tahun 2003. Dan ketika kita menoleh kebelakang, ke hari-hari, minggu-minggu dan bulan-bulan yang telah terlewati disepanjang tahun 2003, kita menemukan adanya suatu perjalanan  panjang yang telah kita jalani.  
Perjalanan yang melibatkan  suami dan istri, orang tua dan anak-anak, saudara bersaudara, tetangga, rekan kerja, warga sektor, warga jemaat tetapi juga warga masyarakat.
Dalam perjalanan itu sendiri ada yang mengalami sakit penyakit, ada yang keburu dipanggil pulang oleh Bapa di sorga. Ada yang untung dalam usaha tetapi ada juga yang rugi. Ada yang berhasil dalam dunia pendidikan, tetapi ada juga yang gagal. Ada yang bersukacita karena lulus tes pegawai negeri, tetapi ada juga yang “galau” karena tidak lulus tes.  Ada yang mendapat pekerjaan, tetapi ada yang tetap menjadi pengangguran karena belum ada pekerjaan yang katanya sesuai dengan profesinya, dll. 
Pertanyaan yang patut dikedepankan sebagai orang-orang Kristen adalah apakah kita  dapat tiba dipenghujung tahun 2003 setelah melewati berbagai dinamika kehidupan yang kita alami adalah  karena sebuah kebetulan ???  Ataukah justru karena ada kekuatan lain yang menopang kita dalam perjalanan itu ???  Lalu apa yang dapat kita katakan tentang semuanya itu ??? Mari kita temukan jawabannya dalam teks bacaan kita tadi.

Bagi penulis, bukan sebuah kebetulan, ketika Yosua mampu menuntun umat Israel di padang gurun sampai tiba sungai Yordan. Juga bukanlah sebuah kebetulan ketika air sungai Yordan itu menjadi kering, sehingga umat Israel dapat dimungkinkan untuk berjalan di tempat yang kering melintasi sungai itu. Tetapi itu bisa terjadi karena Allah selalu hadir dan bekerja menuntun umatNya.  
Apa bukti kalau dikatakan bahwa Allah selalu hadir dan bekerja menuntun umatNya ??? 
Pertama ; adalah janji Allah yang disampaikan kepada Yosua.  Tegasnya dikatakan ; “seperti Aku menyertai Musa, demikianlah  Aku akan menyertai engkau. Aku tidak akan membiarkan Engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” .  (Yosua 1 : 5).
Pernyataan ini menegaskan bahwa ada jaminan dari Allah bahwa Allah akan menyertai bukan hanya Yosua, tetapi juga untuk Israel secara utuh dan menyeluruh. 
Bahwa melalui kepemimpinan Yosua, Allah akan menuntun bangsa Israel memasuki tanah Kanaan. Tanah  yang telah dijanjikan kepada Abraham, Izak dan Yakub.
Pada sisi ini maka penulis ingin menegaskan bahwa tibanya Israel dipenyebrangan sungai Yordan bukan karena kehebatan seorang pemimpin yang namaNya Yosua, tetapi semata-mata adalah karena kepemimpinan dan kehebatan Allah.
Karena itu tidak ada alasan bagi Yosua untuk membanggakan diri dan menganggap diri hebat.  Dan tidak ada alasan bagi umat untuk tidak menyembah Allah dan mengagungkan keMahakuasaan Allah. Umat punya hanya satu pilihan menyembah Allah dengan sungguh-sungguh.

 Kedua ; adalah tabut perjanjian.  Sebagaimana kita ketahui bahwa tabut perjanjian adalah Lambang kehadiran Allah. Karena itu, dimana tabut itu berada, disitulah Allah hadir. Dan lewat tabut perjanjian itu Allah selalu hadir dengan mujizat-mujizatNya.
Disebutkan dalam teks kita bahwa ketika para imam yang membawa tabut Perjanjian itu menginjakan kakinya ke dalam sungai, maka air yang mengalir dari hulu berhenti mengalir dan menjadi bendungan.
Dengan demikian mau ditegaskan kepada kita bahwa Allah tidak saja berada jauh dari manusia, tetapi Allah justru hadir di tengah-tengah kehidupan konkrit manusia. Allah sangat dekat dengan kehidupan umatNya.  Dan kehadiranNya itu selalu membuat manusia mampu melepaskan diri dari berbagai situasi yang mengancam hidupnya.
Jadi dari gambaran seperti di atas, maka pantas kita berkesimpulan bahwa, perjalanan hidup Israel dengan segala dinamika kehidupan yang dialaminya tidak pernah lepas dari campur tangan dan keterlibatan umat di dalamNya.
Saudaraku,…sebetulnya kita boleh tiba di penghujung tahun 2003 ini adalah juga karena Allah selalu hadir dan bekerja bersama kita. Dalam kehadiranNya itu, Ia menyertai, Ia  memimpin pribadi-pribadi, keluarga-keluarga bahkan sebagai persekutuan jemaat untuk menyebrangi perjalanan hidup di tahun 2003 ini. Dalam kehadiranNya itu Ia menyertai, Ia memimpin kita dalam kerja dalam tugas dalam pengabdian dari hari lepas hari.
Persoalannya ialah, kalau Allah hadir, Allah menyertai dan memimpin kita mengapa si A harus menjadi yatim piatu dan si B mesti menjadi duda atau janda karena orang yang dikasihi dan dicintai telah dipanggil pulang olehNya. Mengapa Ia tidak menjawab permohonan dan rintihan doa kita ketika kita menjerit memohon kesembuhan kepada orang-orang yang kita kasihi dan cintai ???
Kalau Allah hadir, Allah menyertai dan Allah memimpin, mengapa berkali-kali saya mengikuti tes untuk menjadi pegawai ini atau itu, saya tidak pernah lulus dan diterima ???
Kalau Allah selalu hadir, Allah selalu menyertai dan Allah selalu menuntun, mengapa usaha bisnis yang saya kembangkan justru rugi dan tidak untung ???
Kalau Allah selalu hadir, Allah selalu menyertai dan Allah selalu menuntun, mengapa rumah tangga saya tidak pernah harmonis, selalu saja ada pertikaian dan pertentangan dalam keluarga ??? Mana bukti penyertaan Allah itu???
Jawabnya sederhana, bahwa Allah hadir, Allah menyertai dan Allah memimpin kita, tidaklah berarti manusia terbebas dari berbagai persoalan dan ancaman hidup.
Jangan berpikir bahwa ketika Allah hadir, Allah menyertai dan Allah memimpin lalu tidak ada kematian, tidak ada penyakit, tidak ada kegagalan dan ketidaksuksesan, tidak ada pertikaian dalam rumah tangga.  Tidak seperti itu !!! Tetapi ketika kita tahu bahwa Allah hadir, Allah menyertai dan Allah memimpin, maka ada jaminan bagi anda dan saya untuk menjalani kehidupan ini dengan berani dan tidak takut terhadap berbagai persoalan dan ancaman yang mengancam seluruh kehidupan kita.
Pada sebelah lain Allah tetap memberikan kebebasan bagi manusia untuk bertindak. Ia tidak menjadikan manusia seperti robot, sehingga ketika ada suami yang mau pukul istri, Ia hanya “pencet tombol jangan pukul”, maka  Suami tidak jadi pukul istri. Ia tidak menjadikan manusia seperti robot, sehingga ketika si Roland hendak mengambil barang orang alias mencuri, Ia hanya “pencet tombol jangan mencuri”, maka si Rolan  batal mencuri. Ia tidak menjadikan manusia seperti robot, sehingga ketika orang malas masuk gereja, Ia “pencet tombol rajin masuk gereja”, dan orang akan berbondong-bondong datang ke gereja.  Ia tidak menjadikan manusia seperti robot, sehingga ketika si A, angkat botol sopi dan tuang ke mulut, Ia “pencet tombol jangan minum” dan botolpun jatuh dari tangan si A. Dll.
Ia memberikan kebebasan bagi manusia untuk berpikir dan bertindak. Ia berikan kebebasan bagi manusia untuk memilih apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Tapi dalam proses untuk memilih itulah, orang selalu punya kecenderungan untuk memilih hal-hal yang tidak baik, hal-hal yang buruk, hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah. Karena itu jangan salahkan Allah kalau ada kegagalan, ada ketidaksuksesan, Ada penderitaan, ada kemalangan dst.nya.
Karena itu yang pantas dilakukan setiap orang Kristen ketika Ia berada di penghujung tahun ini adalah berkata pada Tuhan ; “terima kasih Tuhan, karena Engkau telah hadir, menyertai dan memimpin saya melintasi perjalanan di tahun 2003 ini”

Seterusnya dijelaskan dalam teks kita bahwa dalam penyebrangan sungai Yordan itu, Yosua justru melibatkan semua suku. Pada hal suku Ruben, Gad dan suku Manasye telah mendapat jatah tempat tinggal atau domisili di sebelah barat sungai Yordan.
Karena itu mereka tidak perlu menyebrang sungai yang beresiko tinggi karena arusnya yang deras itu. Kalau mereka mau, maka sebetulnya mereka sudah dapat memulai pekerjaan bercocok tanam dan seterusnya. Tetapi rupanya mereka tetap taat kepada perintah Yosua untuk bersama-sama menyeberangi sungai itu.
Hal ini menunjuk kepada nilai kebersamaan dan persekutuan yang ingin di bangun di antara kedua belas suku itu.  Dalam kebersamaan itu mereka akan dikenal sebagai umat Allah. Dalam kebersamaan selalu ada peluang bagi mereka untuk saling mendampingi dan saling menopang,  Mendampingi dan menopang dalam susah maupun dalam senang.
Disini tidak ada kepentingan pribadi dilihat lepas dari kepentingan bersama. Tetapi kepentingan pribadi tetap dilihat dalam orientasi kepentingan bersama, sehingga tidak akan pernah muncul kecemburuan dan iri hati yang merupakan benih-benih permusuhan di kalangan umat.
Dalam realitas konteks kita, rupanya nilai kebersamaan dan persatuan itu mulai memudar. Nilai kebersamaan dan persekutuan dalam upaya membangun keluarga, membangun kehidupan berjemaat, kehidupan bermasyarakat, mulai hilang kekuatannya.
Yang sangat kuat muncul kepermukaan sampai di penghujung tahun ini adalah nilai-nilai egoisme. Nilai-nilai mementingkan diri sendiri. Karena nilai egosime itu, maka suami mau menang sendiri. Biar dirinya salah, ia akan marah besar kalau ditegur istrinya.
Demikian sebaliknya karena nilai egoisme itu, maka istri tidak mau mengalah terhadap suaminya, ketika ia kedapatan melakukan hal yang salah. Karena sikap egoisme itu membuat atasan marah besar ketika kesalahannya di nasehati oleh bawahannya. Karena sikap egoismenya itu, maka orang tidak mau mengakui kelebihan orang lain. Karena sikap egoismenya itu maka orang tega merampas apa yang menjadi milik orang lain, tanahnya, rumahnya dll.
Karena itu ketika kita tiba dipenghujung tahun 2003 ini kita kuburkan segala sikap egoisme itu dalam diri kita dan jadilah orang Kristen yang selalu dapat menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dalam memasuki tahun 2004 nanti.

Hal menarik lainnya yang dikedepankan dalam teks kita adalah bahwa ketika umat itu berhasil menyebrangi sungai Yordan dengan aman, maka atas perintah Tuhan Yosua membentuk suatu prasasti dengan 12 buah batu yang diambil dari dalam sungai Yordan, yang mewakili 12 suku Israel di Gilgal.
Prasasti itu dibangun tidak dengan maksud agar nama Yosua sebagai pemimpin umat dijagokan. Atau Supaya Yosua dapat tepuk dada dan mengatakan bahwa karena kehebatannya dan kemampuannya, sehingga umat yang dipimpinnya berhasil menyebrangi sungai Yordan. 
Demikian juga prasasti itu dibangun tidak dengan maksud agar Israel dapat tepuk dada dan berkata bahwa kami hebat, karena berhasil menyebrangi sungai Yordan. Tetapi sebetulnya prasasti itu bermaksud agar baik umat Israel yang melakukan penyebrangan itu, maupun generasi Israel kemudian, akan tetap punya memori bahwa Allah Israel pernah melakukan perbuatan yang luar biasa kepada Israel, sehingga tidak pantas bagi mereka untuk mengembangkan budaya” topo dada”.
Dan sebagai orang percaya yang beribadah di malam ini kitapun diingatkan bahwa hendaknya kita juga tidak mengembangkan budaya topo dada. Hal ini perlu ditegaskan lagi oleh karena dalam realita konteks kita tidak sedikit orang yang mengembangkan budaya topo dada. 
Kalau suatu pekerjaan selesai orang seng bilang terima kasih Tuhan. tapi orang bilang beta hebat. Kalau usaha berhasil orang jarang bilang trima kasih Tuhan, tapi orang bilang beta jago.
Bahasa yang sering kita dengar pula adalah, kalau bukan karena beta ale seng jadi itu dan seng jadi ini. Kalau bukan karena beta, unit seng maju, sektor berantakan. Kalau bukan karena beta, sekolah seng jadi, Kalau bukan karena beta Kabupaten seng pernah jadi.
Jadi yang muncul hanyalah bahasa “karena beta” melulu, lalu dimana kita tempatkan ungkapan “karena Tuhan” ???  
Karena itu sangat pantas dan baik kalau dipenghujung tahun 2003, setelah kita melakukan introspeksi dan koreksi diri, dan lalu berucap: “ Karena Tuhan maka saya dan keluarga saya telah memperoleh yang terbaik disepanjang tahun 2003. Selamat mengakhiri tahun 2003 dan selamat menjemput tahun 2004. amin.


Oleh :
Pdt. Jan.Z. Matatula, S.Th.
Sekretaris Klasis GPM P.P.Aru
(Disampaikan dalam kebaktian “Kunci Taong” di Gedung Gereja Bethel–
Jemaat GPM Dobo, Klasis GPM P.P.Aru.
31 Desember  2003).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar