HIDUP UNTUK BERSAKSI

HIDUP UNTUK BERSAKSI
Ronella Waitibu

Selasa, 17 September 2013

KERJAKAN KESELAMATANMU DENGAN TAAT




TEKS   : Filipi 2 ; 12-18

Syaloom !!!
Mark Twain penulis berkebangsaan Amerika, pernah mengatakan, tepatnya begini : “beberapa orang mengatakan bahwa mereka mengalami kesulitan dengan kata-kata di dalam Alkitab yang tidak mereka mengerti. Saya sebaliknya, yang menyulitkan saya justru mengenai kata-kata di dalam Alkitab yang saya pahami”.
Saya kira pernyataan Mark Twain ini sangat beralasan, karena kesulitan orang-orang percaya yang paling besar adalah melaksanakan apa yang dibaca dalam Alkitab. Betul,??????  (saya kira betul).
Apakah kita tidak mengerti pernyataan seperti ; jangan mencuri yang terdapat dalam hukum taurat ??? Semua orang pasti mengerti, anak kecil juga tahu. Tetapi orang tokh mencuri.
Apakah ada orang yang tidak mengerti pernyataan jangan membenci saudaramu ??? Semua orang pasti tahu, anak kecil juga tahu. Tapi tokh ada orang yang membenci saudaranya.
Apakah ada orang yang tidak mengerti pernyataan kamu harus hidup dalam ketaatan, anak kecil juga tahu. Tetapi kenyataan membuktikan bahwa banyak orang Kristen termasuk orang Kristen di Filipi, yang tidak mengembangkan sikap hidup taat dalam kehidupannya.     Itulah sebabnya dalam teks bacaan kita tadi Paulus dengan tegas berkata : “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat”. (ayat 12 a).
Dengan demikian kita berkesimpulan bahwa betul, banyak orang yang sungguh memahami firman Tuhan, tetapi tidak bersedia melakukannya dalam kehidupannya. Inilah sebetulnya yang menjadi persoalan kita yang paling utama di tengah-tengah kehidupan kekristenan kita disepanjangan hari hidup kita.

Nasehat Pertama yang mau disampaikan adalah ;  hendaknya hidup dalam ketaatan (ayat 12).  Apa sih,… ketaatan yang dimaksudkan Paulus.
Ketaatan yang dimaksudkan Paulus menunjuk pada pengertian “takluk dan patuh” karena mendengar berita Injil.  Jadi ketika mereka mendengarkan berita Injil yang menghadirkan tentang keselamatan Allah bagi manusia dan dunia, maka mereka harus patuh kepadanya dan menaklukan diri di bawah Berita Injil itu sendiri.
            Artinya, ketika mereka telah mengetahui bahwa mereka sudah diselamatkan oleh Allah dalam Kristus Yesus, maka mereka harus hidup di dalam Keselamatan itu. Istilah yang digunakan Paulus di sini ialah “tetap kerjakan keselamatanmu”.
Tetapi, jangan salah paham dengan ungkapan tetap kerjakan keselamatanmu, seolah-olah umat Kristen di Filipi  yang mengusahakan keselamatan itu, menjadi milik mereka. Tidak !!! Keselamatan itu dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan dunia, termasuk orang Kristen di Filipi, tetapi ia punya tanggung jawab untuk berusaha agar keselamatan itu tetap menjadi miliknya.
Kenapa ???  Ya namanya juga manusia, dengan segala keinginan dagingnya, sehingga ia selalu punya kecenderungan untuk melakukan perbuatan-perbuatan dosa, perbuatan-perbuatan kecemaran, yang akan menjauhkan dirinya dari keselamatan itu. 
Supaya anugerah Allah berupa keselamatan itu tidak hilang dari hidupnya, maka ia harus mengembangkan hidup taat.
Pada sisi yang lain, ketaatan untuk mengerjakan keselamatan itu mesti bertumbuh dari diri sendiri dan bukan sesuatu yang dipaksakan dari luar atau karena terpaksa.
Ketaatan itu mesti lahir dari sebuah kesadaran. Jangan mereka menjadi taat justru karena aku, demikian kata Paulus. Tetapi mereka mesti menampilkan ketaatan seperti ketaatan Yesus Kristus terhadap BapaNya. Taat sampai mati disalib. Inilah contoh sikap taat.
Nasehat untuk hidup taat ini juga mesti ditujukan kepada anda dan saya yang hidup sampai di hari ini. Mengapa ???   Oleh karena ;
Pertama  ; Banyak orang yang merasa seolah-olah ia  belum mendapat keselamatan itu. Mereka berusaha untuk mencarinya dengan berbagai cara, antara lain berpindah dari gereja yang satu ke gereja yang lain. Kalau di tanya kenapa anda berpindah ke gereja ini atau gereja itu ???,jawabnyan adalah,…. “ya saya mau cari keselamatan”.
Mereka berpikir seolah-olah gereja yang memberikan keselamatan. Atau mereka berpikir seolah-olah suasana ibadah yang memberikan keselamatan (artinya gereja yang tepuk tangan dan berteriak sampai histeris itu dan kadang-kadang sampai pinsan itu, yang akan menyelamatkan mereka).
            Mereka lupa bahwa ketika dia menerima Yesus di gereja manapun ia sudah menikmati keselamatan itu. Karena itu biar dia pindah di gereja manapun tetapi kalau sikap dan perilakuknya tidak berubah taat melakukan kehendak Tuhan,..ya sama saja boong !!!
            Biar tepuk tangan sampai patah tangan, tetapi kalau tangan masih tetap digunakan untuk mencuri, untuk merusak milik orang lain, untuk lempar rumah orang, untuk membakar dusun orang dll, sama saja boong.
            Biar dia berteriak  Tuhan,…Tuhan sampai histeris di dalam gereja, tetapi setelah itu mulut yang sama tetap menipu, memfitnah, mencaci-maki, menyebarkan isu,…sama aja boong !!!
            Keselamatan pasti jauh dari hidupnya.  Karena itu setiap orang yang sudah menerima keselamatan melalui kehadiran Kristus Yesus harus menampilkan sikap taat dalam mengerjakan keselamatan itu.

            Kedua ; Bahwa keselamatan itu bukan hanya ditujukan bagi orang-orang tertentu, tetapi untuk semua orang. Sebagai orang-orang yang sudah menikmatinya, kita punya tanggung jawab untuk meneruskannya kepada orang lain.
            Upaya meneruskan berita keselamatan kepada orang lain, terutama mesti kita lakukan melalui sikap yang benar dan yang memuliakan Tuhan.  Jangan Cuma bicara, tetapi mesti berwujud dalam perbuatan nyata.

            Nasehat kedua yang mau disampikan kepada jemaat di Filipi adalah bahwa dalam rangka mengusahakan keselamatan itu maka sikap yang harus dikembangkan adalah “Jangan bersungut-sunggut dan berbantah-bantah.
            Paulus melihat kecenderungan dikalangan umat bahwa dalam rangka mengerjakan keselamatan bagi orang lain, banyak orang melakukannya dalam persungutan dan perbantahan satu dengan yang lain.
            Mungkinkah sebuah pekerjaan dapat diselesaikan dengan bersungut-sungut dan berbantah-bantah. Mungkinkah sebuah “belang” (perahu), dapat diselesaikan dengan sikap dan perilaku yang berbantah-bantah dan bersungut-sungut ??? Pasti tidak. Apalagi dalam tanggung jawab pelayanan gereja. Dalam tanggung jawab membangun masyarakat dan keluarga ???
            Hal ini menjadi pelajaran evaluatif yang baik bagi kita semua selaku umat yang sudah diselamatkan dalam mengemban tanggung jawab pelayanan sampai saat ini.
            Tanyalah kepada diri kita sendiri apakah selama ini tugas pelayanan yang dipercayakan kepada saya sebagai Penatua dan Diaken telah saya lakukan dengan bersungguh-sungguh atau bersungut-sunggut dan terkadang “pancuri tulang”.  Silahkan jawab sendiri, karena saya tahu anda pasti tahu jawabannya.
            Tanyakan pada dirimu sendiri apakah selama ini saya telah melakukan tanggung jawab saya sebagai seorang karyawan dan seorang pegawai dengan sungguh-sungguh atau bersungut-sungut. Jawablah sendiri, anda pasti tahu jawabannya
            Tanyakan pada dirimu sendiri apakah selama ini sebagai anak sekolah dan guru, saya telah belajar dan mengajar dengan sungguh-sungguh atau sungut-sungut. Jawablah sendiri, karena jawabannya anda di hati anda.
            Tanyakan pada dirimu sendiri sebagai seorang istri atau suami, orang tua atau anak, apakah saya telah mengupayakan kehidupan kepada keluarga saya dengan bersungguh-sungguh atau sungut-sungut. Jawablah sendiri. Tuhan tahu apa jawabmu.

            Nasehat ketiga yang mau disampaikan Paulus adalah nasehat untuk memberi citra yang baik. Maksudnya adalah memberi terang bagi orang lain (ayat 15). 
            Hal ini bersangkutan dengan kehadiran jemaat sebagai saksi Kristus bagi orang lain. Citra yang baik itu terpancar dari sikap hidup jemaat yang tidak mencari kepentingan diri sendiri dan, tidak mencari pujian yang sia-sia.
            Paulus mensinyalir bahwa ternyata dalam kehidupan bersama sebagai suatu persekutuan jemaat, terdapat begitu banyak orang Kristen yang hanya mencari keuntungannya sendiri dan lalu mengorbankan kepentingan orang lain.
            Ada begitu banyak orang yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan pelayanan dengan motivasi agar orang lain memujinya. Hal ini juga sadar atau tidak berlangsung juga dalam kehidupan jemaat kita.
Banyak orang yang mau terlibat dalam berbagai pekerjaan bersama, kalau pekerjaan-pekerjaan itu lebih banyak menguntungkan dirinya dan dapat memenuhi harapan-harapan dan keinginannya. Tetapi kalau itu adalah untuk kepentingan umum atau untuk kehidupan banyak orang, ia lebih suka memilih posisi sebagai penonton dan komentator yang handal saja.
Banyak orang yang merasa tersinggung dan kemudian menarik diri dari sebuah persekutuan karena ia merasa kurang dihargai. Ia sangat senang kalau apa yang dilakukannya itu dipuji-puji orang.  Ya anda hebat, ya anda luar biasa,….ia butuh sanjungan agar ia merasa tersanjung.
Pada hal untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan oleh Kristus, maka mementingkan diri sendiri dan menuntut pujian dari orang lain adalah hal yang sangat naif.
Coba anda bayangkan kalau Yesus hanya mementingkan diri sendiri dan menuntut pujian, apakah anda dan saya dapat menikmati anugerah keselamatan itu ??? Saya kira tidak.    
Demikian pula, apakah kita rugi, mulut kita menjadi sumbing, atau muka kita menjadi rusak kalau, apa yang dikerjakan itu tidak dipuji orang lain.
Karena itu hendaknya motivasi yang ada dalam diri kita dalam melaksanakan setiap pekerjaan adalah ; “saya melakukan pekerjaan ini untuk memuliakan Tuhan”. Jadi Tuhan yang menjadi sasaran kita adalah Tuhan dimuliakan..            
Pada sisi ini pula orang akan terhidar dari kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang tidak baik dalam setiap pekerjaan yang dilakukannya.
           
Nasehat keempat  yang mau disampaikan Paulus kepada Jemaat di Filipi adalah jemaat harus dijadikan sebagai pendengar, pemilik dan pemikul Firman Tuhan, sebagai ukuran keberhasilan pengorbanan Paulus, termasuk kerelaannya untuk terkurung di dalam penjara.                            Apa maksudnya ??? Maksudnya adalah apabila umat menampilkan suatu kehidupan yang mencerminkan Terang Kristus dalam kehidupan mereka sehari-hari, agar dapat dilihat  oleh orang lain dan lalu mereka memuji Tuhan, maka pengorbanan Paulus menjadi sangat berarti. Tetapi kalau kehidupan mereka tidak mencerminkan terang Kristus, maka sia-sialah seluruh pengorbanannya.
            Ini tidak berarti bahwa Paulus menunut jasa atas pekerjaannya. Tetapi Paulus mau mengajak mereka bahwa setiap pengorbanan yang dilakukan untuk memberitakan tentang terang keselamatan Kristus harus menampakan buah-buah yang baik, dan bukan buah-buah yang busuk. Amin.
           
Oleh :
Pdt. Jan. Z. Matatula, S.Th.
(Ketua Majelis Jemaat GPM Dobo)
Disampaikan dalam kebaktian Minggu di Gereja Bethel–Jemaat GPM Dobo, Klasis P.P.Aru. Tahun 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar